7.

883 91 5
                                    

"Fajri buruaan!" Fenly misuh-misuh sendiri di teras depan, menggerutu akan fajri yang lama saat sarapan, padahal dirinya ada tugas osis pagi ini.

"Elah santai aja ngapa!" balas fajri sambil menghampiri fenly dengan tas tersampir di bahu.

"Anjir Lo. kalo bukan karena kak andin males gue nebengin Lo!"

"Di fikir gue mau kali nebeng sama dia," gerutu fajri sambil mengikuti fenly yang sudah masuk mobil yang berada di garasi.

"Bisa pelan gak sih bawanya! udah tau gerimis mau nyemplung di selokan?!" sinis fajri ketika fenly menjalankan mobil yang mereka kendarai dengan kecepatan agak tinggi.

"Perumahan bokap Lo elit, masa masih ada selokan."

"Otak tipis ya gini, ya kali kagak ada saluran pembuangan."

Karena pagi ini hujan belum berhenti, Ricky terpaksa menyatukan dua manusia yang kalau di rumah jarang bertegur sapa, sekalinya ketemu saling ngejek ini dalam satu mobil saat pergi sekolah, sebenarnya bukan hanya itu tapi karena keduanya ingin agar adik dan putra mereka akur seperti saudara yang lain.

"Turun Lo!"

Fajri melotot tak terima, hujan di luar makin deras tapi tanpa rasa kemanusiaan fenly memintanya turun di gerbang sekolah dengan alasan males parkir bawa orang.

"Anterin sampe depan lah, gila. ya kali gue basah-basahan dari sini."

"Males Lo bawel, ayo cepet turun!"

"Asu!"

Walau begitu fajri malas berdebat panjang hari ini, akhirnya dia keluar dan berlari menuju koridor terdekat.

Bisikan-bisikan memuja dari kaum hawa saat melihatnya berjalan sesekali menyibak rambut yang sedikit basah itu ia hiraukan, sudah biasa dan dia tak tertarik akan hal itu.

"Woy, Ji!" Pemuda itu menoleh saat seseorang memanggilnya, ternyata si cowo bongsor yang saat ini berlari kecil menghampirinya.

"Apa bocil?"

"Badan gue segede gini di bilang bocil? terus apa sama lo yang badan segitu?" tanya dan balas fiki meledek, tetapi di susul suara tawa dari keduanya.

Memasuki kelas yang ramai penghuni, mungkin karena cuaca dingin dan waktu udah siang jadi mereka lebih milih stay di kelas.

"Wih, Soni! tumben udah di kelas aja?" Zweitson memutar bola matanya malas, gini nih kalo punya sahabat kurang kerjaan.

"Gue dateng siang di omongin, datang pagi juga masih tetap di julidin sama kalian, maunya apa sih?"

"Wess, santai bos kuuh! mabar lah hayuk!" ajak fiki mengeluarkan ponselnya bersiap akan bermain game.

"Pagi ini jamkos, pak burhan gak masuk anaknya sakit!"

Fajri menganga tak percaya, setelah dia menempuh jalan panjang bersama manusia julid seperti fenly, demi masuk pelajaran biologinya pak burhan, sekarang malah gak masuk?
emang harusnya dia gak berangkat tadi.

"Udah lah, ayo mabar!"

***
Fenly terburu-buru membuka pintu ruang osis, harusnya dia menyelesaikan tugas buat proposal class meetingnya sedari kemarin tapi dia lupa laptonya ketinggalan di sini.

"Gilang!" panggilnya saat punggung seorang yang dia kenal duduk di kursi menghadap laptop miliknya.

"Hemm," deheman kecil gilang lontarkan, sahabatnya itu sudah pasti tahu jika hanya dirinya yang berani duduk di sini dan mengutak-atik laptop pribadi fenly.

"Lagi ngapain? gue buru-buru nih, ntar siangan tugasnya mau di kasih ke
kepsek."

"Noh, Lo tinggal bikin penutupnya doang, itusih kalo lo minat sama ide yang gue tulis." Gilang bangkit dari duduknya dan meregangkan tubuh dari pegal yang mendera.

FAJRI || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang