Bobo No. 47/XXIX/02
Dahulu kala, ada seorang petani bersama tiga putrinya. Ketiga putrinya ini bergiliran mengantar makan siang untuknya di ladang. Namun, dua hari terakhir ini ia tidak mendapat makan siang. Rupanya, saat giliran si Sulung mengantar, seekor ular besar menghadangnya. Si Sulung takut, dan lari pulang. Ia tak peduli dengan makan siang ayahnya. Hal sama terulang, ketika si Tengah mengantar makanan. Karena takut, ia pun lari dan melempar makan siang ayahnya.
Hari berikutnya, giliran si Bungsu. Ia anak yang bijaksana dan pemberani.
"Kasihan Ayah. Dua hari ia tak mendapat makan siang. Hari ini aku tak boleh gagal," tekadnya. Maka hari itu ia menyiapkan dua bekal makan siang.
Sampai di tengah hutan, si ular raksasa menghadangnya. Tapi si Bungsu tidak takut. Diberikannya satu bekal makan siang kepada si ular. Ular besar sangat berterima kasih. Ia kagum pada keberanian si Bungsu. Maka ia memberi hadiah 'tiga keajaiban' untuk si Bungsu. Yang pertama, jika si Bungsu menangis, air matanya menjadi tetes-tetes mutiara. Yang kedua, jika si Bungsu tertawa, dari mulutnya akan bermunculan biji-biji delima. Yang ketiga, saat si Bungsu mencuci tangan, akan bermunculan ikan berbagai jenis.
Hari itu Pak Petani itu bisa memperoleh makan siang.
Suatu hari, si petani tidak memiliki lauk-pauk. Si Bungsu sedang mencuci tangan di baskom. Maka muncullah berbagai jenis ikan memenuhi baskom. Kedua kakak perempuannya sangat iri melihat kehebatan si Bungsu. Mereka lalu memfitnah si Bungsu, "Ayah, si Bungsu telah menjadi tukang sihir. Ia bisa mencelakakan kita dengan ilmunya. Kurung saja dia!"
Sang Ayah percaya pada hasutan itu. Ia lalu mengurung si Bungsu di sebuah kamar. Jendela tempat si Bungsu dikurung menghadap ke kebun istana. Tempat itu sering dipakai Pangeran Muda bermain bola.
Suatu ketika, saat Pangeran berlari mengejar bola, ia terjatuh. Si Bungsu tak bisa menahan tawa. Maka biji-biji delima berjatuhan ke kebun istana. Sang Pangeran heran. Darimana datangnya biji-biji delima itu? Tapi ia tak bisa menemukan, karena si Bungsu bergegas menutup daun jendela.
Esok harinya, Pangeran melihat sebatang pohon delima yang berbuah lebat. Tapi ketika ia hendak memetik buahnya, pohon itu bertambah tinggi sendiri. Sehingga tak sebuah pun berhasil dipetiknya. Penasehat istana lalu meramal, "Hanya ada seorang wanita muda yang sanggup memetik buahnya. Dan wanita itulah yang kelak menjadi istri Putera Mahkota."
Raja lalu mengeluarkan pengumuman. Semua gadis belia harus datang ke kebun istana untuk memetik buah pohon delima ajaib. Maka gadis-gadis belia dari seluruh pelosok negeri berdatangan. Termasuk kedua anak perempuan petani. Tapi tak seorang pun berhasil.
"Bagaimana ini, Penasehat? Gadis belia di seluruh negeri sudah habis, tapi tak satu pun sanggup memetik buahnya?" tanya Raja heran.
Penasehat bijak menjawab, "Yang Mulia, masih ada satu yang tersisa."
Prajurit kerajaan pun diperintah untuk memeriksa seluruh rumah. Dan akhirnya mereka menemukan si Bungsu yang dikurung. Si Bungsu dibawa ke kebun istana. Sungguh aneh! Begitu si Bungsu mendekati pohon, cabang-cabang pohon melengkung sendiri. Buah-buah delima ranum berjatuhan ke telapak tangannya. Calon isteri Pangeran sudah ditemukan!
Tapi cerita tidak berakhir di sini.
Ketika hari pernikahan tiba, si Bungsu sudah dirias cantik. Pangeran mengirim gaun pengantin, mahkota yang indah, dan kereta istana untuk menjemputnya. Kedua kakak perempuannya mengantarnya. Tapi di tengah hutan, si Sulung dan si Tengah menghentikan kereta.
Mereka merampas gaun pengantin dan mahkota kiriman Pangeran. Si Sulung lalu menyamar menjadi calon pengantin, menggantikan adiknya. Si Bungsu ditelantarkan di tengah hutan lebat.
Ketika tiba di istana, Pangera merasa curiga. Sebab wajah calon istrinya tidak lembut seperti yang dulu dilihatnya. Namun apa boleh buat. Wanita itu membawa bukti gaun pengantin dan mahkota pemberian Pangeran.
Sementara itu, si Bungsu ditolong oleh seorang pedagang keliling. Pedagang itu mengundangnya ke rumahnya, dan memberi si Bungsu makanan. Sebagai ucapan terima kasih, si Bungsu memberinya beberapa butir mutiara, yang berasal dari air matanya.
Suatu hari, si Bungsu beristirahat di bawah pohon. Tiba-tiba datanglah ular yang telah memberinya tiga keajaiban. Sang ular memberi kabar bahwa pesta pernikahan ditunda karena si Sulung sedang sakit. Ia hanya bisa sembuh jika makan buah ara. Padahal saat itu bukan musim buah ara.
Dengan kesaktiannya, si Bungsu bisa membuat pohon ara berbuah lebat. Ia lalu meminta si pedagang mengumpulkan sekeranjang buah ara untuk ditawarkan kepada calon istri Pangeran, yaitu si Sulung. "Kalau ditanya harganya, minta saja agar ditukar dengan gaun pengantin," kata si Bungsu.
Pedagang keliling melaksanakan permintaan si Bungsu.
Si Sulung sangat gembira mendapatkan sekeranjang buah ara. "Jika aku sembuh, aku akan segera menjadi Ratu!" pikir si Sulung serakah. Maka tanpa pikir panjang, ia memberikan gaun pengantinnya kepada pedagang keliling.
Sekarang si Bungsu sudah memiliki gaun pengantin.
Tak lama kemudian, si Sulung jatuh sakit lagi. Pernikahan mereka tertunda kembali. Si Bungsu lalu membuat pohon persik berbuah lebat. Si Pedagang lalu menjual sekeranjang buah persik ke calon istri Pangeran. Kali ini si Bungsu meminta dibayar dengan mahkota penghias rambut.
Si Bungsu sekarang punya mahkota.
Dengan dandanan utuh si Bungsu lalu datang ke istana. Ia mengenakan gaun pengantin dan mahkota penghias rambut. Pangeran mengenalinya.
"Dialah gadis yang berhasil memetik buah-buah delima di kebun istana! Dialah calon istriku yang sebenarnya!" seru Pangeran.
Si Bungsu menceritakan kejadian yang dialaminya. Namun ia tetap mengampuni kedua kakaknya. Akhirnya, Pangeran pun menikah dengan si Bungsu. (Cerita Italia/Kadir Wong)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2002
Truyện Ngắnlanjutan dari Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001