Menghela nafas penuh keraguan fajri melangkah masuk menuju ruangan di mana pelatih basketnya itu berada.
"Silahkan duduk Fajri!" Anak itu menurut dan duduk di kursi depan gurunya dengan hanya terhalang sebuah meja di tengah mereka.
"Jadi apa yang mau kamu jelaskan?" pertanyaan to the poin itu membuat fajri menelan salivanya kasar, harus apa yang dia katakan, ayahnya saja tak percaya begitu saja apalagi guru yang notabenya hanya orang lain.
"Maaf Pak, saya lupa dan saya janji gak akan mengulanginya lagi."
"Lupa? kamu ini seorang kapten fajri, kalau sampai kejadian ini terulang lagi di kemudian hari, apa yang akan kamu lakukan? semuanya gak bisa di ulang hanya karena lupa!"
"Iya Pak!"
'Tok tok tok'
"Permisi!"
"Iya, silahkan masuk gilang!"
Gilang masuk dengan tampang datar, duduk di samping fajri yang sama sekali tak menatapnya.
"Jadi gini, kenapa bapak panggil kalian berdua, itu karena saya ingin mengatakan ini," Guru muda itu menjeda kalimatnya membuat dua anak muridnya menunggu dengan was-was."Fajri, bapak beri kamu kesempatan sekali lagi, kalau sampai hal ini terulang maka gilang harus siap jadi pengganti!"
"Hah? Pak, tapi saya baru kali ini ngelakuin kesalahan, apa gak ada kesempatan lain?" tanya fajri sedikit tak terima, selama ini yang dia lakukan gak pernah salah, malahan semakin sering membawa nama baik sekolah setiap ajang perlombaan.
"Maka dari itu saya beri kamu satu kesempatan, kalian tahu sendiri gimana saya mendidik anggota tim basket sebelum kalian."
"Baik Pak kalau begitu kami permisi!" Gilang lebih dulu bangkit dan keluar dari ruangan di susul fajri yang sama sekali gak terima keputusan ini.
"Awas aja fenly, gue bakal buat perhitungan sama Lo!"
***
"Gimana?" zweitson bertanya dengan nada lirih takut jika guru di depannya mendapati dirinya ngobrol saat pelajaran berlangsung."Cuma satu kali," jawab fajri tanpa niat, dirinya masih kesal dan ingin cepat-cepat menemui fenly, tapi pasti saat ini anak ambis seperti fenly tengah berkutat dengan serius bersama buku-buku menyebalkan itu.
"What? kok bisa?"
"Mana gue tau!"
Mereka diam menatap lurus ke depan dengan pikiran masing-masing, padahal guru sejarah di depan tengah bercerita tapi mereka tak peduli.
"Kalian ke kantin duluan deh, gue mau ke toilet bentar!"
Fiki menatap kepergian fajri dengan bingung, sambil nunggu zweitson yang tengah memasukan buku-bukanya pada tas fiki merogoh saku dan melihat uangnya.
"Eh, duit gue mana?" Ia tercengang saat mendapati uang di sakunya hanya ada lima ribu rupiah, dapet apa pikirnya.
"Soon," panggil fiki dengan nada mengalun manja, zweitson berdecak dia sudah tau modus fiki kalau sudah begini, ujung-ujungnya minjem duit.
"Apa?"
"Minjem duit Lo ya, Please!" Fiki ini orang kaya kalau di pikir mungkin duitnya gak akan habis tujuh turunan, tapi cerobohnya itu bikin teman-temannya melas, karena harus kehilangan uang jajan yang di kasih pas dari rumah.
"Nah kaan, udah gue tebak sih."
"Hehehe ... duit gue ketinggalan."
"Dah biasa sih, btw hayuk ke kantin!"
"Traktir tapi?" padahal zweitson yang padannya lebih kecil tapi fiki tetaplah si bungsu di antara ketiganya, mode manja tak pernah bisa membuat kedua sahabatnya menolak.

KAMU SEDANG MEMBACA
FAJRI || UN1TY
Novela JuvenilMasih adakah tempat untuknya di sini? *pranormal #1 fenly (10-16 juli 2022) #1Brothersick (1 juni - 9 juli 2022) #4 Brothersick (10-16 juli 2022) #30 Fajri (10-16 juli 2022) #12 UN1TY (26 juli 2022-