ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ
"𝑻𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒊𝒏𝒚𝒂"
𝑅𝑎𝑦𝑎𝑛𝑧𝑎 𝐷𝑒 𝑀𝑎𝑙𝑖𝑘✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶
***
Hari ini tepat 3 hari sebelum pernikahan reza, tapi pria itu masih sibuk lembur dirumah sakit, dan tidak perduli dengan ucapan sang adik. Ray tidak ingin ada perkelahian lagi dirumah ini, tapi bagaimana bisa dia membiarkan abangnya terus menerus lembur seperti ini.
"Lama-lama abang lo gila deh gue rasa ray"
"Dia tuh dokter bedah, kalau operasi tapi tidurnya kurang emang bisa fokus? Kalau terjadi apa-apa gimana coba?"
"Gue berharap itu terjadi"
"Hah?"
"Iya. Kayaknya cuman dengan cara itu yang bisa berhentiin dia"
"Dih, selain begok lo tolol juga ya"
"Gini deh, lo ngarepin abang lo berhenti karena suatu hal. Secara gak langsung lo ngedoain abang lo kehilangan pekerjaannya bego"
Ray yang sibuk dengan lensanya pun kini beranjak dari bangku dan mulai memotret beberapa pemandangan didepannya.
"Kita liat aja nanti" serunya singkat
"Hah? Liat nanti?"
"Sumpah gue punya temen kenapa gak ada yang waras sih, pengen istighfar tapi guenya Kristen"
Malik tampak frustrasi karena ucapan ray, bukan hanya itu, bahkan dia selalu mengatakan.
"Untuk apa ada kata pilihan kalau kita gak bisa milih"
Mereka kembali kekelas, melewati masa yang sangat membosankan bagi mahasiswa salah jurusan seperti ray.
"Ray"
"Gue liat ya, lo tuh kuliah gak ikhlas tapi kenapa sih masih aja nyatet apa yang ditulis tu speaker mana serius banget lagi nyimaknya"
"Belajar menghargai biar bisa dihargai"seru ray tanpa menoleh sedikit pun
"Buset, ini gue yang tua kenapa melulu dinasehatin sama bocah dah"batinnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu
Teen FictionPekenalkan dia adalah adik ku, pria hebat dengan senyuman termanis di dunia. Raganya terlihat begitu indah namun tidak dengan jiwanya. Aku membaca kisahnya didalam buku yang bertulis mesin waktu, "Sejak 15 tahun lalu, aku sudah lupa bagaimana rasany...