18 - Permulaan

1.4K 86 40
                                    

Jujur kesel banget tiap baca ulang kata - kataku di cerita ini, soalnya kayak bocil. Maklum ya ceritanya mulai ditulis waktu aku masih kuliah semester 3 :") tapi sekarang males buat revisi, jadi baca aja deh

⚠️⚠️⚠️KISSING CONTENT⚠️⚠️⚠️



Happy reading...

Vannya masih mengikuti langkah Gio yang sedikit menyeretnya untuk mengikuti langkah pria itu menuju ruangan sepi yang terletak di ujung lantai empat kantornya. Vannya terus memperhatikan bagaimana Gio yang masih setia mencekal pergelangan tangannya dengan cukup kuat.

Gio membuka pintu ruangan yang beruntungnya tidak terkunci, dan segera melepaskan genggamannya saat dirinya dan juga Vannya telah memasuki ruangan kosong yang terlihat seperti sebuah ruang rapat kecil. Sebenarnya Gio sendiri hanya menyeret Vannya tanpa tujuan agar menjauhkan gadis itu dari seorang pria yang dilihatnya bersama Vannya tadi.

Sedangkan Vannya terlihat memeriksa sekitar ruangan, ia merasa belum pernah masuk ke ruangan itu. Matanya mengedar ke sekitar ruangan dan merasa lega saat menemukan cctv di pojok langit langit ruangan itu. Setidaknya bila Gio akan berbuat macam macam kepadanya, kelakuan pria itu dapat terekam oleh cctv dan bisa dijadikan sebagai barang bukti.

"Oh jadi gitu kelakuan lo pas kerja, selingkuh sama temen kerja" Gio tersenyum remeh kepada Vannya saat kini kedunaya saling ebrdiri berhadapan

Vannya segera menatap Gio dengan tatapan tidak suka dengan alisnyayang bertaut dalam.

"Kemarin lo nuduh gue selingkuh padahal gue pergi sama sepupu gue, ternyata lo sendiri yang selingkuh" tuding Gio pada Vannya membuat gadis itu terlihat semakin kesal karena ucapannya. Gio tdiak ada maksud apapun, ia hanya senang dapat memutarbalikkan ucapan Vannya.

"Aku gak selingkuh" bentak Vannya dengan cukup keras, jujur saja ia tidak suka dituduh seperti itu

"Kalau gak selingkuh kenapa cowok tadi mau ngelus kepala lo?" kini Gio berdiri dengan bersedekap tangan, masih dengan tatapan remehnya yang membuat Vannya ingin memukul wajah tampan pria itu

Vannya bahkan tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Gio yang menurutnya tidak jelas. Vannya tidak ingin membuang waktunya dengan pria menyebalkan ini. Dia jadi teringat bagaimana sikap brengsek Gio kepadanya yang tega meninggalkan ia menangis di pinggir jalan tadi malam.

"Aku banyak kerjaan, permisi" Vannya berniat akan melalui Gio begitu saja, daripada berbicara dengan Gio hanya membuat emosinya memuncak memang jauh lebih baik bila Vannya memilih pergi

Vannya baru mau melangkah, tetapi Gio lebih dulu menahan bahunya dan menariknya untuk berdiri ke tempat semula.

"Lo kenapa? Marah sama gue?" Gio menatap Vannya dengan sorot mata dalam

Sedang yang ditatap tidak berani balas menatap ke arah mata pria di depannya, karena entah kenapa tatapan itu membuatnya sedikit gugup.

"Kamu yang kenapa? Kenapa masih ganggu aku? Semalem kamu sendiri yang bilang udah gak ada urusan sama aku, terus sekarang apalagi?" Vannya bertanya dengan nada putus asa, ia tidak mengerti dengan sikap Gio kepada. Dia merasa begitu lelah menghadapi pria di hadapnnya ini yang seakan hobi mengacaukan pikiran dan juga perasaannya.

Ada hening untuk beberapa waktu di antara keduanya. Gio menatap dalam diam ke arah Vannya, sedangkan Vannya menjadi bungkam untuk menyibukkan diri menatap lantai kantornya.

"Kalau gue bilang, gue suka sama lo gimana?" ucap Gio secara spontan

Pertanyaan yang dilontarkan Gio membuat Vannya serta merta mendongak cepat untuk menatap wajah Gio. Gadis itu tidak bisa menutupi keterkejutannya atas pengakuan Gio yang terasa tidak masuk akal.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang