Kutukan

170 22 0
                                    

***

✶⊶⊷⊶❍ 𝐌𝐄𝐒𝐈𝐍 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔 ❍⊶⊶⊷✶

***

Hidup didalam sel penjara bukan suatu hal yang enak, ruang yang gelap, dingin dan lembab hanya memberikan bayangan yang begitu kelam.

Ray sudah berada didalam jeruji besi ini lebih kurang 5 hari, terhitung saat ini sudah tanggal 17 Desember.

Reza menatap sabar ke adiknya itu,

"Lo pikir dengan cara lo begini, gue bakalan bangga dengan apa yang lo lakuin ke gue?"

"Gue terbebas dari mereka, tapi lo juga menggali lubang untuk diri lo sendiri"

Ray tampak tersenyum,

"Gue gak minta lo kesini"

"Dan gue rasa lebih baik begitu, gue tau lo sebenci itu ke gue, dan gue gak mau nyusahin lo. Dengan begitu lo ataupun Eril udah gak perlu lagi mikirin kemana dan siapa yang akan menggalkan lubang untuk jasad gue"

Mendengar jawaban itu Reza lantas menampar adiknya, Ray bahkan tidak menyangka jika abangnya itu kini sudah berubah dan mulai bermain kasar.

"Lo itu adik gue bangsat! Apa yang lo lakuin juga bakalan jadi tanggung jawab gue. Mau lo apasih? Berkali-kali gue minta lo buat sedikit aja ngerti sama apa yang gue lakuin"

"Iya, bahkan gue juga berkali-kali berusaha terima dan ikuti apa yang lo mau bang"

"Gue selalu ikutin cara lo ngejalani kehidupan bang! Bahkan Lo sendirikan yang memulai permainan kutukan ini"serunya

"Bang, gue memang salah karena hari itu jadi orang yang paling bahagia ketika tau lo bakalan menikah. Tapi gue juga orang pertama yang selalu bertanya soal keyakinan lo untuk menikahi dia. Dulu lo selalu yakini gue soal Jihan, sampai akhirnya gue terima karena gue ngerasa lo butuh kebahagiaan itu"

"Gue minta maaf, gue tau sekarang lo bakalan dipandang buruk sama orang diluar sana"

"Gue memang bedebah yang cuman bisa jadi pembunuh gak berguna"

"Ray!"

"Gue salah dan gue mengakui kesalahan gue bang"lanjutnya

Reza mengepalkan tangannya dan menahan rahangnya yang kini semakin tampak mengeras,

"Gue rasa udah cukup bang, lo gak perlu jauh-jauh kesini cuman buat datang ngeliat bedebah bodoh kayak gue"serunya tersenyum

"Gue juga gak perlu dijengukin, gue cuman butuh lo jaga diri dan hati-hati diluar sana sampai gue keluar dari sini"

Ray beranjak dan meninggalkan Reza diruangan itu. Napasnya membara, seaakan emosi yang dia tanam benar-benar membara. Reza keluar dan masuk kedalam mobilnya, melihat frame foto dirinya dan kedua adiknya.

"Bodoh!!"

Prak~

Reza menampak dirinya, berkali-kali hingga pipinya tampak memerah. Cairan bening yang dia simpan kini jatuh satu persatu dipipinya, emosi yang dia dapat hanya bisa dia tuangkan melalui air matanya.

"Gue Abang yang bodoh!!"

"Gue gak becus jaga adik gue"

Banyak kata yang keluar dari mulutnya, sampai akhirnya dia menjalankan mobil berwarna putih itu ketempat yang cukup jauh.

"Hah..."

"Pa, ternyata jadi orang dewasa itu sesulit ini ya"

"Reza pikir papa dulu bercanda"

Mesin WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang