ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ
"𝑩𝒆𝒓𝒃𝒐𝒉𝒐𝒏𝒈 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒅𝒐𝒔𝒊𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒂𝒑𝒊 𝒆𝒇𝒆𝒌 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒊𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒐𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂" 𝑅𝑒𝑧𝑎 𝐴𝑟𝑡𝑎𝑚𝑒𝑣𝑖𝑎
✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶
***
Malam yang begitu tenang, tapi tidak dengan pikiran dan perasaan seorang Reza, dirinya duduk sambil berpikir apalagi ini.
"Gua gak bisa lanjutin ini, gue harus batalin semuanya" serunya perlahan
Reza tidak bisa berpikir jernih, pikirannya kini benar-benar kusut tak beraturan.
Reza paham, cinta memang membutuhkan sebuah perjuangan, namun bagaimana bisa dia berjuang sendirian. Sejak awal, reza terjebak dalam hubungan tidak sehat dengan Jihan. Ayahnya terus menerus menuntut Reza untuk memutuskan Jihan, hanya karena dirinya seorang dokter.
Ntah hal apa yang membuatnya begitu membenci profesi seorang dokter.
Waktu terus berjalan, sampai pagi kini telah hadir kembali, Reza terkejut ketika melihat si bungsu tengah duduk santai sambil bermain game.
"Eril, kamu ngapain kesini?"
"O-oh, udah selesai bang? Bentar Eril ngekill dulu nanggung"
Reza bergeleng dan melepaskan jas dokternya, berjalan mendekati si bungsu dan bersandar pada meja.
"Okeeehhh" teriaknya ketika gamenya itu menang
"Sekarang jawab pertanyaan Abang, Eril ngapain disini?"
"Mau jemput abang"
"Ril, Abang itu masih ada kerjaan kamu-"
"Surat cuti lo"seru Ray tiba-tiba muncul sembari menyodorkan amplop berisi surat perizinan cuti yang sudah diterima atasannya
"Lo udah gak bisa alasan apapun lagi, sekarang lo ikut Eril pulang dan istirahat bang"
Reza membuka amplop itu dan membaca setiap kata yang tertulis, cuti yang diajukan lebih dari 2 Minggu, terhitung sejak hari esok dan seterusnya.
"Shit!" Batin Reza
Setelah beberapa perdebatan akhirnya mereka pulang kerumah, Reza bersama Eril sedangan Ray mampir ke studionya untuk mengecek beberapa data dan mempersiapkan peralatan untuk besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu
Teen FictionPekenalkan dia adalah adik ku, pria hebat dengan senyuman termanis di dunia. Raganya terlihat begitu indah namun tidak dengan jiwanya. Aku membaca kisahnya didalam buku yang bertulis mesin waktu, "Sejak 15 tahun lalu, aku sudah lupa bagaimana rasany...