Jas Hujan Ajaib

98 2 0
                                    

Oleh Lia Kusumawati

Bobo Nomor 45 Tahun XXIX 7 Februari 2002


Lili menatap hujan melalui jendela rumahnya dengan kesal. Siang ini dia harus pergi les piano, tapi hujan tampak semakin deras saja. Sudah dua kali les piano dia lewatkan, dan hari ini dia tak ingin ketinggalan pelajaran lagi.

"Lili, apa kamu tidak masuk lagi hari ini?" tanya ibunya.

"Lili sebenarnya ingin pergi, Bu, tapi hujannya deras sekali. Lagipula, payung dan jas hujan Lili kan rusak!" jawab Lili.

"O iya! Coba kamu cari jas hujan ibu waktu kecil dulu di gudang!" kata ibunya lagi.

Lili segera menuju sebuah ruangan kecil di atas ruang keluarga. Di situlah, tempat mereka menyimpan barang bekas. Lili membuka pintu gudang dengan perlahan. Deritan pintu terdengar keras saat Lili membukanya. "Uhuk .... Uhuk!" Lili terbatuk-batuk.

Barang-barang bekas bertebaran di mana-mana. Mata Lili melihat ke sekeliling ruangan, mencari jas hujan. Tiba-tiba matanya melihat sebuah peti kecil berwarna merah. Bentuknya sangat unik. Lili sampai lupa akan tujuannya mencari jas hujan.

 Lili sampai lupa akan tujuannya mencari jas hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah ... peti ini lucu sekali. Masih bagus lagi, walaupun sudah tua!" gumam Lili mengambil peti merah itu. Lili menaruh peti itu di lantai gudang. Dibersihkannya debu yang menempel. Aha, sekarang peti itu tampak bagus kembali.

Lili membuka peti itu pelan-pelan. Meski tutupnya sudah mulai berkarat, Lili dapat membukanya dengan mudah. Lili heran memandang isi peti itu. Diambilnya satu persatu benda-benda di dalamnya. Ada topi, tongkat kecil, slayer, saputangan, bola-bola kecil berwarna-warni dan ... jas hujan!

"Aha ... kebetulan sekali, aku kan butuh jas hujan!" gumam Lili.

"Lili ...!" ibunya memanggil Lili dari bawah. Lili terkejut mendengarnya.

"Sudah ketemu, Nak?"

"Sudah, Bu!"

"Cepat turun, nanti kamu terlambat!"

"Iya, Bu ...!"

Lili bergegas turun sambil membawa jas hujan yang ditemukannya tadi.

"Ibu .... Lili berangkat, ya ..." Lili berpamitan. Sambil berlari kecil, Lili mempercepat larinya. Tempat les piano Lili hanya berjarak dua blok dari rumahnya. Jadi, Lili tidak perlu naik angkutan umum untuk sampai ke sana. Cukup dengan berjalan kaki.

"Ah ... Lili memang ceroboh sekali," pikir ibunya begitu melihat pintu gudang masih terbuka. Ketika Ibu akan menutup pintu gudang, Ibu melihat jas hujan hijau miliknya dulu, di rak paling atas.

"Lo itu kan jas hujanku! Mengapa tidak dipakai Lili, ya?" gumam ibunya heran. Di luar hujan mulai mereda, tinggal gerimis kecil.

"Ah ... orang-orang ini bagaimana sih! Masak mereka berjalan menabrak-nabrak aku, sepertinya aku ini tak terlihat!" gerutu Lili dalam hati. Ya, sepanjang jalan itu Lili selalu ditabrak orang, padahal dia sudah menghindar.

"Aduh!" Lili berteriak kesakitan, waktu seorang bapak bertubuh gemuk menabraknya dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aduh!" Lili berteriak kesakitan, waktu seorang bapak bertubuh gemuk menabraknya dengan keras.

"Adudududuuuuh ... sakiiit ..." rintih Lili pelan. Bapak gemuk itu terus saja berjalan, tanpa meminta maaf pada Lili. Dia tampak kebingungan, menengok ke kiri dan ke kanan, waktu Lili mengaduh kesakitan.

"Ah, sekarang aku tinggal menyeberang," gumam Lili. Untunglah sore ini jalan raya tampak sepi. Lili tak akan kesulitan menyeberang. Saat Lili menyeberang, tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang dari sebelah kanan Lili. Untung saja Lili melihat mobil itu, hingga dia dapat berlari menghindar ke arah seberang.

"Uff ... hampir saja!" jantung Lili berdegup kencang. Kakinya terasa lemas sekali.

"Hari ini memang hari paling aneh!" gumamnya sepulang dari les. Ia merasa bingung dengan semua kejadian yang dialaminya.

Tiba-tiba Ibu masuk ke kamar Lili. Dilihatnya Lili duduk termenung di tepi tempat tidur.

"Lili, tadi kamu pakai jas hujan siapa?" Kok tidak pakai jas hujan Ibu dulu?" tanya Ibu sambil memperlihatkan jas hujan warna hijau.

"Ooo, jadi kamu pakai jas hujan ini! Ini kan punya kakek!" sahut Ibu sambil duduk di samping Lili.

"Maksud Ibu, jas hujan ini punya kakek waktu kakek kecil?" tanya Lili menatap heran jas hujan merah itu.

"Bukan! Kakekmu dulu senang mengoleksi barang-barang antik. Jas hujan ini salah satunya," Ibu menerangkan sambil menukar jas hujan merah dari tangan Lili dengan jas hujan warna hijau miliknya dulu. Ibu memandang Lili sambil tersenyum, dan memeluknya.

"Lupakan kejadian tadi, ya! Hari Minggu besok, kita beli jas hujan baru ...!" kata Ibu. Lili mengangguk heran.

"Mengapa Ibu tahu, hari ini aku mengalami kejadian aneh?" pikir Lili dalam hati.

Ibu memandangi jas hujan merah itu sambil tersenyum. Dia teringat, dulu dia pun pernah mengalami hal aneh dengan jas hujan itu. Ibu segera memasukkan jas hujan itu ke dalam peti kecil berwarna merah juga. Kemudian ditaruhnya peti kecil itu di rak paling atas, di dalam gudang. "Semoga tak ada yang dapat menemukannya!" gumam Ibu.

***

Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2002Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang