12 - Kelemahan Vannya

1.7K 91 4
                                    

Bosen gak lihat aku update tiga hari berturut turut? Maaf ya aku lagi stress jadi emang banyak ngetik biar gak gila wkwk. Buat yang belum baca SECRETS (Adair) boleh banget mampir, update juga hari ini.

Jangan lupa VOTE dan COMMENT ya pembaca semuanya ^^





Happy reading...

Gio sudah mengambil duduk di sofa ruang tengah milik Vannya. Dia tidak merasa keberatan meski gadis si pemilik apartemen menunjukkan ketidaksukaan atas kehadirannya, karena ia sudah mulai terbiasa dengan sikap Vannya yang berubah tidak ramah kepadanya.

Vannya total mengabaikan Gio yang sudah duduk santai sembari mengganti channel tv seakan berada di rumahnya sendiri. Vannya sebenarnya penasaran kenapa Gio berada di kediamannya sekarang, karena seharusnya pria itu pergi bersama Resya.

Bahkan baju yang Gio kenakan masih sama seperti saat mereka bertemu. Tetapi tentu saja Vannya tidak sudi bertanya karena yang seharusnya ia lakukan adalah menganggap Gio tidak ada.

Vannya kembali duduk di karpet bawah yang diletakkan tepat di depan sofa ruang tengahnya. Vannya kembali fokus memeriksa pekerjaan, saat tiba tiba suara Gio terdengar begitu dekat dengan telinganya

"Itu desain lo?" Gio membungkukkan badannya dari atas sofa untuk ikut mengamati hasil kerja keras Vannya, tetapi gadis itu terdiam seolah tidak mendengar pertanyaannya

"Biasa banget desainnya, emang konsepnya sesimple itu?" lagi- lagi Gio melontarkan pertanyaan yang tidak mendapat tanggapan.

Tetapi diam diam Vannya mendengarkan perkataan Gio. Dia merasa kesal atas perkataan Gio yang terkesan meremehkan hasil kerjanya, tetapi ia juga membenarkan perkataan pria itu. Karena Vannya juga merasa bahwa desainnya ini terlihat terlalu sederhana.

Vannya memang merasa ada yang kurang dengan desain yang ia dibuat, tetapi ia bingung apa yang harus ditambahkan pada desain baju miliknya.

"Kata gue sih lo tambah sesuatu di bagian lengan sama pinggangnya, misal lo tambah garis atau pita atau bentuk apa gue gak ngerti. Tapi warnanya lo bedain" Gio menunjuk beberapa bagian yang menurutnya sangat terlihat kurang.

Vannya masih terdiam, tetapi ia fokus menyimak saran dari Gio yang terdengar masuk akal.

"Ngerti gak lo?" Gio menoleh untuk melihat bagaimana Vannya merespon masukan darinya, tetapi gadis itu memang terlihat memperhatikan meski bersikap sok acuh.

"Ngerti" ketus Vannya sedikit keras tanpa sadar. Vannya tiba tiba mengerut kesal karena ia jadi ketahuan memperhatikan ucapan Gio sedari tadi.

Sedangkan pria itu terkekeh gemas atas tingkah Vannya, yang mana membuat Vannya jadi lebih kesal dari sebelumnya.

"Bisa diem gak!!" Vannya berteriak dengan galak  untuk membuat Gio diam dan tidak menganggunya, karena memang suara tawa pria itu membuatnya tidak fokus.

Saat Vannya menoleh ke samping dirinya tertegun karena wajah Gio sudah berada begitu dekat dengan wajahnya. Vannya mengerjap lucu, sedikit terpesona akan wajah tampan Gio yang terlihat semakin luar biasa bila dilihat dari dekat. Tidak dapat disangkal bahwa Gio memang pria yang tampan menurut Vannya.

Vannya daat melihat Gio mengulas sebuah senyuman, sebelum kembali menegakan tubuhnya duduk dengan benar di atas sofa. Diam diam Vannya merona karena senyuman tampan itu.

"Galak banget" ujar Gio dengan nada yang lembut

Vannya yang tersadar bahwa barusan ia mengagumi wajah Gio, langsung merutuki dirinya dalam hati. Memang eksistensi Gio membawa dampak besar untuk orang orang di sekitar pria itu, tidak terkecuali Vannya.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang