❗❗❗ PLAGIAT DI LARANG KERAS UNTUK MENDEKAT ❗❗❗
ini squel dari "Kekasihku pecinta binatang" buat yang belum baca harap baca dulu biar nyambung...
🐯🐯🐯
"Rara sayang, jangan nakal nak," ucap Aiyla yang melihat putri cantiknya itu tengah naik tangga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu minggu telah berlalu...
Aiyla akhirnya mengikuti apa yang di sarankan sahabat dan keluarganya untuk melibatkan polisi, tapi bukti yang Aiyla dapatkan tidak banyak, hal itulah yang mempersulit proses hukum.
Aiyla telah bertemu dengan pelaku penusukan Zura, motif yang di gunakan memang sekedar suruhan, orang itu awalnya tidak mengaku siapa bosnya tapi dengan kecekatan Aiyla akhirnya ia mengaku dan benar dalang di balik semua itu Cristine. Tapi sesuai yang Aiyla bayangkan, wanita gila itu tidak mudah di tangkap.
"La, aku turut berdukacita atas meninggalnya putri kamu," ucap Ricard, Aiyla hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
"Terima kasih pak Ricard atas ucapan bela sungkawa nya, jika tidak ada yang di bicarakan lagi saya masih banyak kerjaan. Saya permisi." Ujar Aiyla lalu beranjak dari duduknya.
"Aiyla tunggu," Aiyla terdiam saat merasakan tangannya di tahan oleh pria itu, ia melihat ke arah Ricard lalu turun ke tangan yang pria itu pegang.
Ricard yang mengerti segera melepas cekalannya itu, "Aku mau minta maaf sama kamu La, mungkin ini semua salahku hingga melibatkan anak yang tidak tahu apa-apa, jika kamu dan Alshad ingin mengalahkan tolong salahkan aku,"
Aiyla tersenyum tipis, "Ya, kamu emang yang paling bersalah selain wanita itu, kamu berperan juga dalam pembunuhan anakku, kamu motif yang paling kuat untuk dia membunuh orang yang aku sayang." Aiyla berusaha menghirup udara karena dadanya kembali sesak, "Kenapa kak? Kenapa harus anakku? Dia ga tahu apapun, tapi kenapa harus dia yang jadi korban? Apakah karena anaknya tidak mendapatkan kamu? Apakah karena kamu berpisah dengan dia dan anakku yang harus jadi korban? Salah Zura apa kak?" tanya Aiyla.
Ricard hanya bisa diam mendengar semua ucapan Aiyla, "Waktu pertama kali kamu ke rumah, Zura yang paling seneng karena dia ngerasa kamu orang baik, dia pernah tanya sama aku 'mah, om baik kapan kesini lagi? Mah om baik kenapa baru kesini ya? Padahal dulu pernah ketemu sama aku,' dia selalu puji kamu kak, dia selalu tanya kapan kamu ke rumah, dia selalu bercerita tentang kamu, tapi... Tapi sekarang Zura udah ga ada, Zura di bunuh sama istri kamu."
"La, aku mohon maafkan aku, aku memang tidak pantas untuk mendapatkan maaf dari kamu, tapi ini benar-benar salah aku yang egois—"
"Bagus kalo sadar." potong Aiyla seraya pergi begitu saja, ia sudah muak dengan segala omongan yang berkaitan dengan masalahnya, jika memang tidak ada solusi sungguh ia malas membahas soal itu.
"Maafin aku La, aku bakalan bantuin kamu dalam kasus ini La," gumam Ricard.
***
Kini Aiyla sudah mulai melakukan aktivitas seperti biasanya, ia mulai tenang karena Zura sempat datang ke dalam mimpinya dan bilang jika ada 'aunty' yang menemani.
Begitupun dengan Alshad, ia sudah melakukan beberapa syuting vlog dan undangan podcast hanya saja Alshad tak ingin ada pembahasan soal anaknya.
Arham telah lulus TK dan sekolah SD, sedangkan Rara mulai masuk TK, Azzam? Ah anak itu ingin ikut sekolah juga bersama kakak-kakaknya, ia selalu bilang 'jika di rumah tidak ada teman setelah Zura pergi jauh, terlebih saat kakak-kakaknya sekolah,' hal itu kadang membuat hati Aiyla perih, tapi mau bagaimana lagi? Umurnya benar-benar belum cukup untuk sekolah, meskipun Azzam telah lancar membaca, bisa menulis dan bisa berhitung. Umurnya kini tiga tahun, di umur segitu memang anaknya telah pandai dalam hal pelajaran dan semangat untuk sekolah sangat tinggi, berbeda dengan anak-anak lain yang lebih menyukai ponsel dan bermain tanpa waktu.