28 - Lubang tak berujung 🔞

4.2K 76 9
                                    

🔞🔞MATURE CONTENT 🔞🔞
⚠️⚠️Explicit sex scenes⚠️⚠️


Masih dibawah umur skip aja ya adik adik









Gio memencet bel dengan tidak sabaran setelah sampai di depan pintu apartemen yang sangat dihafalnya. Tangannya membawa sekotak pizza berukuran besar, paper bag dari toko roti terkenal, dan minuman boba yang bisa mengembalikan mood seseorang menjadi lebih baik.

Gio sudah memamerkan senyum tampan saat menunggu pintu didepannya terbuka. Tepat ketika pintu dibuka, terlihat wajah muram Vannya yang menatapnya dengan sinis.

Keduanya hanya saling pandang sebentar sebelum Vannya dengan cepat akan kembali menutup pintu apartemennya tetapi lebih dulu ditahan oleh Gio.

"Tanganku bisa kejepit sayang" Gio sengaja bermanis manis saat tau kekasih gelapnya itu sedang menaruh kesal kepadanya

Kemudian pintunya sedikit dibuka lebih lebar oleh Vannya, tetapi gadis itu buru buru meninggalkan Gio untuk masuk ke kamar karena malas bila harus berurusan dengan Gio saat ini.

Gio dengan cepat mengekori kepergian Vannya setelah menutup pintu "Kesayangannya Gio ngambek kenapa?"

Mungkin bila Kenan mendengar ucapan Gio saat ini, pria itu akan mengejeknya mati matian. Tetapi demi mengambil hati Vannya, Gio tidak masalah harus bertingkah kelewat manis seperti ini.

"Aku bawain banyak makanan padahal" Gio meletakkan makanannya ke atas meja rias kemudian mendekati Vannya yang duduk di ditepian ranjang

"Jangan apa apa dipendem sendiri, cerita sini, kalau mau marah ya marah sini jangan diem aja" Gio mengusap pelan bahu Vannya yang duduk membelakanginya

Tetapi seketika bahu sempit itu bergetar dan Gio tahu bahwa Vannya menangis.

Seketika Gio membawa tubuhnya semakin dekat kesamping Vannya, di tariknya pelan lengan Vannya untuk menghadap ke arahnya. Seketika terlihat dengan jelas bahwa Vannya sudah terisak.

"Kenapa nangis?" Sebelah tangan Gio segera mengulur untuk mengusap pelan pipi Vannya yang basah

"K-kenapa ciuman d-di tempat umum" cicit Vannya dengan suaranya yang kecil

Gio melebarkan matanya tidak menyangka dengan keluhan yang Vannya sampaikan. Gio mencoba mengingat kapan ia berciuman dengan orang lain.

Seketika ia terungat terakhir kali bibirnya disambar tiba tiba oleh Resya, tetapi yang menjadi pertanyaan bagaimana Vannya bisa mengetahuinya. Meski Gio akui bahwa Resya memang sedikit gila karena tanpa aba - aba menariknya kedalam sebuah ciuman di ruang terbuka.

Sehingga kini ia menjadi tahu alasan Vannya tidak mau menghubunginya dua hari belakangan.

"Itu gak kayak yang kamu pikirin" Gio menggeleng pelan sambil menarik dagu Vannya untuk menatapnya

Keduanya saling bertatapan yang mana justru membuat Vannya semakin kesal saat tidak sengaja pandangannya melirik ke arah bibir Gio

"Tapi kalian ciuman" ujar Vannya tidak terima dengan sedikit rengekan kesal

"No, dia yang cium aku. Habis itu aku langsung dorong dia, aku marah karena dia lancang kayak gitu" buru buru Gio meluruskan kesalahpahaman Vannya sambil menggeleng dengan mantap

Vannya hanya diam sambil menurunkan pandangannya. Dia mencoba menimang dalam hatinya, jujur ia masih merasa tidak terima tetapi bagaimanapun Gio tetaplah milik Resya.

"Maaf sayang, aku minta maaf ya. Berani sumpah aku gak ada niatan cium dia" ucap Gio dengan lembut sambil kembali mengusap pelan pipi Vannya

Vannya kembali berpikir singkat, sebelum ia hanya menatap tajam ke arah Gio penuh peringatan.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang