Putra De Vian

475 47 6
                                    

***

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***

Hari berlalu hanya dalam sekejap, ketika malam tadi, mata terpejam dengan langit yang terlihat gelap dan sunyi, namun ketika mata terbuka, langit menjadi terang dengan embun pagi yang sejuk,

Ray berjalan kearah jendela dan menikmati langit Jakarta yang belum tercampur dengan polusi dari asap kendaraan,

Meraih handuk dan pergi membasahi tubuhnya dengan air,

Dret~
Dret~~
Dret~~~

"Hm"

"..."

"Iya, sebentar lagi gue berangkat, lo langsung kelokasi aja ntar gue nyusul, jangan lupa batrai, lighting, tripod sama reflektor"

"..."

"Oke-oke gue tutup"

Ray lantas mempercepat gerakannya, memasukkan 3 kamera kedalam tas, meraih beberapa buah batu batrai yang sedang dichas, serta mengambil beberapa buah memori card dari dalam kotak kecil di laci.

Memasukkan semua kedalam tas, Ray lantas keluar dengan membawa 1 Tas besar,

"Loh mas Ray mau kemana pagi begini?"

"Eh bi udah datang, ini ray ada job prewed dibekasi makannya berangkat pagi"

"Oh, iyaudah bibi buatin sarapan dulu ya mas?"

"Udah gak usah bi, bibi masak sarapan buat Eril sama bang Reza aja"

"Kalau gitu, ini..."

"Mas ray bawa susu anget ini yaa, nanti diminum biar perutnya keisi" seru bi Nunung ke ray sembari memberikan sebotol susu

"Makasih ya bi"

"Ray berangkat dulu" serunya sembari melemparkan senyuman

Bi Nunung adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja dengan keluarga De Vian selama lebih kurang 27 tahun. Dari mulai reza bayi sampai dengan eril menginjak usia remaja, bi Nunung selalu ada diantara kami.

"Dooorrrr"

"Eh copot!"

"Hahahahah" tawa eril

"Mas eril, ngagetin bibi aja"

"Hm bi, bang ray mana kok tumben gak disini?"

"Loh, mas ray kan udah berangkat dari subuh mas, gak dikasih tau toh?"

Eril hanya menggeleng sambil melihat semangkuk nasi goreng yang masih hangat diatas meja, tertata dengan beberapa buah telur mata sapi dan juga nugget.

Baru akan menyendok nasi, reza datang menghampiri eril dan menahannya.

"Heh, obatnya udah diminum belom?"

"Udah bang! Ah awassss" serunya

Lanjut mengambil nasi dan telur, reza duduk di meja makan dengan badan yang penuh dengan keringat. Menatap eril yang sedang asik menyantap makanannya.

"Mas reza mau makan juga? Biar bi Nunung ambilin ya mas?" Tawar bibi

"Eh gak usah bi, reza makannya masih nanti"

"Terus abang kesini ngapain? Kalau cuman duduk mending sonoan deh bau tau"

Mengendus-endus badannya reza menatap eril kembali,

"Sembarangan, harum begini lu bilang bau. Noh bibir kedekatan sama idung. Jigong lu kali yang bau"

"Hah" serunya sambil mencium bau dari mulutnya

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang