21. Harusnya Aku

1K 138 11
                                    

Renandra baru saja akan membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah, namun seseorang lebih dulu keluar hingga menyebabkan Renandra harus mundur beberapa langkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renandra baru saja akan membuka pintu untuk masuk ke dalam rumah, namun seseorang lebih dulu keluar hingga menyebabkan Renandra harus mundur beberapa langkah. Keduanya tampak terdiam beberapa saat, sama-sama merasa bingung dengan siapa yang ada di hadapan mereka.

"Maaf, siapa, ya?" tanya Renandra sopan. Ia menatap pemuda yang sedang membawa panggangan itu dengan penasaran.

"Lah, lo siapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Renandra, pemuda itu malah balik bertanya. Saat Renandra hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara lain dari balik tubuh pemuda itu.

"Woy, Can! Awas, jangan di tengah pintu. Ngehalangin jalan aja lo."

Pemuda yang tadi berbicara dengan Renandra terdorong ke arah depan karena pemuda bermata sipit di belakangnya. Pemuda itu nampak kesusahan membawa meja lipat dan kipas sate di kedua sisi tangannya.

"Eh, siapa, nih?" tanya pemuda sipit itu setelah menyadari keberadaan Renandra yang hanya diam sejak tadi.

"Gue ... adeknya bang Galen sama bang Kenza." ujar Renandra ragu. Apa tak apa mengatakan bahwa dia adik dari kedua orang yang tadi disebut oleh Renandra kepada orang asing? Semoga saja kedua abangnya tidak marah karena ia mengaku sebagai adik mereka. Yah, semoga saja tidak.

"OH! LO PASTI REYHAN, KAN?! Udah pasti ini, mah. Soalnya Kenza sering cerita ke kita kalo dia punya adek hebat yang namanya Reyhan." ujarnya histeris. Pemuda sebelumnya pun menatap Renandra dengan intens.

"Oalah, ini toh si Reyhan-Reyhan itu? Kenalin, gue Candra, dan dia Evan. Kita temen Kenza di kampus. Salam kenal, ya." ujar pemuda jangkung itu memperkenalkan diri mereka.

"Lo beruntung banget, Bro. Punya abang kayak Kenza yang sayang banget sama lo. Hampir setiap saat dia selalu libatin lo dalam ceritanya. Kita sampe penasaran, kayak gimana, sih adeknya Kenza. Eh kebetulan sekarang ketemu." ujar pemuda bermata sipit yang diketahui bernama Evan.

Renandra mendadak terdiam kaku saat mereka dengan mantapnya mengatakan bahwa dirinya adalah Reyhan. Lagi dan lagi ia harus rela dianggap sebagai kembarannya oleh orang lain. Kenapa dia tidak boleh menjadi dirinya sendiri? Kenapa dia harus terus menggantikan Reyhan? Kenapa orang-orang hanya mengenal Reyhan? Apa karena keluarganya hanya memamerkan sosok Reyhan kepada banyak orang di luar sana?

Kenapa mereka sangat mengagumi Reyhan hanya dengan mendengar namanya saja? Apa keluarganya begitu mengagung-agungkan bungsu mereka pada dunia? Bukankah bungsu mereka itu tidak hanya Reyhan? Bukankah ada satu bungsu lagi di keluarga ini? Tapi kenapa Renandra tidak pernah mendengar namanya disebut dalam cerita mereka. Tak sekalipun namanya terselip di antara ribuan pujian yang dilimpahkan untuk sang kembaran.

Dengan perasaan yang masih sesak, Renandra memaksakan dirinya untuk membentuk sebuah senyuman yang terlihat manis, namun begitu sendu.

"Salam kenal juga, Bang." ujar Renandra pelan.

50 HARI BERSAMA ILUSI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang