Bobo Nomor 46 Tahun XXIX 14 Februari 2002
Sebenarnya ladang Pak Jim sama seperti ladang-ladang lain di sekitarnya. Hanya saja jagung yang ditanam Pak Jim tumbuh lebih cepat dan lebih subur dibandingkan milik petani lain.
"Bagaimana Anda mengolahnya?" seorang tetangga bertanya.
"Itu berkat Tripper, keledaiku," jawab Pak Jim. "Tripper mengerjakan semuanya. Dia keledai terbaik yang ada di sini."
Betapa sayang Pak Jim pada Tripper. Ia merawat keledai hitam itu seperti keluarganya sendiri. Ia memberi makan Tripper sampai keledai itu gemuk. Ia juga menyikat bulunya sampai sehalus kain satin.
Suatu pagi Pak Jim mengikat Tripper pada kereta. Bersiul riang ia menaiki kereta menuju ladang. Pak Jim bermaksud memanen jagungnya hari itu. Saat menyusuri sungai, ia bertemu Paman Spike, tetangganya yang sedang memancing.
"Sudah dapat ikan, Paman?" sapa Pak Jim.
"Sial, sungguh sial! Cuaca terlalu dingin!" sahut orang tua itu. "Mestinya aku memanen jagung di ladangku. Tetapi keledai tuaku telah mati."
Pak Jim menjadi kasihan. Ia berjanji meminjamkan Tripper untuk bekerja sehari di ladang Paman Spike.
"Aduh, sungguh baik hatimu!" sahut Paman Spike gembira. "Jagungku tidak akan dicuri burung gagak lagi."
Hari Senin Paman Spike datang mengambil Tripper. Sebenarnya Pak Jim sedih Tripper jauh darinya. Sayang ia sudah berjanji dan tak bisa menarik ucapannya lagi. Ia melepaskan Tripper dari tiang, lalu menyerahkannya kepada Paman Spike.
Paman Spike mengembalikan Tripper menjelang malam.
"Ini keledai terbaik yang pernah kulihat," puji Paman Spike. "Tripper sanggup menyelesaikan pekerjaan dua ekor keledai. Kini semua jagungku telah aman di dalam lumbung."
Pak Jim kasihan melihat Tripper. Keledai itu nampak sangat lelah sampai-sampai kedua telinganya terkulai. Segera Pak Jim menggosok tubuh Tripper, memberinya gandum dan selimut jerami yang bersih.
"Kasihan kau, Tripper," bisik Pak Jim. "Kau telah bekerja keras. Besok kau boleh bermalas-malasan sepanjang hari."
Tanpa diduga, Paman Spike datang lagi pada hari Selasa.
"Nampak akan turun salju," kata Paman Spike pada Pak Jim.
"Padahal aku tidak memiliki persediaan kayu api. Kalau boleh meminjam keledaimu, aku bisa mengambil kayu untuk musim dingin ini."
Pak Jim tak ingin Tripper bekerja keras lagi, tetapi ia kasihan pada Paman Spike. Jadi, dia merasa harus meminjamkan Tripper pada laki-laki tua itu.
Dan, lagi-lagi Paman Spike mengembalikan Tripper saat malam tiba. Tripper sangat lelah dan lapar. Pak Jim melihat keledainya nampak kurus. "Besok kamu bisa santai, Tripper!" hiburnya.
Tetapi pagi berikutnya sebelum Pak Jim menghabiskan sarapannya, Paman Spike mengetuk pintu. Ia memerlukan Tripper untuk mengangkut gandum ke kota. Ingin sekali Pak Jim mengatakan tidak, tetapi ia tidak bisa berkata begitu.
Hari itu Tripper yang malang pulang ketika bintang mulai bersinar dan bulan jauh tinggi di langit. Pak Jim menghiburnya dan berjanji bahwa Tripper pasti bisa beristirahat.
Ternyata setiap hari pada minggu itu Paman Spike datang dengan cerita menyedihkan, lalu meminjam Tripper. Dan setiap kali Pak Jim tetap tidak bisa mengatakan tidak.
Sebelum akhir minggu Tripper telah berubah. Matanya sayu, kakinya lemah, seluruh tubuhnya kelelahan. Walau Pak Jim tetap rajin memberinya makan, Tripper semakin kurus.
"Tripper, cukup sudah semua ini!" kata Pak Jim akhirnya. "Sepanjang minggu ini kita telah berlaku bodoh. Kamu bekerja sampai sakit, lemah dan kurus. Aku memberimu makan dan menidurkanmu. Tapi siapa yang beruntung? Tetangga kita, Paman Spike! Seharusnya ia malu pada dirinya sendiri!"
Tripper mengibaskan telinganya seolah-olah mengerti dan Pak Jim terus berbicara, "Ya Tripper! Kamu dan aku harus menghentikan ini! Mulai sekarang Paman Spike tidak boleh meminjammu lagi. Kebaikanku telah disalahgunakan."
Keesokan harinya Paman Spike mengetuk pintu Pak Jim sekali lagi. Ia menceritakan nasibnya yang malang. Tetapi ketika dia meminjam Tripper, Pak Jim telah menyiapkan satu jawaban.
"Maaf, Paman Spike," katanya. "Anda datang untuk meminjam keledaiku. Tetapi sejak pagi aku tidak melihat Tripper. Aku telah memberinya makan dan minum. Setelah itu aku tak melihatnya lagi."
Tiba-tiba terdengar suara keras, "Hii ... how ...."
Tripper meringkik di gudang. Barangkali ia mengucapkan selamat pagi kepada Daisy Sapi.
"Itu suara keledai. Kau pasti bohong!" Paman Spike berteriak marah. "Aku tidak percaya kalau kau tidak melihat Tripper! Aku tahu arti ringkikan keledai itu. Artinya, 'Hai, aku Tripper'!"
"Tenanglah, Paman Spike!" kata Pak Jim. "Selama ini aku meminjamkan keledaiku padamu. Tripper mengerjakan seluruh pekerjaanmu tapi akulah yang memeliharanya," kata Pak Jim. Lalu sambungnya, "Nah, Anda telah mendengar jawabanku, juga mendengar ringkikan keledai itu. Siapa yang akan Paman Spike percayai? Aku atau keledai yang meringkik tadi?" (Dari "Should You Believe a Mule", diterjemahkan oleh Lena D) ***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2002
Short Storylanjutan dari Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001