SPB#30

172 14 0
                                    

"Papah mamah zura ga papa kan?" Pertanyaan itu membuat Alshad dan Aiyla mengalihkan pandangannya ke arah putra mereka, kembaran Azzura putrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papah mamah zura ga papa kan?" Pertanyaan itu membuat Alshad dan Aiyla mengalihkan pandangannya ke arah putra mereka, kembaran Azzura putrinya.

Aiyla menghampiri Azzam dan memeluk putranya itu sayang, pertahanannya runtuh saat sentuhan kecil itu mengusap punggungnya.

"Gimana keadaan Zura dek?" tanya Ansel yang baru saja sampai. Ia baru di beri kabar oleh orang kepercayaannya yang bekerja dengan Aiyla.

"Shad, ponakan gua kenapa? Kok bisa gini?" tanya Ansel lagi saat ia telah masuk dan melihat wajah pucat keponakannya.

"Dek, Zura kok bisa di tusuk gini? Kasus ini siapa yang akan tanggung jawab? Ini Zura engga di pasang alat apa gitu? Keningnya kok dingin? Ini dokter pada kemana? DEK JAWAB KAKAK!"

Keyla yang melihat itu segera menghampiri suaminya, ia berusaha menenangkan suaminya itu.

"Ini rumah sakit Yang," ucap Keyla.

"Persetan sama rumah sakit, ini dokter pada kemana? Ponakan gua ga di tanganin apa gimana? Shad duit Lo banyak kan? Ini kenapa sampe ga di tanganin hah?"

"Zura udah ga ada kak. Biarkan anak aku tenang, zura hanya mau mamah papah dan keluarganya ikhlas. Kasih dia jalan aku mohon," lirih Aiyla

Ansel terdiam, ia tak percaya dengan apa yang adiknya itu katakan. "Kalo ngomong jangan asal dek! Omongan ibu bisa langsung terwujud. Dia anak Lo!" bentak Ansel, sungguh Aiyla cukup terkejut dengan ucapan Ansel terlebih kakaknya itu membentak dirinya yang tak pernah Ansel lakukan sebelumnya.

"Cristine kak, Cristine dalang di balik ponakan Lo ini. Gua ga mau malah bikin anak gua makin sakit kak, Lo pikir gua bisa terima? Engga kak! Kalo kalian pikir dengan engga nangisnya gua, gua bisa terima anak bungsu gua mati begitu aja? Engga. Gua ibunya, dia ada di perut gua sembilan bulan, gua yang melahirkan dia, gua yang berjuang melawan maut untuk dia, terus sekarang mati di tangan orang lain? Kalian pikir gua terima? Siapa yang paling sakit disini selain gua? Siapa hah? Suami dan kakak gua bukannya support malah sibuk nyalahin gua, sibuk teriakin gua, kalo kalian pikir gua ga becus jadi ibu gua terima, gua terima semua teriakan kalian itu, gua ga nangis karena sebelumnya dia minta agar gua ga nangis, gua hanya ga mau apa yang anak gua minta untuk yang terakhir kalinya engga gua ikutin... Kalian pikir gua engga sakit? Hati gua ancur..." Ucapan Aiyla terhenti oleh rasa sesak yang sedari tadi ia tahan, rasa sakit yang sedari tadi tidak ia perlihatkan, keinginan menangis yang sedari tadi ia tahan akhirnya pecah juga, Aiyla terisak di pelukan Keyla yang sedari tadi berusaha menenangkan dirinya.

Ansel dan Alshad yang mendengar dan melihat itu merasa menyesal, apa yang Aiyla ucapkan memang benar, sosok ibu lah yang akan sangat kehilangan jika anaknya tiada terlebih di saat umur anaknya masih sangat kecil.

"Kenapa harus anak gua sih kak? Kenapa engga gua aja? Dia dendam sama gua tapi malah bunuh anak gua, apa salah dia kak? Apa?" tanya Aiyla

"Dek, maafin kakak, bukan maksud kakak..."

Suamiku Pecinta Binatang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang