Bukan Sebuah Masalah

140 18 0
                                    

***

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***


Ray yang sejak tadi menjaga ibunya hanya merasa sedikit bosan, memandang kamar dengan aroma obat-obatan. Ray bahkan tidak bisa melakukan apapun selain bermain ponselnya. Ray terbilang putra De Vian yang paling suka tidur, bahkan jika disuruh memilih, dia akan menghabiskan waktunya untuk tidur dari pada bermain game.

Jam menunjukkan pukul 13.00, ray bingung. Hari ini dia akan ada kelas pada jam 14.35, tapi eril sampai sekarang belum sampai juga.

(Message)

Eril
online

Kamu sudah pulang sekolah?

Eril ada ekskul bang, jadi kesana telat dikit.
Abang gak papakan nunggu sebentar

Oke

_________

Ray melihat jawaban sang adik pun sudah bisa memprediksi kalau dia juga akan masuk terlambat dikelas hari ini. Sibuk mengotak atik ponselnya, berniat mengirimkan pesan ke malik, namun ray justru tidak sempat mengirimnya.

(Message)

Malikiri
online

Typing...

Cok! Lu ngetik apa sih nyet? Lama banget.
Lu curcol apa gimana?
Oi!
Malah diread doang
Bocah gendeng
________________

Beberapa bubble chat terus masuk keponsel ray, bagaimana bisa dia memperdulikan ponselnya, jika kini ibunya telat sadar kembali.

"Buk. Ada yang sakit?"

Tidak membalas, dia hanya bergeleng tak bersuara. Wajahnya pucat dan kantung matanya pun tampak menghitam. Ray membantu ibunya mencari posisi ternyaman, dan memanggilkan dokter untuk dilakukan pengecekan.

"Bu, tenggorokannya sakit?"

"Pusing tidak bu?" Seru dokter kembali

Namun sama saja, ray dapat melihat dokter itu kembali menghembuskan nafas frustrasi. Belum sempat berbicara, dokter langsung menggelengkan kepalanya kearah ray sebagai isyarat kalau ibunya membutuhkan pengobatan psikis kembali.

Mereka keluar dari ruangan dan meninggalkan ibunya yang kini duduk menghadap kearah jendela,

"Dok, sampai kapan? Ini sudah hampir 15 tahun kenapa gak ada perubahan?"

"Kalau memang kondisi psikisnya keganggu apa gak ada trapi atau apa yang bisa dilakukan biar ibu saya sehat lagi?" Serunya

"Saya tidak punya banyak waktu, maaf saya harus permisi dulu terimakasih" seru dokter psikolog ibunya

Dokter itu meninggalkan ray dengan beberapa pertanyaan yang tidak dijawabnya, lagi dan lagi. Situasi ini terus dia lihat, bagaimana bisa seorang dokter tidak menjelaskan kepada keluarganya mengenai kondisi dari pasien.

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang