5.cemburu

1K 89 6
                                        

Maaf aku publish ulang, ternyata bab yg di up kemarin itu cuma setengah entah hilang kemana yang lainnya.

Thanks banyak-banyak buat kalian yang udah mampir baca cerita anehku dan sedia vote juga komen.

Love you buat kalian❤️❤️❤️❤️

"Papi ..." Fajri menggantungkan kalimatnya saat matanya dengan jelas melihat usapan tangan ricky pada rambut pirang milik rivalnya.

Ricky menoleh dan di buat terkejut oleh kehadiran fajri yang tiba-tiba, jarak dari brankar fajri ke tempat fenly terhalang beberapa brankar juga tirai, dan mereka sama sekali tak mendengar langkah kaki dari pemuda pemilik gigi kelinci itu.

"Loh, Aji! kenapa gak istirahat dulu," ucap andin, wanita itu mendekat dan membawa fajri duduk di kursi.

"Kenapa gak minta temen kamu panggilin papi? kalo pusing gimana? mau ngerepotin temen-temen kamu lagi!"

Fajri diam, ia tahu ricky khawatir terhadapnya apalagi saat mendengar nada bicaranya yang penuh kepanikan.

Tapi entah kenapa hatinya tiba-tiba berdenyut nyeri kala mengingat perlakuan manis ricky yang biasanya hanya untuk dia, kini ricky lakukan juga untuk orang lain.

"Kamu gak papakan? perlu ke rumah sakit?"

Mendengar pertanyaan ricky membuat fenly berdecih jijik di tempatnya, apalagi atensi mereka terfokus pada fajri jadi ia leluasa mengeluarkan ekspresi.

"Aji gak papa kok, pusing doang," jawabnya dingin, baru segini aja dia udah cemburu.

"Syukurlah kalau begitu," ucap andin, mengusap dan merapikan rambut lepek calon anak tirinya dengan pelan.

"Lain kali hati-hati, jangan lakuin itu lagi ya! apalagi sama calon saudara kamu sendiri!"

Fajri terhenyak dan menatap ricky dengan kening berkerut, maksudnya melakukan apa? bukannya fenly yang membuatnya jatoh tadi?

"Ha? maksud papi apa sih?" tanyanya masih dengan kerutan di dahi, ia beranjak dari duduknya dan menatap fenly serta papinya dengan pandangan tak mengerti.

"Ya kamu kalau ada pertandingan jangan main senggol-senggolan, jadinya kalian celaka kan?"

"Haeh ..." tertawa miris dengan wajah masam fajri melangkah meninggalkan tempat itu dengan perlahan, tenaganya belum pulih benar, "belum nanya apa-apa udah nyimpulin sendiri!"

"Fajri! mau kemana?" Ricky menyusul fajri yang hampir tiba di tempatnya tidur tadi, mencekal lengannya hingga anak itu berhenti.

"Minta maaf dulu sama fenly! jangan lari dari tanggung jawab!" pinta ricky berusaha selembut mungkin walau fajri merasakan penekanan dalam setiap katanya.

"Minta maaf? gak salah? harusnya dia yang minta maaf, bukan aji yang celakain dia, tapi sebaliknya!" sentak anak itu dengan wajah pucatnya yang memerah, kepalanya pusing tapi ia tak menghiraukannya.

"Ji! Papi gak suka ya kamu kayak gini! kalau salah ya minta maaf!"

"Terserah Papi deh, emang udah gak perduli sama aku!"

"Ekhem! ada apa sih?" Fiki muncul dari toilet dengan wajah basah, di pastikan cowo bongsor itu baru membasuh wajahnya.

"Kamu dari mana aja sih Fik, bukannya jagain aji malah di tinggalin anaknya!"

"Pi!"

Fajri kembali menyentak ricky, ia tak suka kalau seseorang menyalahkan orang lain yang sama sekali tak bersalah. Sementara fiki melongo tak mengerti ia hanya meninggalkan fajri sebentar itupun karena kebelet, sedangkan zweitson dia di suruh beli makan karena keduanya lapar.

FAJRI || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang