Terancam

211 15 0
                                    

***

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***

Hujan mengguyur kota Jakarta, deras dan berangin, pria berperawakan tinggi dengan jaket nya itu tampak terlelap dikursi ruang tunggu tepat didepan ruang rawat inap yang bertuliskan VIP Teratai,

Mala berjalan mendekat, dan melihat pria berwajah tegas itu tampak begitu manis, Senyuman terukir dari bibir ranum milik Mala.

"Indah"serunya dalam hati

Ketika senyuman itu tampak terus mengukir, Ray tiba-tiba terbangun karena merasa pandangannya menggelap,

"Ngapain Lo?"

"Eoh, anu itu kakak tidur didalam aja Mala mau pulang"serunya

Ray meraup wajahnya dan bangkit dari duduknya, ketika baru masuk tiba-tiba saja Mala ditabrak pria berperawakan tinggi dan berbahu lebar, bukannya meminta maaf pria itu malah berjalan meninggalkan malla.

"Aw!"

Ray berbalik dan melihat Mala sudah terduduk dilantai,

"Makannya lo kalau jalan tu hati-hati"

"Apaan sih, orang jalan juga belum" serunya sambil bangkit

Mata yang semula sibuk merapikan pakaiannya, tiba-tiba berfokus pada pria yang ada di belakang Ray yang kini menodongkan pistol ke arah kepala Ray, pria itu juga memberikan senyuman mematikan yang menandakan jika ia mengatakan ke Ray maka pria itu akan mati dihadapannya.

Ray yang merasa Mala tiba-tiba diam mematung pun akhirnya menatap Mala,

Dugh~

"Masuk kedalam"seru Ray

Pria itu berhasil dia tahan dan pistol terpental jauh,

"Cuman segini kemampuan lo?"seru pria itu

Tidak ada jawaban Ray menarik paksa dirinya dan membawa pria itu keluar dari area rumah sakit. Ketika akan turun dari tangga evakuasi Ray bertemu Reza dengan beberapa suster yang baru saja menyelesaikan operasi.

"Ray"

Kembali tidak dijawab, dia berjalan keluar menyusuri tangga darurat,

"Sus, kalian duluan saja. Saya harus keruangan adik saya"

"Baik dok"

Reza berjalan kearah ruangan adiknya, salah bukan berjalan tapi berlari. Perasaannya tidak enak, khawatir akan terjadi sesuatu lagi dengan si bungsu.

"Eril"

"Bang, kenapa?"seru Eril

"Kalian gak papa?"

Eril terlihat bingung, lantaran ia baru saja bangun karena pengaruh obat-obatan yang dia minum. Eril melihat Mala disofa, diam mematung, pandangan wanita itu seperti ketakutan.

"Mala? Kamu kenapa?"seru Reza

Tangan malla gemetar bukan main, Reza memegang pelan dan berusaha menenangkan wanita ini.

"Mala" Reza langsung memeluk wanita itu,

"Kak mala takut"

"Mala tenang ya"serunya sambil mengusap puncak rambut wanita itu,

Eril yang berada melihat hanya terlihat bingung, sedangkan disisi lain Ray kembali dengan pakaiannya yang kotor bukan main.

"Lo gak papa?"

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang