Hᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ ɢᴜʏs ...
Mata elang itu terlihat berkaca-kaca, dari balik pintu transparan ia dapat melihat dengan jelas bagaimana sosok itu berada dalam sebuah balok kaca dengan penerangan sempurna.
Adiknya, ia telah lahir kedunia tepat di usianya yang baru menginjak usia 36 minggu, belum genap sembilan bulan sosok itu sudah meminta untuk datang kedunia.
Akibatnya, bayi itu sudah harus menginap di ruangan khusus itu untuk mendapat perawatan. Dalam inkubator, adiknya tertidur dengan beberapa alat yang ia sendiri tak tahu apa, yang pasti itu semua adalah alat untuk membantu adiknya tetap bertahan hidup.
Hatinya terasa di beri perasaan jeruk nipis ketika baru saja tergores pisau, sakit dan perih mendoninasi. Ia baru paham arti dari takut kehilangan.
Mungkin dulu ia berada di posisi itu, semoga saja adiknya bisa lebih kuat darinya dan tak ada masalah apapun dalam kehidupan sang adik di masa yang akan datang.
"Ji! udah ya! istirahat dulu!" Fajri menoleh dan tepat manik sendunya bertubrukan langsung dengan netra indah milik fenly, yang bisa fajri lihat sama terlukanya dengan dirinya. "Gak papa kok, dia pasti bisa kuat kaya Lo!" hibur fenly, berusaha tersenyum di saat hatinya benar-benar sakit.
"Mami gimana?" tanyanya lemah. Sungguhpun, ia tak tahu dari mana rasa ini berasal. Semua karena dirinya, bukan tak mungkin jika ia tak bertindak gegabah mami dan adiknya tak akan berada lebih lama di tempat ini.
"Mami gak papa, udah ya? gue gak mau liat Lo kaya gini lagi!" Lagi-lagi fajri menatap manik indah fenly, mencari kenyamanan di sana. Walau ia yakin jika lelaki itu tahu kebenarannya, semua tak akan sebaik sekarang.
"Lo percaya sama gue kan?" melihat fenly yang mengernyitkan keningnya bingung, fajri menarik kedua bahu fenly berharap mendapatkan jawaban yang ia inginkan. "Lo percaya sama gue kan?" ulangnya kali ini dengan nada yang bergetar, "kovel?" lanjutnya, menaruh banyak harapan pada apa yang ia punya sekarang.
"Ji! udah ya! gue gak tahu Lo ngomong apa tapi yang gue tahu Lo pasti kecapean makanya ngelantur kaya gini! sekarang kita pulang!" Fenly membawa ponakan seumurnya itu menjauh dari depan pintu perawatan khusus ketika seorang suster hendak masuk kedalamnya.
"Gue mau di sini, adek gue di dalem! Dia kesepian!"
Fenly menghela nafas dalam, sama sekali belum paham apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarganya sekarang.
Dari sejak kelahiran ponakan barunya tadi malam, ia menangkap sikap aneh dari kakak dan fajri sendiri yang terus bertingkah tak ia pahami.
"Ji! Dia ponakan gue! Dia belum paham apapun! Tolong! gue mohon sama Lo! pulang dan istirahat jangan bikin beban pikiran gue makin berat!" Terpaksa, fenly berucap seperti itu. Bukan karena apa, ia hanya ingin fajri paham jika semua ini adalah takdir, jika pun ada yang salah semuanya tak perlu serumit ini bukan?
"Oke! oke!" Fenly kembali membuang nafas kasar, ketika melihat manik elang fajri nampak semakin berkaca-kaca, mungkin sekali kedip air itu akan jatuh dengan cepat. "Kita gak perlu pulang, ke ruangan mami! mau ya?!"
Fajri yang diam saja membuat fenly mengusak rambutnya kasar, mengapa ia di hadiahkan situasi aneh seperti ini. Rasanya seperti tengah di tempatkan di antara bayi yabg belum bisa bicara hingga membuatnya bingung apa yang harusnya ia lakukan.
"Sh*t! terserah Lo kalo gitu! gue nyerah!" Fenly hendak beranjak menjauh dari sana sebelum suara berat pria yang tak asing mulai menjamah telinganya, membuat ia urung untuk melangkah.
"Fajri! Fenly!"
Bukan hanya fenly yang menoleh, fajri pun demikian. Wajah lusuhnya berhadapan langsung dengan wajah tegas penuh ke khawatiran milik Ricky, lelaki dewasa itu nampak berdiri tak jauh dari keduanya dengan kemeja yang berantakan, nampak tangannya membawa kemeja hitam, dasi yang tampak mengendur dari yang seharusnya membuat siapapun yang melihatnya yakin jika Ricky secemas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FAJRI || UN1TY
Teen FictionMasih adakah tempat untuknya di sini? *pranormal #1 fenly (10-16 juli 2022) #1Brothersick (1 juni - 9 juli 2022) #4 Brothersick (10-16 juli 2022) #30 Fajri (10-16 juli 2022) #12 UN1TY (26 juli 2022-