36. akhir

1.6K 98 12
                                    

Malamnya, semua terasa baik-baik saja, sejak sore hari setelah insiden fajri kembali kehilangan kesadarannya, ia di larikan ke rumah sakit dengan segera.

Semua aman terkendali, dokter hanya menyarankan fajri untuk rawat inap beberapa hari ke depan, seperti yang di perkirakan, tak ada hal buruk yang terjadi, tubuhnya baik-baik saja, hanya karena sebelumnya dia belum makan siang, jadi ia dehidrasi, mengharuskan ia mendapat cairan lebih.

Shandy, Ricky serta fenly duduk di sofa masih dengan rasa cemasnya, meskipun anak itu sempat sadar, sudah makan juga, tapi anehnya mereka melihat tatapan kosong dari remaja tanggung itu.

"Pii," lirihan begitu pelan mengusik keheningan yang sejak tadi hanya di isi oleh semilir angin dari AC, Ricky yang memang belum tertidur di jam 2 dini hari ini segera berdiri dari duduknya mendekatkan wajahnya pada mulut putranya yang seertinya ingin mengatakan sesuatu.

"Aji capek."

Ricky refleks tersenyum paksa, mengusap penuh sayang surai hitam fajri yang sudah rapi karena beberapa hari sebelumnya anak itu memangkas sebagian rambutnya.

"Tidur lagi ya? mau minum?"

Mendapat anggukan dari fajri, ricky segera menaikan bad bagian kepalanya agar sedikit lebih tinggi dari badannya, memberinya minum sedikit-sedikit lewat botol minum dengan bantuan sedotan.

"Sudah?" lagi-lagi hanyaanggukan yang ricky terima, keringat dingin terlihat merembes dari dahi serta leher fajri yang terasa hangat, sepertinya ia mulai demam.

"Mami?"

"Mami di rumah, kasian dedek bayinya kalau di tinggal."

Mata sayu itu mengedar, melihat kedua Om mudanya yang terlelap di sofa dengan kepala yang saling bersandar, jika saja keduanya sadar, mungkin akan menjauh dan saling berdecih jijik. Fajri tersenyum kecil membayangkannya.

"Tidur lagi ya, papi temenin di sini, ini masih sangat pagi."

"Aji mau sholat isya," gumamnya begitu pelan, tapi ricky tetap mendengarnya karen posisi mereka yang begitu dekat.

"Di qodho aja ya? aji kan masih lemes pasti."

"enggak, aji kuat kok. bantuin wudhu aja."

Akhirnya dengan terpaksa, ricky menggendong fajri dengan tabung infus yang di bawa, membantunya berwudhu sampai kembali membawanya ke temat tidur.

"maafin aji, ngerepotin Papi."

Rixky menggeleng, entahlah ia tak ingin bersuara takut membangunkan dua orang  yang terlelap damai, rasanya ia ingin menghabiskan malamnya dengan mengobrol berdua dengan buah hatinya.

Usai sholat isya, di lanjut fajri ikut ricky menunaikan dua rokaat sholat malam, meminta pada yang maha berkuasa atas kesembuhan dan ketentraman untuk keluarganya.

Menggumamkan berbagai macam permohonan serta permintaan yang akan senantiasa tuhan terima dengan lapang segala pinta hambanya.

Sayangnya, mereka melupakan sesuatu yang paling berharga. Waktu_kebersamaan yang keduanya rasakan hanya di berikan sementara, mengakibatkan rasa sesal yang akan semua orang rasakan, merasa baru sebentar di beri kesempatan untuk bersama tapi salah satunya tak di biarkan hidup lebih lama untuk menikmati waktu.

"Pii ... besok aji mau pulang, bilang ke mami sama bibi masak yang banyak, aji mau undang temen-temen juga."

Ricky tersenyum geli, mengusak rambut sedikit basah fajri karen air wudhu, menatapnya yang tersenyum dengan wajah cerah tak biasa yang segera ricky tepis.

"Yaudah iya, papi bakal hubungin mami kamu, tapi sekarang tidur ya? besok bangun buat pulang."

"Oke. sampai jumpa Papi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAJRI || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang