2 - Pagi itu

2.7K 154 7
                                    

Sebelumnya, cerita ini meromantisasi perselingkuhan ya. Jadi yang gampang ketrigger sama konten berbau selingkuh, JANGAN BACA!!!

Dan lagi, untuk hal hal buruk dalam cerita ini jangan ditiru ya. Jadilah pembaca yang bijak. Aku sama sekali gak membenarkan perselingkuhan.






Selamat membaca....

Suara alarm dari ponsel berdering keras memenuhi ruangan kamar yang terliat masih belum tertata sepenuhnya. Beberapa kardus masih terlihat belum dibongkar isinya tersimpan apik di depan lemari. Barang – barang yang telah di tata pun masih terlihat kurang pas penempatannya.

Tubuh ramping Vannya di atas ranjang menggeliat kecil merasa terusik akibat suara berisik dari alarm. Tangannya meraba sisian ranjang untuk menemukan ponselnya, setelah benda pipih itu terasa oleh tangannya buru – buru ia matikan alarm. Matanya yang masih setengah terpejam mencoba melihat waktu di layar ponselnya.

Masih terlalu pagi untuk bangun di hari sabtu seperti ini, tapi demi membiasakan diri bangun pagi tanpa orang lain yang membangunkan, Vannya memaksakan untuk sadar sepenuhnya dari rasa kantuk.

Vannya terduduk di sisian ranjang, menguap kecil sebelum membuat peregangan pada badannya. Langkahnya dibawa ke arah jendela dan menyibak gorden, matanya seketika memejam saat sinar matahari langsung menerobos masuk ke kamarnya. Dia terpejam sebentar dan berdiam untuk merasakan hangatnya matahari memapar kulitnya.

Kemudian Vannya berjalan ke arah dinding bagian kanan untuk mengambil remot AC dan mematikan mesin pendingin yang menemani tidurnya semalaman. Dia kembali ke ranjangnya merapikan selimut, seprai dan juga bantalnya sebelum dia pergi keluar dari kamar dan masuk ke kamar mandi yang tepat berada di sebelah kamar.

Setelah selesai mandi pagi dan bersiap,
Vannya berjalan menuju ruang tengah. Mendekat ke arah sofa sedang yang diletakkan di depan meja televisi, telihat dihuni oleh seorang pria yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Tama bangun, cari sarapan yuk" tangan kecil Vannya menggoyangkan tubuh laki laki bernama Tama yang masih tidur di sofa.

Tama bergerak kecil sebelum membuka matanya "Jam berapa?" tanyanya pada Vannya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Udah jam 6, buruan mandi terus cari sarapan" Vannya masih berdiri di depan sofa sambil memerhatikan bagaimana lelaki itu bangun dengan wajah bantal dan rambut berantakan kemudian berjalan gontai ke arah kamar mandi

Sembari menunggu Tama mandi, Vannya duduk di sofa ruang tengah dan menyalakan televisi untuk mencari siaran yang bagus untuk di tonton pagi- pagi. Tangannya berhenti megganti channel saat kartun kotak berwarna kuning dengan suara khasnya terpampang di layar televisinya, matanya mencoba fokus menikmati siaran.

Ini hari pertama Vannya melakukan aktivitas di ibu kota. Dia banyak berpikir untuk melakukan apa mengisi akhir pekannya ini. Dia tidak memiliki teman disini, kakaknya pun jauh dan Tama pacarnya akan kembali ke kotanya malam nanti.

Vannya mulai bosan dengan tontonannya dan Tama masih belum juga selesai akan mandi paginya. Dia mengambil ponsel di dalam saku jaketnya, sekedar hanya mengecek pesan dengan cepat dan pergi ke galeri mengamati beberapa foto dirinya dengan bosan.

Vannya berhenti pada sebuah foto dirinya dengan Tama yang terakhir kali di ambil saat mereka kencan sebelum berangkat ke Jakarta. Foto itu memperlihatkan pose lucu dari keduanya di dalam mobil dengan menggunakan flash. Tiba – tiba dirinya menjadi emosional dan sedih, mengingat sebentar lagi keduanya harus menjalankan hubungan jarak jauh.

3 tahun Vannya telah melewati hari – hari bersama Tama, berbagi cerita suka maupun duka. Banyak yang telah dia lalui dengan pria yang lebih tua umurnya 1 tahun darinya.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang