*•.¸♡chapter tiga puluh tiga♡¸.•*

23K 3.3K 100
                                    

baca elite vote sulit

🌸

evans tak mengedipkan matanya selama beberapa detik sampai ekor itu hilang.

"hm? cepat sekali." gumam evans

theo menghela nafas dan mengerucutkan bibirnya. kemudian menoleh dan menatap melas evans "tidak ada perubahan!"

ekor tadi pun hanya keluar selama beberapa detik.

evans menepuk surai theo "jangan terlalu dipikirkan."

"hahhh, sudah kubilang aku salah kelas."

evans menaikkan sebelah alisnya "berkata sesuatu?"

theo menggeleng cepat "t - tidak.."

"jadi ini bagaimana?" lanjut theo

belum juga seberapa dia sudah frustasi. theo akui untuk fokus dan mengatur energi sangat sulit.

tapi theo juga terperangah bahwa tubuh ini memiliki energi sihir, tak banyak kalangan bawah yang memiliki energi sihir. normalnya dari mereka hanya akan masuk kelas pedang / fisik yang menggunakan sihir lebih baik tapi tak menggunakan sihir juga tak apa.

"aku pikir kau harus melatih konsentrasimu dulu." ucap evans sambil mengelus dagunya

theo menganguk lesuh.

evans tersenyum hingga kedua matanya menyipit "ini baru permulaan theo."

theo sedikit mundur karena jika evans ataupun theo memajukan kepala mereka sudah pastikan ada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"w - wujud senior sendiri apa?" theo bertanya dengan hati - hati

"mau lihat?"

theo menganguk dengan antusias.

"benar juga, akan kutunjukkan sekalian liat caraku ya."

mata theo langsung berbinar.

"eh?"

tapi evans malah menariknya keluar dari kelas. mereka berjalan mengelilingi kelas sampai ke halaman belakang, hutan akademi efigenia.

evans berhenti di depan pohon yang besar.

"duduk disitu dan lihat aku."

theo menurut, matanya menatap lekat evans bagai tidak mau tertingfal yang sedetikpun.

evans tertawa kecil melihat tingkah theo.

theo tercengang, mulutnya terbuka melihat apa yang terjadi di depannya, hanya dalam sedetik ekor dan telinga animal evans keluar.

'furry indonesia? solid solid solid!'

evans menyeringai "ini namanya perubahan tidak sempurna." jelas evans

"perubahan tidak sempurna?" theo memiringkan kepalanya

evans menganguk "kau lihat wujud animalku yang terlihat hanya ekor dan telinga, jadi dinamakan perubahan tidak sempurna."

theo menganguk - anguk "hooh." walaupun sebenarnya dia tidak mengerti

theo melotot melihat evans yang perlahan berubah menjadi

SERIGALA!?

evans yang sudah berwujud serigala mendekati theo yang duduk. evans menggosokkan kepalanya ke tubuh theo.

theo masih terpanah, dengan pelan theo mengelus kepala evans, bulunya terasa sangat lembut dan berwarna hitam.

"AAAAA!"

evans sudah kembali ke wujudnya semula dan telanjang dada.

BUKANKAH TADI DIA MEMAKAI PAKAIAN LENGKAP BAHKAN SEBELUM BERUBAH.

theo mengalihkan pandangannya tapi diam - diam melirik badan evans yang ugh.. sial mentang - mentang pengawal badannya bagus begitu.

"hm?"

"p - pakaian anda!"

evans melihat dirinya sendiri "santai aja, kita kan sama - sama lelaki."

benar juga, tapi tetap saja theo merasa malu dan minder.

evans mendekat ke arah telinga theo "kenapa kau malu? fiuhh.."

theo merinding saat evans berbisik dan menipu telinganya.

"P - PAKAI PAKAIAN ANDA DULU!"

🌸

"theo bagaimana kelas bakatmu?" tanya triffon ketika memasuki kelas

theo yang bersandar di kursinya menoleh "tidak berjalan dengan lancar, kau?"

"hehh? kenapa bisa begitu? aku baik - baik saja!"

"enaknya."

"kau pasti sangat pintar menggunakan pedang." theo menatap lekat triffon

triffon merona "t - tidak seperi itu! k - keluargaku memang turun temurun wajib belajar pedang.. dan, kami sedari kecil sudah terbiasa dengan pedang!" sambil mengibaskan kedua tangannya

"aku merasa aku salah kelas." curhat theo

"kenapa?"

"entahlah.."

"the- eh?"

theo menatap tajam antreas yang mendekat mejanya, theo masih dendam dengan pemuda yang bersatus granduke itu. setelah mengetahui kebenaran tentang dirinya yang bisa masuk akademi theo jadi menyimpan sedikit dendam pribadi dengan antreas.

walaupun theo berhati - hati karena dia sadar diri.

"kenapa wajahmu terlihat kesal?"

'pikir aja sendiri!'

bersyukur saja tidak ada damian, jabatannya sebagai putra mahkota membuat pemuda itu terkadang harus meninggalkan kelas karena urusan istana. jadinya tidak akan ada perdebatan tidak penting dari kedua belah pihak.

enak ya damian bisa bolos.

kelas juga masih sepi beberapa ada yang masih di kelas bakat, di kantin, ataupun hanya malas di kelas.

'ngomong - ngomong dia masuk kelas apa ya?' theo tidak ingat di dalam novel antreas memasuki kelas bakat apa

"s - salam granduke." triffon sedikit membungkuk

antreas terkekeh "aku bukan putra mahkota tidak usah hormat begitu, aku tidak nyaman apalagi kita sekelas dalam kelas bakat juga."

theo menganguk kecil 'ternyata kelas pedang, tidak heran sih.' dan seketika theo mengurungkan niatnya untuk pindah kedalam kelas pedang.

"kudengar akan ada kunjungan! aku tidak sabar melihat pangeran kenneth dan putra mahkota!"

"kau benar! putra mahkota mereka sangat tampan!"

"putra mahkota kita juga sangat tampan!"

"ya mereka punya ciri khas masing - masing tapi putra mahkota mereka terlihat sangat dewasa! sangat beda dengan putra mahkota damian!"

"kau benar pangeran pun begitu! walaupun pangeran xavier memang masih muda!"

"aku jadi tidak sabar!"

theo melihat ke arah sekumpulan gadis yang melewati kelasnya sambil bergibah.

"ah.. jadi tahun ini mereka yang berkunjung." antreas ikut menatap ke arah pintu dimana sekumpulan gadis itu bergibah

theo mengalihkan pandangannya pada antreas.

kunjungan? siapa?

TBC^^
if you like this story leave a star and comment!

transmigration into a women's harem novel [bl]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang