42 - (Not) a proposal

492 39 10
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, Vannya tentunya tengah bersiap untuk pergi bekerja karena hari ini masihlah hari rabu. Vannya masih sibuk menata rambutnya, tangan kanannya tengah sibuk dengan hair straightener miliknya yang baru saja ia dapatkan minggu lalu dengan menggesek kartu kepunyaan Gio, sedang tangan kirinya dengan cekatan menata rambutnya dengan sisir styling. Vannya selalu menikmati pagi harinya saat bersiap, dia akan merasa puas saat berhasil mempercantik diri sebelum meninggalkan tempat tinggalnya.

Di tengah kesibukan bersiapnya, bel apartemen berbunyi. Vannya berdecak kesal, pasalnya ialah satu satunya orang harus mengecek siapa orang yang bertamu sepagi ini. Bibi pekerja apartemennya sedang pulang kampung, dan Gio masih sibuk dibalik pintu kamar mandi, sehingga Vannya yang harus merelakan waktu bersiapnya untuk bergegas ke pintu depan.

Vannya melirik ke arah intercom yang menunjukkan wajah tak bedosa milik Kenan didepan pintu, hidungnya langsung merengut sebal. Pasalnya Vannya mengharapkan tamu yang lebih penting daripada sekedar Kenan yang telah membuang watu berharganya menata rambut.

"Kenapa harus ganggu rumah orang sepagi ini sih" gerutu Vannya tepat saat ia membuka pintu dan berahadapan langsung dengan Kenan

Kenan yang disambut dengan galak langsung berdecih sebal "Astaga galak amat neng sama tamu"

"Lagian bertamu pagi banget" kini Vannya bersedekap dada sambil melayangkan tatapan sebal kepada Kenan

"Ini gue anter dokumen kerjaan dan sarapan sesuai permintaan yang mulia raja boss besar bapak Gio yang terhormat" ujar Kenan  dengan penuh penekanan. Sebagai pekerja yang sangat berdedikasi untuk pekerjaannya, Kenan hanya dapat bersabar sambil mengelus dada.

"Ya udah, mau masuk dulu? Mas Gio masih mandi" Vannya sedikit menyingkir dari pintu apartemennya untuk mempersilakan Kenan masuk

Kenan memberikan anggukan hormat dengan main main "Iya nyonya, gue harus serah terima kerjaan dulu karena hari ini gue gak ke kantor disuruh bapak boss pergi berkelana"

"Duh lebay"

"Nih sarapannya" Kenan menyerahkan paperbag yang dibawanya kepada Vannya ketika ia berjalan masuk ke apartemen mewah milik bossnya itu

Vannya berniat menerima sarapannya sembari berterima kasih atas effort Kenan. Tetapi tepat saat Kenan melewatinya, refleks saja Vannya menarik tangannya yang terulur untuk menutup hidungnya. Beruntung Kenan yang sigap menyelamatkan sarapan yang hampir luput dari jangkauan Vannya dan mungkin akan berakhir mengenaskan di lantai apartemennya.

Tetapi fokusnya bukan lagi pada sarapan, Vannya merasa pusing dan mual secara bersamaan mencium parfum kepunyaan Kenan. Ya Tuhan, Vannya tidak pernah tahu bahwa parfum pria itu sangat aneh di indera penciumannya, dan lagi Vannya tidak berpikir ada orang yang menggunakan parfum semengganggu milik Kenan.

"Kenan kamu pakai parfum apaan? baunya gak enak banget" Vannya measih menutup hidungnya sambil menatap kesal kepada Kenan

"Hah" Kenan buru buru menciumi bau badannya, seingatnya dia mandi dengan benar dan menyemprotkan parfum yang sama seperti hari hari sebelumnya, tidak ada yang salah dengan aromanya hari ini

"Gue gak ganti parfum padahal" ujar Kenan kebingungan, pasalnya selama mengenal Vannya, gadis itu tidak pernah protes dengan aroma parfumnya. Lalu sekarang apa masalahnya

"Aku gak suka" protes Vannya dengan kesal kemudian berjalan menjauh dari Kenan sebari mengomel ngomel tidak jelas hanya karena penciumanya yang sedang tidak bersahabat

"Astaga salah lagi gue" Kenan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, meski tidak tahu kesalahannya kali ini, ia tetap terima dengan omelan Vannya

"Yaelah Van, maafin kalau parfum gue murahan deh. Maaf ya" Karena tuan rumah pemilik apartemen tidak mau lagi mengurusnya sebagai tamu, Kenan secara mandiri meletakkan sarapan di meja makan dan memilih menunggu Gio di ruang tamu

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang