Berubah

938 126 33
                                    

Sudah dua bulan lebih kini Illona dan Irena tinggal di Jakarta. Mereka sudah mulai menyesuaikan diri masing-masing dan Illona juga sering dibantu oleh keluarga Allerick ketika Irena tak ada atau mendapatkan kerjaan keluar kota. Apalagi Vano dan Joy yang selalu senang jika disuruh untuk menemani Illona. Kedua kakak adik itu akan berebut datang kerumah Irena.

Berbeda dengan Harvey, lelaki itu tak pernah cukup jika sudah mendapatkan sesuatu. Sekarang, lelaki itu ikut dengan kelompok basket ibu kota untuk mendapatkan beasiswa ke Jerman. Menang antar sekolah tak akan pernah cukup untuknya. Ia terus mencoba lainnya dan mengumpulkan semua penghargaan. Bahkan ia melupakan sesuatu.

Gadisnya yang selalu menunggu.

Tapi Illona tak terlalu kesepian sekarang. Ada Vano yang dengan setia menemaninya kemana saja. Bahkan Vano juga sering membawanya jalan-jalan berdua.

Walaupun Illona buta. Vano tetap memperhatikannya dan perasaanya tak pernah berubah. Justru ia semakin menyayangi gadis itu. Ia sekarang juga berhenti merokok dan balap demi menemani Illona. Sampai kadang teman-temannya bingung kenapa Vano super sibuk akhir-akhir ini.

"Kemana lo Van?" tanya Evan yang melihat Vano terburu-buru.

"Cabut dulu, kak Joy dah nunggu"

Ya selain Illona, Vano memang menjadi tukang antar jemput Joy semenjak mobil kakaknya menabrak tiang listrik. Karena Vano adalah adik yang penurut jadi ia mau mau saja dimanfaatkan oleh kakaknya.

Kini Illona hanya duduk disofa sembari bermain dengan kucing dan puppy kesayangannya. Irena baru membelikan puppy untuk menemani putrinya. Ia tahu, kucing Illona tak bisa menjaga putrinya dengan baik. Jadi ia memutuskan membeli puppy. Vano sendiri belum pulang dan Joy juga masih kuliah. Kira-kira satu jam lagi mungkin keduanya pulang dan menemani Illona yang sendirian.

Keadaan diluar rumah sudah mendung tapi ia tak bisa melihatnya hanya merasakan dingin yang mulai menyentuh kulitnya saja.

"Halo bunda?" jawab Vano pada telfon yang baru saja ia angkat.

...

"Sini memang udah mendung bund, ada apa?"

...

"Oke bund, Vano sama kak Joy pulang sekarang" Vano mengakhiri telfon dan mulai menambah kecepatan mobilnya.

"Ada apa dek?"

"Illona takut hujan, kita harus balik sekarang kak. Makannya dirumah aja"

"Ya udah balik aja dek" bukan hanya Vano yang khawatir tapi Joy juga.

Vano membelah jalanan saat hujan semakin deras. Joy mulai mengencangkan seatbeltnya. Ia tahu kok adiknya driver sekaligus rider handal hanya saja nasib tak ada yang tahu kan?

Sementara di lapangan basket indoor. Seorang lelaki melamun memandangi hujan deras itu. Ia baru saja tiba dan untung saja ia sampai sebelum hujan.

"Illona.." lirihnya teringat gadisnya.

"Tapi paling Vano udah dateng duluan kan?" Ia tersenyum pahit dengan seringaian kecil lalu menunduk.

Harvey tak bodoh, sejak ia mencium Illona malam anniversary sebulan yang lalu. Ia sudah yakin hati Illona bukan miliknya. Namun ia masih belum mau melepasakan gadis itu. Harvey masih mencintainya dan biarkan saja begini, ia hanya perlu memiliki Illona walaupun mungkin hati gadis itu bukan miliknya lagi.

"Gue bakal lepasin kalo Vano dah gentle bilang ke gue" ucapnya pelan sebelum meneguk minumnya dan mulai bangkit untuk melakukan pemanasan.

TBC

Harvey gimana dah? 😭

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang