Kejadian Merubah Keadaan

284 16 0
                                    

ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ɢᴏʀᴇsᴀɴ ʙᴏᴍ ᴡᴀᴋᴛᴜ

"𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏
𝒂𝒌𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒏𝒄𝒊 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏"
𝑅𝑎𝑦𝑎𝑛𝑧𝑎 𝐷𝑒 𝑀𝑎𝑙𝑖𝑘

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***

Setelah melewati beberapa malam yang berat, pria dengan rahang tegas itu kini kembali menatap bulan purnama diatas jembatan merah, menikmati suara burung dan jangrik. Ray menyalakan kembali sumbu rokok yang sudah lama sekali tidak dia rasakan.

Tidak ada siapapun selain penghuni alam dan dirinya, tenang dan sunyi.

Hembusan asap rokok yang keluar dari dalam mulutnya dapat terlihat dengan jelas, suara disetiap hembusannya juga terasa berat.

Dret~

Ponselnya berdering, bukannya menjawab panggil itu dirinya malah mematikan ponselnya. Melihat dirinya dari bayangan layar ponsel, ray menghapus dengan kasar sebaris darah yang masih tersisa didekat keningnya. Sembari tersenyum dirinya membuang puntung rokok yang  baru dihisapnya beberapa kali tadi.

Disudut lain reza dengan emosi kini memaki-maki ray yang tidak pernah mengangkat panggilannya.

"Kak sabar, mungkin kak ray masih dijalan"tutur mala

wanita itu sudah berada disana sejak tadi sore, seperti biasa malik lah yang membawanya ke kediaman tiga bersaudara itu.

"kak malik gimana?"

"Boro-boro diangkat, baru mau send messange aja gw udah keburu diblokir sama dia"jelas malik

Reza mendengarnya frustasi, menyandarkan tubuhnya pada sofa sembari memegangi kepala yang terasa cukup berat akhir-akhir ini. Bagaimana tidak pasien yang semakin bertumpuk karena beberapa dokter lainnya mengambil cuti, belum lagi anak-anak yang sedang menjalani koas membuat reza harus bisa bekerja begitu padat.

Terkadang tersirat dalam dirinya untuk berhenti bekerja, namun keinginannya terhapus begitu saja oleh kenyataan yang harus dirinya jalani. Kalau bukan di profesi ini apakah mungkin Eril akan bertahan sampai detik ini?

"Eril, obat kamu masih ada?"

Remaja itu hanya mengangguk, iya tentu masih ada. Dirinya bahkan tidak meminum obat-obatan yang telah diresepkan tersebut.

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang