35.Usai

1.5K 122 33
                                    

Silahkan baca part sebelumnya jika ada yang lupa alur. Kebiasaan hilang feel aku tuh.

HAPPY READING!

Tempat itu gelap, tak ada satupun cahaya yang membantu ia melihat sekeliling. Netranya mengedar pandang ke seluruh tempat yang dapat di jangkau.

Kakinya melangkah ragu, dengan tubuh yang sesekali berputar mencari pedar cahaya yang ia harapkan, jantungnya bertalu ketakutan karena ia sendirian.

Rasa takut dari suasana mencekam ini berlangsung begitu lama, ia tak bisa berteriak dan bersuara, yang ia lakukan adalah membiarkan air matanya mengalir begitu saja memberi tahukan jika dirinya benar-benar ketakutan.

BRUKH

'Ssshh'

Tubuhnya terjembab begitu saja sampai lutut dan kedua telapak tangannya terasa ngilu, kemudian ia memaksakan diri untuk duduk dan menatap tangannya yang mengeluarkan darah.

'Ini dimana? tolong?'

'Ya Allah, ini tempat apa? apa aji mati sekarang?'

'hiks, mamii ... papii ....'

Ia memeluk lutut ketakutan, membenamkan wajahnya di atas lipatan tangan dan menangis sejadi yang ia bisa.

'TOLONG!'

Mulutnya seolah terkunci, ia tak bisa mengucapkan satu patah katapun kecuali dalam hati, menangis dan terus menangis sampai rasanya wajahnya kaku karena air mata.

'Aji!'

'Aji pulang, Nak!'

'Aji ini mami!'

'Aji!'

'Fajri!'

"Fajri!"

Remaja bergigi kelinci itu mengangangkat kepalanya, matanya berbinar mendengar seruan orang-orang yang tengah memngangilnya, berarti ia hanya tersesat bukan?

'PAPII!"

hah?

'MAMII!"

'UMI ... ABII!'

Lelehan air mata tak mau berhenti, ia lelah dengan segala yang ia rasakan sekarang, tubuhnya terasa kebas dan mati rasa ia seperti orang buta yang tak tahu kini dimana, lantas siapa yang memanggilnya tadi?

'Astagfirullahaladziim!'

Lalu, tiba-tiba saja cahaya terpendar cerah dari bagian barat ia berada, hatinya menghangat begitu melihat seseorang berbaju putih berdiri di sana.

'Mami?"

"Kenapa mami panggil tidak menjawab? hemm!"

"HEMH!"

"Jangan pergi sayang, mami udah kangen!"

"NGGAK!"

***
"ENGGAK!"

'Hah hah hah!'

"Alhamdulillah, Ya Allah. hiks!"

Masih dengan deru nafas yang tak teratur, fajri menatap semua orang satu persatu, masih tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Fajri di sini, di kamarnya yang berbanding terbalik dengan tempat dirinya tadi berada, di sini terang benderang, serta begitu banyak orang sampai ia tak bisa mengenali lelaki yang memakai peci di samping tempat tidurnya.

Serta tangisan, umi dan mami andin yang paling heboh duduk di kedua sisi ia berbaring dan memeluk dirinya erat, lantutan hamdalah terus keluar hampir dari semua mulut orang yang ada di sana.

FAJRI || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang