12. Mulai nyaman

906 86 15
                                    

Ricky mengacak rambutnya kasar, setelah Andin benar-benar terlelap setelah rengekannya yang minta di buatkan segelas bajigur sementara dirinya tak tahu apa-apa tentang minuman satu itu.

Dirinya baru teringat bahwa fajri tidak di rumah sekarang, padahal waktu menunjukan hampir isya.

"Apa harus telpon shandy?"

Saat ini pria itu berdiri di depan rumah Umi dan Abi, tetapi hanya lampu depan dan belakang yang menyala semetara di dalam tak terlihat satupun karena gelap, sepertinya rumah ini kosong.

Mengutak-atik handphonennya dan mendial nomor telepon adik iparnya, telpon berdering dan cukup lama hingga panggilan di terima.

"Hallo Bang, kenapa?”

"Lagi di mana Shan?" tanya ricky sambil menggigit ujung bibirnya, kakinya terus melangkah ke kanan-ke kiri dengan pikiran mulai berkecamuk kesana kemari.

"Eum, ini shan lagi di semarang di rumah temen." Jawab shandy, memang benar ricky mendengar suara ramai dan rusuh di balik panggilan.

"Umi sama abi ada di rumah?"

"Nggak, Abi nemenin umi ke bandung. Bibi sakit!"

Ricky menghela nafas  dalam, harus mencari kemana dia sekarang? Fajri tak mungkin ke rumah umi saat di rumah itu tak ada siapapun.

"Oh, yaudah. Abang tutup ya! Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban dari shandy, ricky menutup telpon dan berjalan menuju mobil dan menjalankannya.

Rasanya kepala ricky hampir pecah sekarang, tak biasanya fajri begini. Biasanya kalaupun keluar dengan keadaan marah anak itu akan segera pulang se jam setelahnya, tapi sekarang kenapa mendadak seperti ini.

Ricky begitu khawatir apalagi saat dirinya sadar jika ponsel dan dompet fajri ada di dalam mobil, anak itu belum makan, bagaimana keadaannya sekarang.

"Ji, kamu di mana sih?" gumam ricky dengan mata masih celingak-celinguk ke luar kaca mobil berharap netranya menemukan putra pertamanya dalam kondisi gelap karena lampu jalan di pasang berjarak cukup jauh.

Ricky menghentikan mobilnya tepat di jembatan buatan yang jam segini masih ramai, ricky berfikir mungkin fajri ada di sini juga.

Lelaki itu memutuskan untuk berkeliling di daerah sekitarnya, ada danau di sisi lain tempat ini, tapi di sana penerangan sangat temaram mana mungkin fajri ada di sana, walaupun gak takut gelap anak itu tetap penakut.

Sementara Fajri, anak itu masih duduk diam dengan tangan menopang ke belakang, lututnya menekuk sebelah semantara kaki kirinya ia biarkan berselonjor, padahal waktu semakin malam tapi tak ada niatpun untuk dirinya beranjak dari sisi danau yang malah terlihat indah dengan penerangan lampu yang sengaja di pasang ke tengah.

Lutut dan dagunya terluka, setelah memutuskan keluar dari mobil ricky tadi ia berniat ke rumah umi untuk meminta makan, jujur sore tadi dirinya lapar yang membuat badannya lemas, tapi sial rumah itu terlihat kosong dan dirinya tak bisa menghubungi siapapun.

Saat berbalik keluar komplek kesialannya malah bertambah, tiba-tiba anjing tetangga di sana yang biasa di rantai itu terlepas, menggonggong dan mengejarnya hingga ia terpaksa berlari dengan sisa tenaganya.

"Aji!" Fajri menoleh ke arah samping di mana ricky berdiri di sana dengan mata membulat, lelaki itu cukup senang dan khawatir.

"Papi nyariin kamu kemana-mana, kenapa gak pulang?" Ricky menangkup kedua pipi putranya yang terlihat cukup pucat di cahaya seadanya.

"Asshh," fajri meringis ngilu saat tak sengaja ricky memegang dagunya, melepas tangan ricky dari pipinya dan mengelus dagunya pelan.

"Loh kenapa?" ricky sedikit panik saat fajri malah menunduk dan tak menjawab pertanyaannya sama sekali.

FAJRI || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang