Ketika Ayah dan Ibu Pergi

85 0 0
                                    

Oleh Ny Widya Suwarna

Bobo Nomor 41 Tahun XXIX 10 Januari 2002


Tika, Ardi, dan Sisi saling berpandangan. Mereka baru pulang sekolah dan membaca pesan di whiteboard: Kakek di Cikampek sakit. Ibu dan Ayah pergi menjenguk. Paman Sam akan menemani kalian. Besok sore kami kembali.

Tika segera menggantikan tugas ibunya. Mengajak makan kedua adiknya. Selesai makan, ia mencuci piring. Lalu bergabung dengan Ardi dan Sisi di sofa di ruang tamu. Keduanya seperti agak bingung.

 Keduanya seperti agak bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya Paman Sam mau datang. Kok belum datang?" keluh Ardi.

Agar adik-adiknya tenang, Tika menelepon ke ponsel pamannya. Paman Sam adalah adik Ibu. Tubuhnya gemuk pendek. Sifatnya periang. Ia tidak pernah marah walaupun sering dipanggil Napoleon. Ia seorang wartawan.

"Paman Sam sudah dekat. Ia habis membeli radio kecil untuk hadiah pemenang lomba!" ujar Tika selesai menelepon.

"Memang ada lomba apa?" tanya Sisi.

"Entahlah. Katanya kita bertiga yang akan ikut lomba!" jawab Tika.

Saat itu terdengar deru motor yang berhenti di depan rumah.

"Horeee, Paman Sam datang!" seru Ardi dengan riang. Tiba-tiba suasana rumah menjadi hidup. Paman Sam masuk dengan membawa tasnya yang cukup besar. Biasa, isi tasnya kamera, tape recorder, buku, dan lain-lain.

"He, he, he, ada tiga anak kehilangan induk, ya?" sapa Paman Sam sambil menggoda.

"Memangnya, kami ini ayam?" kata Tika, pura-pura merajuk.

Keempat orang itu duduk di sofa. Paman Sam mengeluarkan tiga lembar kertas dan menyuruh anak-anak itu membawa bolpoin.

"Lombanya ada tiga macam. Yang jadi juri kita semua. Pemenangnya dapat radio kecil. Asyik, kan!" kata Paman Sam. "Sekarang, perhatikan sekeliling ruangan. Kalian punya waktu satu menit! Setelah itu kita akan ke meja makan. Tulislah sebanyak mungkin benda yang kalian lihat di ruang tamu ini!"

Dengan semangat anak-anak mengikuti petunjuk. Setelah lomba selesai, Paman Sam menggelar jawaban ketiga anak itu di atas meja.

"Ayo, tentukan sendiri siapa pemenangnya!" ujar Paman Sam.

"Ardi yang menang. Dia menulis paling banyak. Meja, sofa, taplak, vas bunga, foto, majalah, kunci pintu, koran, lampu, televisi, VCD!" kata Tika.

"Bagus. Ronde pertama, Ardi yang menang. Sekarang ronde kedua. Tulislah apa yang akan kalian lakukan nanti malam sebelum tidur, agar bisa tidur dengan tenang walau tak ada yang menjaga!" kata Paman Sam.

"Memang Paman tidak menginap?" tanya Tika.

Paman Sam menggelengkan kepala.

"Yang benar saja. Ini kan malam Minggu. Bisa-bisa pacarku marah kalau aku di sini terus menemani kalian. Lagipula kalian sudah kelas lima, kelas empat, kelas tiga. Bertiga lagi. Waktu seusia kalian, aku tidak takut menunggu rumah sendirian!" Paman Sam mengedip-ngedipkan mata dengan lucu.

Ketiga anak itu mulai menulis. Jawaban mereka lalu digelar di meja. "Wah, Kak Tika yang menang. Ia menulis: kunci pintu dan jendela, periksa apakah kompor sudah mati, padamkan lampu, buang sampah, cuci kaki tangan, berdoa, lalu tidur. Jawaban Sisi dan aku tidak lengkap!" kata Ardi.

"Bagus, kalian memang juri yang baik. Jadi Ardi menang satu ronde. Dan Tika menang satu ronde. Sekarang akan kita lihat siapa yang jadi juara di ronde ketiga!" kata Paman Sam, lalu mengeluarkan uang dan memberikan kepada masing-masing anak Rp 1.500,00.

"Nah, pergilah dan kembali dalam waktu 15 menit. Pakai uang ini untuk menolong atau menggembirakan orang lain. Ingat bukan untuk kepentingan kalian. Ini untuk belajar agar tidak mementingkan diri sendiri!" kata Paman Sam.

Ketiga anak itu pergi. Tak sampai 15 menit, ketiganya kembali.

"Aku ingin menyenangkan Paman. Paman kubelikan kerupuk!" kata Ardi sambil menyerahkan kerupuk sekantung.

"Curang kamu. Kamu menyogok Paman!" protes Sisi.

"Paman bukan juri. Jadi tidak bisa disogok! Lagipula kerupuknya cukup banyak. Jadi nanti akan kita nikmati bersama!" kata Paman.

"Aku pergi ke depan warung. Di sana ada yang menyewakan otopet. Satu jam Rp 1.500,00. Ada tiga anak yang menonton kawan-kawannya bermain otopet. Orangtua mereka tidak punya uang. Jadi aku sewa satu jam untuk mereka bertiga. Mereka mengucapkan terima kasih dan sangat senang!" cerita Sisi.

"Kalau aku, ah, uangku kuberikan pada Nenek Amah. Kasihan aku melihatnya!" kata Tika. "Matanya buta dan ia sudah tua!"

"Nenek Amah? Kata Malik, Nenek Amah itu banyak uangnya. Tiap bulan dapat kiriman dollar dari anaknya yang kerja di luar negeri!" ujar Ardi.

"Oh, ya? Wah, aku tidak tahu itu!" keluh Tika.

"Tidak apa, tidak apa, yang penting Tika sudah berbuat baik!" ujar Paman Sam. "Cuma lain kali, harus cek dan re-cek!"

"Ronde ketiga ini, Sisi yang menang. Dia menolong tiga anak yang benar-benar membutuhkannya. Paman sebenarnya tidak butuh kerupuk. Nenek Amah juga tidak perlu uang. Jadi kurang tepat sasaranku dan Kak Tika!" kata Ardi.

"Bagus, kalau begitu skor kalian sama. Tidak ada pemenang yang berhak mendapat radio. Berarti radio kecil ini untukku sendiri!" Paman Sam memamerkan radio kecil yang baru dibelinya.

"Bikin lomba lagi, Paman, supaya ada pemenangnya!" usul Ardi.

"Tidak, ah. Aku ada tugas. Tapi, begini saja. Kalian bertiga sudah menang. Bagaimana kalau kalian bertiga mendapat hadiah radio ini? Eh, tapi nanti kalian ribut! Pasti akan terjadi Ardi mau dengar pertandingan bola, Tika mau dengar siaran pendidikan, dan Sisi mau dengar lagu. Kan akhirnya jadi ribut! Bisa-bisa aku yang dimarahi Ayah dan Ibu kalian!" kata Paman Sam.

 Kan akhirnya jadi ribut! Bisa-bisa aku yang dimarahi Ayah dan Ibu kalian!" kata Paman Sam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Begini saja, radionya digilir. Hari ini Ardi yang pegang, besok Sisi, dan lusanya aku yang pegang!" usul Tika.

"Wah, pintar kau. Ya sudah, terimalah ini. Semoga kalian terhibur!" kata Paman Sam sambil bangkit berdiri.

"Yaaa, Paman mau pergi lagi?" kata Ardi.

"Ya, Paman mau pulang, ambil pakaian, lalu kembali ke sini untuk menginap!" kata Paman Sam. "Sekalian bawa makan malam kalian!"

"Horeee!" anak-anak bersorak.

"Katanya tadi tak mau menginap, takut pacarnya marah!" goda Sisi.

"Paman lebih takut kalau tiga keponakan yang marah," kata Paman Sam.

Paman Sam mengendarai motornya. Ketiga anak itu melambaikan tangan. Lalu masuk ke rumah untuk mencoba radio kecil. Rumah tidak terasa sunyi lagi, walaupun Ayah dan Ibu pergi. ***


Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalaukamu tertarik membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2002Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang