Bingkisan

1.1K 154 3
                                    

Irena sengaja memasak banyak makanan untuk makan malam, ia berniat untuk memberikannya pada tetangganya juga. Sebagai warga baru, ia harus menyapa tetangga kanan kirinya.

"Bunda.."

"Didapur sayang"

Pelan-pelan sembari mengerakan tongkatnya ia mencoba mencari dimana Irena. Illona memang sangat dekat dengan Irena. Namun terkadang ia harus mandiri karena bunda kesayangannya itu terkadang juga perlu mengurus perusahaan yang ayahnya tinggalkan.

Dengan dress simpel berwarna biru tua, rambut tergerai panjang bergelombang, ia tampak sangat cantik.

"Lurus aja Na.."

Illona hanya mengikuti suara lembut dari bundanya. Walaupun ia tak bisa melihat namun pendengarannya sangat tajam sehingga Irena sering menuntun putrinya dengan suaranya.

"Ada apa sayang?"

"Bunda ngapain?"

"Ini lagi nyiapin makanan buat tetangga"

"Lona mau ikut"

"Beneran?"

"Iya. Lona juga mau kenalan"

"Oke cantik" Irena segera menyelesaikan bingkisannya. Sesekali ia tersenyum kecil pada putrinya. Illona benar-benar tumbuh sebagai gadis yang sangat cantik dan baik. Ia berhasil membesarkannya sendirian.

"Harvey udah pulang?"

"Udah, katanya ada omanya yang dateng"

"Kamu tau Harvey makin ganteng loh Na.."

"Oh ya? Tapi Illona bisa bayangin sih bunda. Hidungnya mancung, rahangnya tegas. Kenapa Harvey suka sama Lona ya bund?"

Irena mendekat dan mengusap lembut kepala Illona. "Karena kamu cantik diluar dan didalam. Harvey bisa merasakannya. Dia tanpa pamrih nemenin Illona, jaga kamu dan bahkan dia terlihat sangat-sangat menjaga dirinya dari para gadis diluar"

Illona tersenyum. Ia beruntung memiliki Harvey selama ini. Dulu Harvey menemukannya saat mereka berada di tempat kursus musik. Harvey yang berlatih drum dan dia yang berlatih biola dan piano. Walaupun Illona tak bisa melihat, tapi ia bisa memainkannya dengan baik. Sejak melihat Illona bermain piano, saat itu pula Harvey jatuh cinta dan selalu mengikuti kemanapun Illona pergi padahal mereka masih SMP.

Irena selesai dengan dua bingkisan itu. "Bunda, Lona bawain aja satunya"

"Yaudah kalo gitu tongkatnya taruh aja. Gandeng bunda ya"

"Okay!"

Illona mengandeng tangan Irena dengan erat. Irena dengan hati-hati berjalan sembari memperhatikan langkah anaknya yang kini berada disisinya. Dalam hati Irena, ia sangat bersyukur karena Illona mampu bertahan bersamanya. Walaupun putrinya memiliki kekurangan, ia tak pernah mengeluhkan itu. Illona itu sudah menjadi sebuah keajaiban, itu saja sudah cukup untuknya.

"Kita kesana dulu ya"

"Siap bunda.."

Keduanya berjalan sembari bercanda. Dua perempuan yang cantik.

Sebenarnya banyak yang ingin mendekati Irena. Namun ia tak mau. Ia tak mau meninggalkan putrinya sendiri. Jika ia sudah punya pasangan, ia tak bisa memperhatikan Illona sepenuhnya lagi. Semua akan terbagi. Itulah pikirnya.

TBC

Anak sama bunda visualnya gak main-main ye 😭

promiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang