Pengintaian Berhadiah

223 6 0
                                    

Oleh M. D. Widya Widyastuti

Bobo Nomor 1 Tahun XXX 4 April 2002


Rio memperhatikan Bimo yang berlari kencang setelah menyeberangi jalan. "Uh, Bimo selalu tidak bisa diajak bermain!" gerutunya dalam hati.

Rio masih duduk di bangku taman sekolah. Pikirannya tertuju pada Bimo. Setiap ada tugas kelompok, Bimo selalu satu kelompok dengannya. Bimo baik hati dan suka menolong. Mereka selalu bermain bersama di waktu istirahat. Tetapi anehnya, Bimo tidak pernah bisa bermain bersama di luar jam sekolah.

"Aku tidak bisa, Rio. Ada yang harus aku kerjakan di rumah." Itu jawaban Bimo setiap kali Rio mengajaknya bermain bola atau mobil-mobilan.

Sebenarnya hari ini Rio ingin membicarakan tugas dari Bu Hani, guru Bahasa Indonesia. Mereka ditugaskan menulis pengalaman apa saja yang mereka alami. Tentu saja harus yang menarik. "Karangan yang paling bagus akan mendapat hadiah. Juga akan menjadi wakil kelas IV A ini untuk bertanding dengan kelas IV B dan C."

Waktu istirahat, Rio dan Bimo sudah sempat membicarakannya.

"Aku ada ide, Rio! Kamu bisa bercerita tentang Galih, adik bayimu itu!" seru Bimo bersemangat. Namun Rio berpikir, bukankah semua adik bayi itu lucu? Rio merasa adik bayi bukan lagi cerita yang menarik.

Rio melangkahkan kaki menuju rumahnya. Perasaan kesalnya kepada Bimo mulai berkurang. Tiba-tiba ia berpikir, mungkin saja Bimo punya banyak pengalaman menarik yang rahasia. Setiap pulang sekolah, Bimo langsung pulang. Menyeberangi jalan di seberang taman sekolah, lalu berlari lurus. Setelah itu Rio tak tahu lagi ke mana Bimo pergi.

 Setelah itu Rio tak tahu lagi ke mana Bimo pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rio merasa kegiatannya biasa-biasa saja. Sepulang sekolah langsung ganti baju, cuci tangan, lalu makan. Bermain sebentar, kemudian tidur siang. Usai mandi ia akan menimang-nimang Galih sebentar, nonton TV bersama papa, belajar dan tidur. Tidak ada yang istimewa. Lalu, bagaimana dengan Bimo?

Rio mendapat ide. Esoknya, begitu bel pulang sekolah berdering, ia segera berlari ke kamar mandi. Sebentar kemudian ia muncul dengan kaos biru. Dilihatnya Bimo sudah di seberang taman. Rio segera menyusul menyeberang jalan bersama kerumunan anak lainnya.

Siang itu Rio ingin melaksanakan rencananya. Matanya terus mengikuti langkah Bimo. Sesekali ia bersembunyi di sisi batang pohon yang berjajar sepanjang tepi jalan beraspal. "Ini baru pengalaman menarik!" serunya dalam hati. Rio merasa seperti detektif di film-film. Tentu akan menjadi cerita menarik nantinya. Bayangkan saja, Rio menjadi seorang pengintai! Berulang kali Rio tersenyum sendiri dengan bangga. Kini Bimo sudah cukup jauh di depannya. Jalannya sangat cepat dan Rio cukup kecapaian mengikutinya. Ah, petualangan yang benar-benar mendebarkan, kata Rio dalam hati.

Bimo berbelok kiri meninggalkan jalan aspal. Kini masuk ke jalan setapak berbatu-batu. Kanan-kiri jalan masih berupa tanah kosong. Rio terus mengikuti Bimo yang berbelok lagi. Bimo tampak memasuki sebuah rumah papan tidak berpagar. Halamannya cukup luas.

Rio kembali mengusap peluhnya. Ia segera berlari ke samping rumah itu. Lalu berjingkat berimpit sepanjang dinding rumah. Didengarnya Bimo bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Rio berjalan pelan sampai di samping pintu belakang yang terbuka. Dari celah dinding papan Rio melihat Bimo sedang duduk makan di dapur. Seorang perempuan muda sedang menata bermacam kue di sebuah keranjang.

"Kue talamnya diantar ke rumah Ibu Umar, ya."

Bimo mengangguk, membereskan piring dan gelasnya. Rio terbelalak ketika perempuan itu berdiri dengan satu kaki dan sebuah tongkat penyangga. Ia memberikan keranjang itu kepada Bimo. "Hati-hati di jalan," katanya.

Sejenak Rio terperanjat lagi. Ia belum sempat berlari ketika Bimo sudah ada di depan pintu dan memandanginya dengan terkejut.

 Ia belum sempat berlari ketika Bimo sudah ada di depan pintu dan memandanginya dengan terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rio?! Ada ... apa?" Bimo tergagap.

"Eh, ngg ..." Rio bingung dan malu.

"Siapa, Bim?" tanya perempuan tadi dari dalam.

"Em, anu .... Kak San, teman Bimo," kata Bimo gugup.

Perempuan itu ternyata Kak Santi, kakak Bimo. Ia mempersilakan Rio masuk. Bimo mengajaknya duduk di teras depan dan memberinya segelas minuman. "Kamu mengikuti aku, ya?" tanya Bimo.

"Eh ... tidak! Eh, ... maksudku," Rio gugup karena takut Bimo marah.

Bimo kemudian bercerita. Ia tinggal bersama Kak Santi dan ayahnya. Dua tahun lalu terjadi kecelakaan. Ibunya meninggal dan Kak Santi harus kehilangan sebelah kakinya.

"Ayah bekerja sebagai sopir pabrik. Aku harus membantunya dengan berjualan kue. Kak Santi yang membuatnya," kata Bimo. "Karena itu aku tidak bisa bermain denganmu usai sekolah," lanjutnya.

Rio terdiam. "Maafkan aku, Bim ..." katanya kemudian. Bimo tersenyum.

"Tidak apa-apa, Rio. Aku tahu kamu bukan teman jahat. Tetapi aku tetap takut jika teman-teman tahu aku berjualan kue. Aku tidak punya pengalaman yang menarik. Kalau aku menceritakan pengalamanku sehari-hari, teman-teman pasti akan mengolok-olok aku," tutur Bimo pelan.

Rio terdiam lagi. Sejenak kemudian dipegangnya lengan Bimo.

"Boleh aku temani kamu berjualan hari ini?" tanya Rio.

"Sungguh?" Bimo terkejut bercampur gembira.

Rio mengangguk mantap. Mereka kemudian tertawa bersama. Rio berjanji dalam hati, ia tidak akan menulis petualangannya yang menarik itu untuk tugas sekolah. Ia tidak ingin mendapat hadiah dari Bu Hani. Sebab dari pengintaiannya ia sudah mendapat hadiah, yaitu Bimo, sahabat yang baik hati.

Tak lama kemudian, suara mereka terdengar di sepanjang jalan kampung. "Kue ... kue! Kue ubi, kue talam ..." seru Bimo. "Pisang goreng, tapai goreng ..." Rio menyambung. Mereka saling pandang, lalu tertawa bersama. ***


Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalaukamu tertarik membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2002Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang