Oleh Benny Rhamdani
(Pemenang II Lomba Dongeng Bobo 2001)
Bobo Nomor 5 Tahun XXX 2 Mei 2002
Di awal bulan ketujuh, Raja Sagalana selalu membuka lowongan kerja. Ia memberi kesempatan pada rakyatnya untuk bekerja di istana. Biasanya rakyat negeri itu melamar sebagai pelayan atau prajurit.
Orang perempuan yang melamar sebagai pelayan istana paling banyak jumlahnya. Di antara mereka terdapat gadis kecil berpakaian dekil. Ia menggendong seekor anak ayam. Ia menawarkan anak ayam itu kepada para pelamar lainnya.
"Mengapa kau jual anak ayam itu?" tanya seorang perempuan muda.
"Induknya sudah mati. Aku tidak mampu merawatnya lagi."
Perempuan muda itu akhirnya membeli anak ayam itu.
"Mengapa Kakak ingin membelinya?" tanya gadis kumal itu.
"Karena nasib anak ayam ini sama denganku. Hidup di dunia sebatang kara," jawabnya cepat.
Gadis kumal itu kemudian pergi. Tak lama kemudian datang dua petugas istana. "Siapa namamu?" tanya petugas itu.
"Namaku Nyi Herang dari Kampung Cipancar," jawabnya.
"Kamu dipersilakan langsung bekerja di istana hari ini juga. Tugasmu adalah sebagai pelayan pribadi Putri Bungsu," ujar si petugas istana.
Nyi Herang terkejut dengan pengangkatan tersebut. Demikian juga para pelamar lainnya. Tapi setelah petugas istana itu menjelaskan, barulah semua mengerti. Ternyata gadis yang menjual anak ayam itu adalah Putri Bungsu yang menyamar. Putri Bungsu rupanya ingin mencari sendiri pelayan untuk dirinya.
Nyi Herang sangat bahagia pada hari pertamanya bekerja. Ia memang sangat ingin bekerja sebagai pelayan di istana. Namun, tujuan utamanya bukan untuk mencari nafkah. Melainkan ... membalas dendam!
Nyi Herang ingin membalas dendam pada Pangeran Sulung. Dua bulan lalu, Nyi Herang berdagang di pasar menemani ibunya. Seperti biasa, rombongan Pangeran Sulung datang ke pasar untuk mengambil upeti. Namun saat berada di dekat gerobak dagangan Nyi Herang, tiba-tiba kuda Pangeran Sulung mengamuk. Rupanya kuda itu kaget melihat belut yang dijual Nyi Herang. Pangeran Sulung terjatuh. Ibu Nyi Herang sendiri terkena tendangan kuda.
Sejak peristiwa itu Nyi Herang tidak boleh berdagang lagi di pasar. Padahal luka ibu Nyi Herang cukup parah. Karena tidak mampu membeli obat, ibu Nyi Herang meninggal dunia. Nyi Herang sangat sedih karena ia jadi sebatang kara. Ia bertekad membalas dendam kepada Pangeran Sulung!
Kini Nyi Herang sudah berhasil bekerja di dalam istana. Ia sangat menyukai Putri Bungsu yang baik hati. Namun ia tetap mencari jalan untuk mendekati Pangeran Sulung dan memberinya racun. Sudah enam hari ia bekerja di istana, Pangeran Sulung belum juga tampak.
Pada hari kerjanya yang ketujuh, Putri Bungsu memanggilnya.
"Temani aku menemui kakakku," pinta Putri Bungsu.
Nyi Herang membuntuti Putri Bungsu dengan dada berdebar. Akhirnya saat yang dinantinya tiba juga. Mereka masuk ke sebuah kamar besar. Betapa terkejutnya Nyi Herang ketika melihat Pangeran Sulung terbaring tidak berdaya. Apa yang terjadi dengan Pangeran Sulung?
"Kakang, ini pelayan saya yang baru. Namanya Nyi Herang. Ia sangat baik," ucap Putri Bungsu sambil mendekati Pangeran Sulung.
Nyi Herang memaksa bibirnya untuk tersenyum. Mata Pangeran Sulung hanya mengedip pelan. Putri Bungsu mengecup kening kakaknya. Setelah itu ia pamit sambil menahan isak tangisnya. Di kamarnya, Putri Bungsu baru menumpahkan air matanya di depan Nyi Herang. Rupanya selama ini ia menyembunyikan kesedihannya di depan semua orang.
"Apa yang telah menimpa Pangeran Sulung, Tuan Putri?" tanya Nyi Herang kemudian. Hatinya tersentuh melihat kesedihan Putri Bungsu.
"Aku sendiri tidak tahu, Nyi. Mula-mulai ia terjatuh dari kudanya di sebuah pasar. Kakinya hanya terkilir. Tapi lama kelamaan sakitnya semakin parah. Seorang tabib terkenal berkata, penyakit kakaknya itu adalah akibat dendam seseorang yang terluka hatinya. Sayang tabib itu tidak menyebutkan siapa orangnya. Jadi kami tak bisa mencari orangnya untuk meminta maaf," papar Putri Bungsu sambil mengusap air matanya.
"Apakah Tuan Putri sangat menyayangi Pangeran?" tanya Nyi Herang.
"Ya, sangat. Aku sangat sedih karena seperti sudah kehilangan orang yang aku sayangi."
"Hamba bisa merasakan kesedihan Tuan Putri. Hamba juga pernah kehilangan orang yang hamba sayangi," gumam Nyi Herang.
"Percayalah, Pangeran Sulung pasti akan sembuh. Asal Tuan Putri sungguh-sungguh berdoa."
Putri Bungsu menganggukkan kepalanya.
Sore harinya Nyi Herang meninggalkan istana diam-diam. Ia pergi mengunjungi makam ibunya dan bergumam, "Ibu, aku tahu Ibu tidak pernah mengajarku menyimpan dendam. Maafkan aku, Bu, sebab telah berbuat keliru. Mulai sekarang aku akan menghapus semua dendamku. Dendam ini hanya akan menambah jumlah orang yang bersedih!"
Satu minggu kemudian kesehatan Pangeran Sulung berangsur baik. Putri Bungsu begitu gembira. Namun sayang ia tidak berhasil menemukan Nyi Herang. Walaupun ia telah mengutus prajurit-prajurit istana untuk mencari pelayan yang disayanginya itu. ***
Hai! Terima kasih telah membaca kliping cerita ini. Kalaukamu tertarik membaca kliping sejarah juga, silakan berkunjung ke http://klipingsejarahku.blogspot.com/.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2002
Contolanjutan dari Kumpulan Cerpen dan Dongeng Bobo 2001