19. Dendam Masa Lalu

1K 107 1
                                    

Setelah acara menangisnya tadi, Renandra langsung mandi kemudian berganti pakaian. Kini ia berjalan ke luar kamar, berniat menuju dapur untuk sekedar mengisi perutnya. Ayolah, dirinya sangat lapar saat ini. Ia ingin memasak sebungkus mie instan lalu setelahnya pergi tidur.

Namun saat melewati ruang kerja papanya, ia melihat pintu itu sedikit terbuka. Renandra pun berinisiatif untuk menutup kembali pintu tersebut, namun sedetik kemudian netranya membulat sempurna saat melihat seorang wanita yang tak lain adalah Sandra sedang mengobrak-abrik isi lemari milik papanya.

"Tante ngapain di ruangan Papa?" tanyanya santai, berbeda dengan raut wajahnya yang menatap curiga ke arah Sandra.

Sandra menoleh dengan panik. Gawat, ia tertangkap basah. Netranya bertatap-tatapan dengan netra tajam Renandra. Renandra melirik sebuah map yang berada di tangan Sandra. Perlahan Renandra melangkah mendekat ke arah Sandra, kemudian merebut paksa map di tangan Sandra.

"Sertifikat rumah? Tante ngapain ambil sertifikat rumah saya? Tante gak lagi berusaha buat jual rumah ini, kan Tante?"

Sandra gugup sendiri saat mendengar suara dingin milik Renandra yang kini tengah menatapnya tajam. Matanya bergerak gelisah menghindari tatapan Renandra yang mengintimidasinya. Tanpa sengaja netranya menangkap sosok Bram yang hendak memasuki ruangannya. Melihat ada kesempatan bagus, Sandra segera melirik ke arah Renandra lalu tersenyum miring.

"Ahhk!!" Pekik Sandra hingga mengundang perhatian Bram yang baru saja memasuki ruangannya.

"Sandra?!" Panik Bram. Kemudian berlari menghampiri Sandra yang terduduk di lantai. Sedangkan Renandra mengangkat sebelah alisnya bingung. Apa wanita itu sudah tidak waras? Sampai menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai? Begitulah isi pikiran Renandra saat ini.

"Aw! Sakit." ringis Sandra.

"San, kamu kenapa?! Mana yang sakit?" tanya Bram yang terdengar sangat khawatir. Renandra berdecih sambil memalingkan wajahnya.

"A-anak kamu Bram, tadi aku gak sengaja lihat dia lagi acak-acak lemari. Terus dia ambil sertifikat rumah kamu, aku coba buat hentiin dia, tapi dia malah dorong aku."

Renandra membulatkan matanya tak percaya setelah mendengar penjelasan palsu dari Sandra. Dasar wanita ular! Sangat licik dan liar.

"Bohong, Pa! Dia yang ambil sertifikat rumah!" Elak Renandra tak terima dirinya difitnah.

"Dasar anak sialan! Gak usah ngelak kamu! Udah jelas-jelas sertifikat itu ada di tangan kamu!!" ucap Bram memaki Renandra. Ia segera menuntun Sandra menuju sofa yang ada di ruangan tersebut. Kemudian bergegas menghampiri Renandra yang masih terdiam di posisinya. Bram merebut paksa map yang berada di tangan Renandra.

"Pa, percaya sama Ren. Bukan Ren yang ambil. Ren tadi berusaha halangin dia yang mau curi berkas Papa. Dia yang nyuri, Pa!"

"Saya tahu kamu gak suka sama saya. Tapi bukan berarti kamu bisa fitnah saya. Jangan memutarbalikan fakta." ucap Sandra dengan raut sedih buatannya.

"Berhenti dra-"

Bugh!

Belum sempat Renandra melanjutkan ucapannya. Tapi Bram sudah lebih dulu memukul wajah Renandra dengan kuat hingga wajahnya tertoleh ke samping. Renandra menyentuh pipinya yang terasa ngilu.

"Anak gak tahu diri! Beraninya kamu mencuri!"

Bram kembali memukuli Renandra dengan membabi buta, hingga tubuh mungil itu meringkuk kesakitan di lantai. Sandra tersenyum puas melihat pemandangan di depannya. Setelah selesai memberi pelajaran pada Renandra, Bram menghampiri Sandra yang masih terduduk di sofa.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang