Happy reading...Kehidupan Vannya kembali seperti sedia kala saat sebelum bermusuhan dengan Gio. Hidupnya menjadi semakin banyak tersenyum seminggu terakhir ini. Rasanya pasca rujuk Vannya lebih mencintai dan merasa semakin dicintai oleh Gio.
Sembari menunggu jemputan Gio setelah jam kerjanya berakhir, Vannya sibuk memainkan ponselnya.
Hingga tiba tiba ia menerima telepon masuk dari Tama. Vannya terdiam sejenak melihat layar ponselnya, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain selain mengangkat panggilan itu.
"Halo"" sapa Vannya lebih dulu
"Udah pulang?" Tanya Tama dari seberang telepon
"Iya lagi dijalan" Vannya berbohong untuk membuat obrolannya dengan Tama tidak perlu dibumbui lebih banyak kebohongan
"Oke, hati hati kalau gitu"
"Iya, kenapa Tama?" Vannya memang sibuk mengobrol lewat telepon dengan Tama tetapi matanya fokus ke arah jalanan menunggu jemputan dari Gio
"Malem ini jalan yuk, udah seminggu kita gak ketemu" nada riang terdengar dari ucapan Tama
Vannya berpikir sejenak dan tidak langsung memberikan jawaban. Pasalnya malam ini ia telah membuat janji menonton bersama Gio. Kali ini ia benar benar ingin menonton film terbaru ini dengan Gio dan rasanya ia tidak terima bila harus kembali mengatur rencananya. Katakan saja Vannya egois tetapi keinginan hatinya sedang sangat perlu dipenuhi.
"Maaf ya Tama, aku malam ini udah ada janji pergi. Kalau kita perginya besok gimana?" Ucap Vannya penuh penyesalan tulus
"Oh kamu gak bisa? Yah aku juga gak bilang bilang dulu sih sama kamu salahku"
Tama tertawa kecil yang mana justru membuat Vannya merasa bersalah
"Eh... eum... emangnya gimana Tama, maaf aku gak tahu kalau kamu mau ajak pergi hari ini" Vannya menghela nafasnya berat sembari mengusap pelan lengannya yang mengangkat ponsel ke telinganya, semua respon tubuhnya bentuk dari rasa bersalah kepada Tama
"Kamu pergi sampai jam berapa? Siapa tahu kita bisa ketemu sebentar mungkin"
"Ada hal penting yang mau dibicarakan?" Vannya berpikir sebentar karena Tama bukanlah orang yang pemaksa dan mungkin kali ini ada sesuatu penting yang laki laki itu ingin bicarakan kepada dirinya
"Gak penting penting banget kok, gak apa bisa lain waktu"
Pada dasarnya Vannya yang memiliki sikap tidak enakan, justru semakin membuatnya tidak tenang.
"Hmm kalau malam jam 10 gitu kamu oke?" Tanya Vannya menawarkan sembari menghitung eaktu yang ia punya malam ini
"Aku bisa jam berapapun Van, aku bakal tunggu kamu. Tapi apa kamu oke pergi semalem itu"
"Gak apa lagi pula kita kan udah seminggu gak ketemu, maaf" ujar Vannya penuh sesal karena yang ia ingat bahwa seminggu ini ia lebih berfokus menghabiskan waktu bersama Gio
"No, gak perlu minta maaf kamu gak salah apa - apa. Kalau gitu aku jemput jam 10 malam ya. Tapi kalau kemalaman kita batalin aja"
Itulah sikap baik Tama yang semakin membuat Vannya merasa terbebani.
"Aku yang ajak berarti aku bisa, see you jam 10 ya"
"Oke see you, hati hati pulangnya Van"
"Iya, aku tutup teleponnya ya"
Vannya sekali lagi menghela nafasnya lelah setrlah panggilan telepon dengan Tama berakhir. Dia sedang berpikir untuk mengatur jumat malamnya yang menjadi berantakan. Awalnya ia hanya berencana menghabiskan semalaman dengan Gio, tetapi terkadang ia lupa bahwa waktu yang ia habiskan bersama
Gio seharusnya juga dibagi dengan orang yang lebih berhak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollow
Romance[cheating !!!! 18+] Kepindahan Vannya ke ibukota mengantarkannya bertemu dengan pria sempurna, seperti Elgio Gevano Harison yang merupakan kekasih tetangga apartemennya. Awalnya Vannya mengartikan perasaannya kepada Gio, sebagai rasa kagum semata. T...