14 - Perpisahan

1.4K 82 7
                                    

Vannya terbangun saat mendengar ada suara seseorang di sampingnya. Vannya menoleh ke samping untuk melihat ke arah Gio. Pria itu sudah tidak mendekapnya dan terlihat tidur terlentang mengahadap langit langit. Vannya membuka matanya walau sedikit banyak masih mengantuk, karena sepertinya masih terlalu pagi saat ini seperti pukul 02.00 dini hari.

Dapat dilihat dari keadaan kamarnya yang remang remang entah sejak kapan Gio menganti lampu tidurnya, Gio yang masih tertidur tetapi pria itu mengigau.

Keningnya mengkerut dengan keringat muncul di sekitar area dahi. Gio menyebutkan nama seseorang dalam tidurnya "Aya" setidaknya itu yang dapat ditangkap jelas oleh Vannya.

Dan ada kata seperti "Maafin aku", Vannya sedikit tertegun itu pertama kalinya dia mendengar Gio menyebut dirinya "aku" alih - alih "lo-gue" seperti biasanya. Vannya berpikir mungkin sosok Aya ini adalah orang penting dalam hidup Gio.

Sebelumnya, Vannya juga pernah mendengar Gio mengucap nama Aya saat pria itu menggahinya. Tiba tiba membuat Vannya sedikit banyak penasaran dengan sosok Aya ini.

Vannya membangunkan tubuhnya kemudian membawa tangannya untuk menyentuh wajah Gio. Tangan Vannya mengelus kening Gio, mencoba untuk membuat Gio sedikit tenang. Karena yang Vannya pikirkan adalah mungkin Gio mengalami mimpi buruk.

Tidak lama mata Gio terbuka begitu saja, pria itu terbangun kemudian menoleh ke arah Vannya. Matanya menatap sendu gadis yang terkejut di depannya itu. Kemudian menarik Vannya untuk kembali didekapnya erat.

Vannya merasa Gio tidak sepenuhnya sadar, tetapi pria itu seperti merasa ketakutan. Vannya balas mendekap Gio, dan menepuk halus punggung pria itu.

Vannya membawa Gio kembali berbaring ke atas ranjang kemudian berbisik halus "Tidur lagi" dan pria itu dengan tenang kembali menutup matanya dan tak lama setelahnya sudah kembali tidur. Vannya hanya terdiam sembari sibuk menepuk halus punggung Gio hingga dirinya juga kembali tidur.

***

Pagi telah menjelang, walau matahari masih terlihat malu malu untuk besinar tetapi waktu telah menunjukan pukul enam pagi. Vannya terbangun kemudian menguap kecil sebelum membuka matanya dengan benar.

Vannya baru akan melakukan peregangan sebelum sadar bahwa seseorang masih mendekap tubuhnya dengan hangat pagi ini. Jadi ini alasan kenapa AC kamar Vannya tidak terasa sedingin pagi pagi sebelumunya, ternyata karena kehadiran pria disampingnya yang kini masih terlelap.

Vannya menoleh untuk mengamati wajah tampan Gio yang terlihat begitu damai. Gio benar benar sangat tampan dari pandangan seorang Vannya. Bahkan Vannya sempat berpikir, pasti Tuhan sedang sangat bahagia ketika menciptakan Gio.

Sibuk memperhatikan wajah Gio dan terkagum akan ciptaan Tuhan, entah darimana pikirannya menjadi waras. Dia dan Gio sama sama memiliki kekasih kalau mereka lupa, dan bagiamana mereka bisa tertidur bersama di ranjang yang sama, saling berdekapan seperti tidak melakukan kesalahan apapun.

Vannya menjadi cemberut karena rasa bersalah mulai hinggap lagi dalam hatinya. Dia perlahan melepaskan diri dari pelukan Gio, sangat hati hati agar pria itu tidak terbangun dan menganggunya lagi.

Setelah berhasil meloloskan diri, Vannya segera pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Vannya hanya membuat sarapan yang mudah untuk dua orang, nasi goreng dengan telur mata sapi.

Setelah selesai membuat sarapan dan menatanya di atas meja makan, Vannya pergi ke ruang tengah dan bermain dengan ponselnya.

Dia baru teringat sudah beberapa hari mengabaikan sang kekasih yang kini berada berbeda kota dengannya dan ia justru bermesraan dengan kekasih orang lain di apartemennya sendiri.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang