Hujan Petir

285 32 1
                                    

ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ

"𝐾𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝒉𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑡𝑖𝑟, 𝑎𝑝𝑎 𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑖𝑡 𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑟𝑎𝒉 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑑𝑖𝒉 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔?" 𝑅𝑒𝑎𝑛𝑑𝑟𝑎 𝐷𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑙

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***

Malam ini, suasana rumah tampak ramai dengan deru musik yang diplay oleh Eril, dan Ray tampak sibuk mengotak atik bar layer pada tampilan Photoshop.

"Oi anjing!"

"Ril!"

"Bangsat! Oi bantu gue lah"

"Eril"

"Memang setan! Beban lo sem--"

"Bang! Hp gue"

"Sejak kapan belajar kata-kata kotor gitu?"

Eril menunduk dan Ray berjalan mematikan tv yang diduga sebagai sumber suara musik berasal. Gak lama Ray berjalan kearah meja tamu, Reza masuk dan melihat suasan rumah yang tiba-tiba sunyi dengan Eril yang terdiam dengan hadphone dilehernya.

"Ada apa ini?"

"Eril"

"Ray"

Bruk~~

Ray dan Eril terkejut ketika mendengar suara hantaman pintu yang dipukul Reza.

"Masih gak ada yang mau bicara?"

"B-bang" seru eril terbatah batah

"Tadi gue gak sengaja bentak Eril karena ribut" potong ray

"Gue lagi stres soal Tessi's"

"Gue minta maaf ril"

"Perkara ini doang? Kalian nunggu gue emosi baru pada mau jujur? Buang-buang tenang aja lo pada"

Reza kembali berjalan sembari mengangkat panggilan masuk dari handphonenya, sedangkan Ray kembali mengerjakan pekerjaannya dan eril melihat Ray dengan tatapan penuh penyesalan.

"B-bang"

"Jangan ulangin lagi gue gak suka mulut lo ngomong kotor gitu"

"Iya bang, ma-maafin eril ya bang"

Ray melemparkan senyuman dan mengusap baju sang adik, dan menepuk pelan bahunya.

"Oh iya, si zero kemana kok gak ada digarasi?"

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang