CW // explicite sex scene
Happy reading
Sudah lewat dari seminggu dan entitas Gio tidak lagi ditemui Vannya di apartemen Jessi. Dengan kata lain pria itu seakan benar benar menyerah untuk memperjuangkan Vannya. Pada waktu ini Vannya baru menyadari bahwa ucapan Gio bukan hanya sekedar omong kosong belaka.
Vannya beberapa waktu belakangan merenungi semuanya. Entah kenapa rasanya sedikit janggal dan tidak membuatnya tenang sedikitpun. Justru ia yang mencoba untuk terus meyakinkan diri bahwa pilihannya adalah hal yang benar, semakin merasa bahwa hatinya tidak juga puas.
Dari seluruh keyakinan yang Vannya kumpulkan dalam beberapa hari belakang, membuahkan perbuatan impulsif yang bisa dibilang sangat bodoh.
Bodoh karena bukannya ia melakukan hal yang benar dari sudut pandang orang lain, justru ia memilih untuk memberi asupan egonya.
Dan parahnya egonya memilih untuk membawanya pergi sampai ke depan sebuah pintu yang cukup familiar untuknya.Sudah hampir lima menit Vannya berdiri dihadapan pintu apartemen mewah itu. Jelas ia merasa ragu setelah pergi sejauh ini, tetapi sebagian dari dirinya berteriak keras untuk tetap melangkah maju.
Setelah berulang kali mengehla nafas kasar, jemari Vannya mulai bergerak ragu ragu. Dia tahu bahwa dirinya akan bertamu, tetapi justru dengan lancang menuju ke arah kunci pintu untuk mencoba peruntungannya masuk tanpa izin si tuan rumah.
Vannya memencet beberapa angka yang ia ragu bahwa angka itu masih sama seperti terakhir kali ia pergi. Tetapi Vannya terkejut bahwa pintu apartemen itu terbuka dengan mudah setelah ia selesai dengan sandi miliknya.
Vannya menerobos masuk, mungkin bila sang tuan rumah melihatnya ia akan diteriaki seperti maling. Tetapi Vannya tidak peduli meski ia bisa dijadikan tersangka kejahtan, yang terpenting baginya saat ini ia bisa melegakan ego nya.
Sesampainya di dalam apartemen mewah itu, Vannya berjalan pelan sambil melihat lihat sekeliling mencoba mencari keberadaan tuan rumah. Mengingat ia datang di malam hari, Vannya memiliki sedikit lebih banyak kesempatan untuk bertemu sang tuan rumah.
Vannya masih terus membawa langkah kakinya masuk lebih dalam ke apartemen. Hingga tepat saat ia sampai di antara dapur dan ruang makan, kakinya seketika berhenti.
Vannya menatap terkejut orang yang juga menatap ke arahnya. Tidak, wajah terkejut pria yang ia coba sambangi ini seketika berubah datar saat kedua tatapan mereka saling bertemu.
Jantung Vannya berdegup kencang ia bagaikan pencuri yang tertangkap basah menerobos masuk ke rumah orang. Belum lagi dengan tatapan tuan rumah kepadanya yang sangat ia benci. Sedikitnya Vannya merasa menyesal. Ternyata pertemuan ini benar benar membuatnya sesak.
"Ada perlu apa?" tanya Gio dengan tatapan tanpa minat
Vannya berpikir cepat untuk mencari alasan masuk akal yang bisa ia berikan kepada Gio "A–aku... barang, a–aku mau ambil barangku yang masih ketinggalan disini"
Vannya hampir mengumpati dirinya sendiri karena bibirnya yang mengucap dengan gagap, ia sadar bahwa saat ini pasti dirinya terlihat bodoh dihadapan Gio. Meski ucapannya bukanlah sebuah kebohongan.
"Ambil aja" Gio hanya mengangguk singkat dengan nada yang tidak ramah sama sekali dan tatapan datar yang kian membuat Vannya nampak tidak nyaman
Vannya menatapi Gio yang melaluinya begitu saja bagikan orang yang tidak lagi menaruh minat pada kehadirannya disana. Gio benar benar bertingkah acuh kepada Vannya dan berjalan ke arah ruang televisi untuk sekedar menikmati minuman kaleng yang dibawa dari dapur tanpa mau mempedulikan apa yang akan Vannya lakukan di apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollow
Romance[cheating !!!! 18+] Kepindahan Vannya ke ibukota mengantarkannya bertemu dengan pria sempurna, seperti Elgio Gevano Harison yang merupakan kekasih tetangga apartemennya. Awalnya Vannya mengartikan perasaannya kepada Gio, sebagai rasa kagum semata. T...