Jika Ingin Memulai

142 16 0
                                    

***

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***


Hari ini adalah kali kedua eril menjaga sosok ibunya didalam ruang berbau taburan obat, eril kini sibuk dengan ponselnya. Sedangkan wanita paruh baya itu tampak menatap eril dari ranjangnya, mata yang bulat dengan bulu mata lebat nan lentik itu tidak bisa berbohong. Mau dalam kondisi seperti apapun, jika naluri sudah berkata maka hati akan merasakannya.

"Nak..." panggil ibunya

Eril yang mendengar sesuatu pun melepas earphonenya dan menoleh ke kanan kiri mencari sumber suara.

"Ibu"

"Ibu yang manggil kamu nak" serunya

Eril lantas meletakkan ponsel dan earphonenya diatas meja,

"Ibu kenapa? Ada yang sakit? Atau mau minum?" Tanyanya

"Gak papa"

"Saya boleh tanya?"

"Boleh, ibu mau tanya apa?"

"Suami?"

"Suami saya dimana? Kenapa gak pernah jemput saya?" Tanya ibunya

Eril tidak bisa menjawab dan hanya terdiam, anak lelaki yang tidak pernah tau sosok ayahnya ini juga tidak tau harus mengatakan apa kepada ibunya.

"Kenapa diam?"

"DIMANAA SUAMI SAYA?" serunya bernada tinggi

"SUAMI SAYA MAANAAAAA! KAMU YANG SUDAH BUNUH DIA? KAMU BUNUH SUAMI SAYA!!!!"

Wanita itu terus berteriak sembari menarik baju eril, tidak mampu memberontak eril hanya bisa meneteskan air matanya.

"Buk, Maafin eril"

Suara teriakan wanita itu berhasil mendatangkan perawat dan juga dokter, eril diamankan oleh salah satu perawat dan dia melihat ibunya melemah perlahan setelah diberikan suntikan pada cairan infus. Dokter juga langsung memasang pengikat pada tangan ibunya, dan menempelkannya pada sisi lain ranjang rumah sakit.

Layaknya binatang, itu lah yang eril pikirkan.

"Dek, kamu gak papa?"

Eril hanya bergeleng melihat ibunya yang kembali tertidur karena obat bius. Dokter dan perawat keluar dari ruangan namun saat itu berpas-pasan dengan ray yang baru saja sampai membawa beberapa makanan dan juga cemilan.

Ray tidak bertanya apapun, dan masuk dengan wajah gembira.

"Eril, Abang pulang nih"

"Abang baw..."

"Eril? Kenapa?"tanya nya

Meletakkan semua bingkisan diatas meja dan duduk disamping adiknya, eril memeluk abangnya dengan tangisan sendu.

"Bang"

"Gimana caranya eril bayar semua ini bang? Ibu gini karena eril kan bang?"

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang