*•.¸♡chapter tiga puluh sembilan♡¸.•*

20.5K 2.7K 37
                                    

theo terganga saat xavier jatuh tak sadarkan diri di pelukannya.

sang pelaku kekerasan berinsial g hanya menampilkan raut datar. mengambil xavier dari pelukan theo dan membawanya kembali ke kasur milik xavier.

"a - apa itu?" theo masih tak percaya

hanya sebuah pukulan di kepala membuat xavier bisa tak sadarkan diri.

"hanya pukulan kecil." jawab galen dan kembali menutup matanya

pukulan kecil kau bilang sumanto, sedangkan korban sudah tak sadarkan diri karna pukulan kecilmu.

froy melirik galen. sebuah seringaian muncul di bibirnya.

"aku hanya.. kesal.." setelah mengatakan itu xavier membalikkan badannya tak menghadap theo dan froy

tapi theo yakin dia melihat telinga galen memerah.

🌸

theo menguap, berjalan menelusuri koridor akademi. theo tak tahu jam berapa sekarang, tapi dia terbangun dan theo yakin sudah tengah malam. karena tak bisa tidur theo memutuskan untuk keluar dan mencari angin.

"rasanya seperti uji nyali."

"saya merasakan aura negatif dari arah sini.."

"sekarang saya berjalan ke taman, di depan ada sesuatu yang terlihat besar dan menyeramkan.."

theo mengerjabkan matanya beberapa kali.

"A-" teriakan theo berhenti di tenggorokan

"oh, kau."

"h - halo.. ahaha." theo mendekat

tristan melirik sekilas dan kembali menatap langit.

"om.." theo meneguk ludahnya

"b - bukan penghuni taman ini kan.."

"apa yang kau bicarakan? dan jangan panggil aku om."

"om, manusia kan.."

"bukan."

tristan membekap mulut theo "bukan seperti yang kau pikirkan."

"t - tapi om bilang om bukan manusia!" kata theo dengan keringat dingin

"saya orang."

theo dengan poker facenya "haha lucu sekali."

"jangan panggil aku om."

theo mendudukkan dirinya di samping tristan.

"paman?" theo memiringkan kepalanya

"ck, panggil namaku saja." decak trstan

tristan menoleh ke arah theo "kau tau kan?"

"rasanya agak aneh, kau terlihat.." theo menggantung kalimatnya

"aku tidak setua itu."

theo mengedikkan bahunya "iya iyaz yang muda ngalah deh."

tristan memicingkan matanya.

"jangan seperti itu! menyeramkan!"

apalagi garis hitam di sekeliling matanya menambah kesan tegas dan horor di tristan.

"ngapain kau disini? bukannya anak - anak tidak boleh keluar malam."

"entahlah, aku terbangun dan iseng jalan eh ketemu om lagi."

"yang kemarin, juga begitu?"

theo menggeleng.

tristan menganguk mengerti, melirik piyama yang dipakai theo.

"pftt.."

"heh? apa yang lucu?" theo mendekatkan wajahnya

menatap tristan dengan tatapan menyelidik.

"tidak." tristan menggeleng

"kembalilah."

"tapi aku tidak bisa tidur." keluh theo

"minum susu."

"mana?"

"cari sendiri."

theo mendengus kesal "menyebalkan!"

"oh ya, om nanti di acara dansa ikut gak?"

tristan menganguk "tentu saja."

"kenapa? mau ajak aku sebagai pasangan dansamu?" lirik tristan

"dih! yakali cowok sama cowok dansa."

"bisa saja, kalau kau belajar dansa perempuan."

"om jangan bikin kesal."

senyum tipis terukir di bibir tristan.

"om nyuruh tidur tapi sendirinya juga berkeliaran diluar." cibir theo

"kau ini banyak bicara sekali."

"om maksud!?"

"cerewet."

theo melipat kedua tangannya di dada "untung saja aku baik dan tidak pendendam."

"kembalilah." tristan mengulang kalimat awalnya

"dibilangin gak bisa tidur!"

"besok kau sekolah, nanti terlambat."

theo tidak menjawab, membuang muka dan engan menoleh ke arah tristan.

hening untuk beberapa saat sampai tristan kembali membuka mulutnya.

"hitung doma." ucap tristan

"ohh, aku tau itu!"

"kembalilah, kau bisa masuk angin."

theo memicingkan matanya dan mendekatkan dirinya "khawatir ya?" theo tersenyum jahil

tristan mendecak "kau berisik, waktu tenangku terganggu."

"cih." theo mengerucutkan bibirnya

"yaudah. dadah om!" theo berdiri

theo melambaikan tangannya walaupun tak tahu tristan melihatnya karena gelap, tapi yang pasti theo melihat tangan tristan terangkat sedikit.

🌸

theo memasuki kelas dengan mata sayu, walau sudah mandi tapi muka bantal masih terlihat di wajahnya.

theo mendekat dan mendudukkan dirinya di bangku miliknya dan triffon.

"theo kurang tidur ya?" tanya triffon

"mungkin.." jawab theo malas

theo melipat kedua tangannya dan sebagai bantal untuk kepalanya di meja.

"theo sudah mengerjakan tugas dari profesor deus?"

bagai di sihir rasa kantuk yang theo alami hilang begitu saja.

"B - BELUM!" theo meremas kepalanya frustasi

profesor yang terkenal killer dan tidak menerima ampun, siapapun yang tidak mengerjakan tugasnya ataupun tidak menyimak pelajarannya dengan baik akan mendapat hukuman. dia juga tidak memandang derajat, terkecuali untuk putra mahkota.

"mana aku sudah ditandai." keluh theo

minggu lalu theo ketahuan menguap saat pelajarannya dan saat ditanya tentang pelajarannya theo tidak bisa menjawabnya.

"udahlah pasrah aja."

"theo jangan begitu! a - ayo kerjakan sebelum dia da-"

"duduk di bangku masing - masing pelajaran akan saya mulai."

sudah terlambat triffon.

theo tersenyum pasrah.

TBC^^
if you like this story leave a star and comment!

transmigration into a women's harem novel [bl]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang