2

1.6K 112 3
                                    

HAPPY READING ...

Malam ini adalah malam paling ia benci, bagaimana tidak sang ayah memperkenalkan ia dengan calon istri beserta adiknya, wanita itu memang cantik dan terlihat baik.

Hal yang paling fajri sesali adalah, adik dari calon ayahnya itu adalah seorang yang selalu membuatnya kesal, ketua osis sekaligus teman satu angkatannya yang sering membullynya.

"Kita udah kenal, Om. fajri anak baik di sekolah dia kapten basket juga, jadi sudah pasti saya kenal."

Ingin sekali fajri menghilang sekarang juga, kenapa pemuda ini berujar sok baik di depan papinya, dasar si muka dua.

"Bagus kalau kalian saling kenal, karena nantinya kalian akan tinggal satu rumah."

"Apa? Pi, tapi kan dia cuma adiknya tante andin_

"Ji, papi gak pernah ya ngajarin kamu ngelawan gini, ini keputusan papi jadi tugas kamu adalah menerima semua ini!" tegas Ricky, menatap putra semata wayangnya penuh permohonan.

Membuat fajri, lagi-lagi tak bisa berkata, ingin protespun ucapannya gak akan di dengar, ia di ciptakan untuk mengalah bukan?

"Mmm ... Om gak papa kok kalau fajri nggak mau tinggal bareng saya, saya bisa tinggal di rumah peninggalan orang_

"Nggak bisa gitu, Fenly. kamu tanggung jawab kakak sekarang, jadi kalau mas Ricky mau aku jadi istrinya, dia harus menerima kamu juga," potong Andin, wanita modis yang umurnya tak jauh dari ricky, seorang janda tanpa anak yang di tinggalkan suaminya untuk selamanya.

"Ahahaha ... Fen, jangan kaku gitu dong bicaranya, kamu juga gimana sih, masa panggil andin kakak panggil saya om, berasa tua banget dong." Ricky berhasil mencairkan suasana antara mereka bertiga, meninggalkan fajri yang tertinggal dalam obrolan lama yang tak berharga.

Mereka asik bercengkrama, mengatakan hobi dan kecintaan masing-masing tentang banyak hal.

Ricky seakan lupa dengan putranya yang ia diamkan, memperhatikan keakraban mereka tanpa tau perasaannya saat ini.

"Pih," panggilan pertama seperti angin lalu bagi ricky, entah tak terdengar atau ia mulai di abaikan, yang pasti fajri benci hal itu.

"Pih!" fajri agak menekan suaranya dan berhasil, ricky menatapnya dengan pandangan tak bersalah.

"Kenapa Ji? mau pulang? nanti ya, sebentar lagi aja."

Fajri bingung, memangnya ia tak boleh mengutarakan sesuatu, sehingga untuk bicara saja dia tak mampu.

"Jadi gini ya rasanya di suapin abang, enak banget. dari kecil pengen banget punya abang tapi mana bisa, yang ada malah kak andin cerewet."

"Fenly, kebiasaan deh. terus kalau bukan kakak mau siapa lagi hah?" gurau andin mengacak surai pirang milik fenly penuh sayang.

"Sekarang punya Bang Rick, wlee."

"Aku pulang duluan!"

Ricky bangkit dari duduknya, meninggalkan fenly yang mengunyah makanan yang ricky suapkan tadi, ricky meraih tangan fajri yang hendak berlalu dari sana.

"Fajri, kamu bisa sopan dikit gak sih, papi bilang sebentar lagi! gak bisa nunggu!"

"Mas jangan begitu_

"Mau kamu apa? pulang? yaudah ayok pulang jangan bikin malu papi!"

"Piih," dasarnya fajri itu lemah ketika mendapat bentakan apalagi dari orang yang ia sayangi, tak terasa matanya berembun, tak suka jika nada bicara ricky terkesan keras padanya "aji di abaikan, bahkan gak ada kesempatan buat ngomong, terus buat apa masih diem di sini, jadi nyamuk?"

FAJRI || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang