Bantuan

860 121 2
                                    

"Sayang, aku ketoilet bentar ya"

"Okay"

Karena ia murid baru, banyak mata pelajaran yang harus Illona kejar. Oleh karena itu, Vano dengan senang hati membantu pacarnya mencari beberapa buku untuk mengejar materi. Selesai makan siang, keduanya langsung menuju ke perpustakaan. Mereka berpisah dengan sahabat-sahabatnya dan memilih berdua saja.

Jemari lentiknya menelusuri setiap buku yang ia lihat sembari matanya fokus membaca judul-judul disamping.

"Kurang apa lagi ya?" Gumamnya sendiri sembari mencoba mengingat buku apa yang harus ia ambil nanti.

"Fisika.."

Kini matanya teralih ke buku yang ada diatasnya. Ah ternyata disana buku yang dicari.

Illona mencoba berjinjit sembari meraihnya. Tapi karena tingginya yang tak seberapa, beberapa kali pula ia hampir berhasil dan gagal lagi.

"Tinggi banget, gak ada tangga kah?" Gerutunya sendirian yang sibuk mencari bantuan namun tak ada satupun yang bisa membantunya.

Akhirnya ia kembali mencobanya sendiri.

"Ini ya?" Lengan kekar itu meraihkan buku yang ingin Illona raih.

Tepat, Illona bisa merasakannya bahwa lelaki itu dibelakangnya.

"Oh, thanks" Illona berbalik dan menemukan siapa yang membantunya. Ia terkejut hingga matanya membulat lucu.

"Harvey....."

"Sama sama, Na" ucapnya sembari memberikan tatapan dan senyuman yang amat lembut pada Illona.

"Kok, kamu..?"

"Aku tadi cuma lewat kok. Vano kemana?"

"Toilet"

"Ya udah, aku balik ke kelas dulu ya?"

"Thanks ya.."

Harvey mengangguk. Tak lupa ia berikan senyuman pada Illona.

'Gue kangen, Na. Kangen peluk dan cium kening lo. Apa Vano kasih semua itu buat lo sekarang? Sakit banget rasanya, Na.. andai aja gue bisa ulang lagi. Gue perjuangin elo, apapun yang terjadi. Sekarang gue udah gak bisa apa-apa lagi ya?' Batinnya sebelum berbalik meninggalkan Illona.

Helaan nafas panjang itu membuat semua rasa sakit Harvey semakin menjalar dihati dan pikirannya.

Kenapa ia baru sadar bertapa besarnya cinta yang ia punya untuk Illona ketika gadis itu mendapatkan sosok yang sudah mengantikannya?

Saat Harvey berjalan keluar sembari menunduk, Vano sempat melihatnya.

"Apalagi ini?" Ucap Vano pelan memperhatikan Harvey yang berjalan kearah kelas.

Vano kembali menuju perpustakaan dimana ia meninggalkan Illona sebentar tadi. Walaupun wajahnya mengeras tapi ia tak boleh marah pada Illonanya.

"Sayang" Vano menyapa Illona yang masih sibuk melihat buku-buku itu.

"Ya?" Illona berbalik dan tersenyum amat manis pada Vano. "Kenapa?"

Ah sudahlah, tadinya Vano ingin bertanya tapi karena menatap mata indah Illona itu, ia tak bisa melanjutkannya lagi.

Pada akhirnya ia hanya menarik Illona masuk kedalam pelukannya.

"Ada apa Vano?"

"Gapapa"

Pelukan Illona menenangkan hatinya kembali. Helaan nafas lega itu dapat Illona rasakan mengenai lehernya.

"Duh duh, sayangnya Illona" ucap si cantik sembari menepuk ringan punggung Vano.

Gadis itu tahu, mungkin pacarnya sedang tak percaya diri atau ada hal yang menganggu pikirannya. Jadi ia berikan usapan lembut menenangkannya.

Sebenarnya Illona ini punya kasih sayang yang besar. Ia selalu memberikannya pada Harvey dulu, dan sekarang ia berikan pada Vano.

Siapapun yang bersama Illona, pasti akan bahagia dengan kelembutannya.

TBC

Pantes Vano klepek klepek 🤭

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang