Vannya kini tengah berdiri sendirian di pinggir jalan tepat diseberang apartemen Jessi. Sambil sibuk memainkan ponsel ditangannya dan sesekali menengok ke arah jalan bila orang yang ditunggunya telah datang.Vannya mengulas senyum dan melambai pada seseorang yang datang dari kejauhan mengendarai sebuah sepeda motor. Hingga tidak lama pengendara itu tepat berhenti di depan Vannya.
"Udah nunggu lama?" Sapa sang pengemudi motor setelah menaikkan kaca helmnya
"Gak, baru aja keluar dari apartemen terus jalan ke sini deh" jawab Vannya dengan santai
"Ya udah yuk pergi sekarang" ajaknya sambil menunjuk tuang kosong dibelakangnya
Serta merta Vannya mendudukkan diri tepat dibelakang Tama, duduk tenang sebagai penumpang.
Tama memang sudah resmi pindah ke Jakarta sejak tiga hari lalu. Jangan tanya bagaimana perasaan Vannya ketika kekasihnya menyusul untuk tinggal di kota yang sama dengannya.
Mungkin bila Tama pindah berbarengan dengan kedatangan Vannya di ibu kota waktu itu, tanggapan Vannya pasti ia terlampau senang. Tetapi karena banyak hal yang telah berubah, Vannya tidak bisa menanggapinya. Vannya total bingung tetapi ia hanya mencoba berjalan mengikuti arus selama semuanya terasa normal.
Setelah keduanya menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya sampailah mereka disebuah rumah tingkat di pinggir jalan kecil. Rumah ini merupakan kamar sewa milik Tama.
Setelah memarkirkan motor di pekarangan rumah yang memang dijadikan lahan parkir, kemudian Tama mengajak Vannya untuk menuju ke kamarnya di lantai dua.
Rumah itu cukup besar, mungkin terdapat sekitar 20 pintu kamar. Dan kamar milik Tama berada di lantai dua, tepatnya tiga pintu setelah tangga.
"Maaf ya kalau masih berantakan, kemaren keburu capek mau beres beres" ujar Tama sambil membuka kunci pintu kamarnya
Setelah pintu terbuka, Vannya dipersilakan masuk. Ruang kamar itu tidak begitu besar hanya seukuran 3x4 seperti kamar sewa pada umumnya. Meski jauh dari apartemen yang kini Vannya tinggali, tetapi setidaknya lingkungan tempat tinggal Tama tidak terlalu buruk.
"Kamu beneran gak apa tinggal kayak gini?" Vannya melihat sekeliling kamar milik Tama setelah ia mengambil duduk di ranjang lantai milik kekasihnya itu
"Gak apa dong. Sementara gini dulu sampai aku bisa kumpulin banyak uang. Tenang aja Vannya, aku udah janji nanti kalau sama kamu aku pastiin kamu gak akan hidup susah. Jadi gak apa sekarang aku yang harus banyak berusaha" ujar Tama sambil mengulas senyum
Vannya sangat paham niat baik Tama. Pria itu memilih pindah dan tinggal ditempat sederhana ini untuk menghasilkan lebih banyak uang. Sehingga usaha pria itu harus diberi apresiasi.
Vannya tersenyum kepada Tama yang duduk di lantai tepat di hadapannya "berjuang yang keras ya Tama, jangan buat aku aja tapi buat diri kamu sendiri"
"Iya, demi kamu itu juga buat aku Van"
Tidak ingin terlarut dalam pembahasan soal perjuangan Tama, Vannya mulai mencari kesibukan lain.
"Aku bantuin beres beres ya" Vannya yang baru duduk memilih kembali berdiri umtuk pergi ke arah tumpukan barang Tama yang belum selesai dibereskan
"Gak usahlah, kamu disini kan jadi tamu jangan beres beres dong"
"Gak apa, aku sebel aja lihat kamar berantakan gini" Vannya bergerak tanpa diminta, ia mulai menata barang milik Tama satu persatu
Tentunya Tama tidak tinggal diam melihat Vannya yang memang tidak bisa dihentikan, berakhirlah keduanya membereskan kamar kecil itu agar terlihat lebih rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollow
Romance[cheating !!!! 18+] Kepindahan Vannya ke ibukota mengantarkannya bertemu dengan pria sempurna, seperti Elgio Gevano Harison yang merupakan kekasih tetangga apartemennya. Awalnya Vannya mengartikan perasaannya kepada Gio, sebagai rasa kagum semata. T...