4 - Kagum

1.8K 115 19
                                    


Tidak terasa waktu sudah berganti malam, dan mau tidak mau Vannya harus mengantar kepulangan Tama. Padahal baru beberapa jam mereka menghabiskan waktu bersama menyusuri jalanan ibu kota. Hati Vannya masih belum puas untuk bersama Tama sebelum lelaki itu harus pulang ke kota asal mereka.

Kini Vannya dan Tama sudah berada di lobby apartemen, menunggu ojek online yang Tama pesan untuk mengantarnya ke stasiun. Tama tidak memperbolehkan Vannya mengantarnya sampai ke stasiun, karena khawatir gadis itu harus pulang sendiri malam malam begini, terlebih stasiun tujuan Tama cukup jauh dari apartemen Vannya.

Ojek yang Tama pesan telah sampai di drop off area depan apartement, sehingga Vannya dan Tama segera berjalan ke depan. Mereka telah bertemu dengan supir ojek yang akan mengantarkan Tama. Sebelum menaiki motor, Tama sekali lagi berpamitan kepada Vannya.

"Hati hati ya kamu disini, jaga kesehatan dan jangan pulang malam sendirian. Kalau butuh bantuanku aku siap 24/7 buat kamu" Tama mengusap lembut kepala Vannya

"Iya, kamu juga hati hati ya di jalan. Kalau udah sampai rumah langsung kabarin aku. Sampai ketemu bulan depan?"

"Iya sampai ketemu bulan depan" kemudian Tama segera duduk di jok belakang motor ojeknya.

Keduanya saling melambai hingga ojek yang ditumpangi Tama sudah hilang menyatu dengan jalanan yang ramai.

Vannya masih berdiri di depan apartemen, mengambil ponselnya untuk mengecek waktu yang tertera di layar ponselnya. Baru jam 8 malam lewat 17 menit. Vannya berpikir apa yang harus ia lakukan setelah ini, dia benar benar tinggal sendiri dan tidak punya teman.

Vannya kembali masuk ke apartemen, berjalan pelan menyusuri lobby yang masih terasa asing baginya.

"Van" seseorang menepuk pundak Vannya, membuat ia menghentikan langkah dan menoleh kebelakang.

"Mas Gio" Vannya tesenyum melihat pria yang tadi pagi mentraktirnya sarapan di restaurant mewah.

"Dari mana?" Gio menatap Vannya lamat – lamat, penasaran kenapa gadis itu berjalan sendiri di lobby utama.

"Habis nganterin Tama di depan" Vannya menunjuk ke arah luar apartemen, memberi tahu dimana ia baru saja mengantarkan Tama walau sebenarnya itu tidak penting untuk diberitahukan kepada Gio.

"Kok cepet pacar lo baliknya?" Tanya Gio berbasa basi

"Iya, kan senin harus kerja" Vannya tersenyum ramah menjawab pertanyaan Gio

Gio mengangguk angguk paham.

"Lo sendiri dong berarti" Tanpa bertanyapun Gio sudah tahu jawabannya, tetapi entah mengapa ia hanya mencari topik agar dapat mengobrol lebih lama dengan Vannya.

"Iya mau gimana lagi" Vannya hanya tersenyum masam, mengingat dirinya yang benar benar tinggal sendiri setelah ini.

"Tapi kan masih disini masih ada Iren"

"Tetep sendiri sih mas, mbak Iren kan tinggalnya jauh mana dia sibuk juga" Vannya menunjukkan ekspresi cemberut, diam diam membuat Gio tersenyum kecil.

"Belum pernah tinggal sendiri ya?" Tanya Gio sambil terkekeh geli

Vannya mengangguk atas pertanyaan Gio.

"Iya, bener bener pertama kalinya hidup sendiri. Selama ini selalu sama orang tua" 

"Kebalikannya gue sih, selama ini hidup mandiri" Gio tertawa tapi ada rasa getir dalam tawanya.

Vannya terdiam tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk penuturan Gio barusan.

"Tapi enak sih tinggal sendiri, jadi bebas mau ngapa – ngapain gak ada yang ngatur" Gio yang peka terhadap situasi dengan cepat mengubah topik pembicaraan saat melihat Vannya terlihat kebingungan membalas perkataan Gio.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang