13 - Tidak benar

1.4K 87 5
                                    

Hai ada yang nungguin kelanjutan cerita ini?? Maaf ya update lama, i'm kinda busy irl 😭😭



Happy reading...


Vannya telah selesai makan dan kini ia sibuk untuk mencuci piring, tetapi ia baru teringat bahwa tadi dirinya tidak menanyai apakah Gio sudah makan malam atau belum. Tetapi seketika Vannya mengingat bahwa sebelum ke apartemennya, ia melihat Gio pergi bersama Resya. Sehingga kemungkinan besar pria itu sudah makan malam bersama kekasihnya.

"Dia udah makanlah pasti, kan tadi baru aja pergi sama pacarnya" kata Vannya bermonolog dengan tangannya sibuk membilas peralatan makannya

Vannya kemudian menghentikan kegiatan mencucinya dan membelalak kesal, karena lagi lagi ia justru sibuk memikirkan Gio. Vannya menggeleng ribut untuk menghilangkan soal Gio dari pikirannya.

"Van, kamu itu harus inget. Meski dia baik ke kamu, dia itu bukan orang baik" kata Vannya memarahi dirinya sendiri

"Lagian aneh banget, dia tiba tiba datengin apartemenku. Kayak gak punya rumah aja" kini Vannya mencebik sebal mengingat bagaimana Gio yang memaksa untuk bertamu.

Meskipun Vannya menyatakan kebencian kepada Gio, tetapi memang tanpa sadar ia selalu memikirkan Gio entah apa alasannya.

Setelah selesai mencuci peralatan makannya, Vannya tinggal lanjut membereskan laptopnya di ruang tengah dan membawanya masuk ke dalam kamar.

Tetapi Vannya menghentikan langkahnya diambang pintu kamar. Dia sempat melupakan eksistensi Gio yang masih berada di apartemennya. Vannya melirik sebentar pria itu kemudian mencoba abai dengan memilih melangkahkan kaki menuju meja dipinggir ruangan dan meletakkan laptopnya.

Vannya menghela nafas dengan keras saat berjalan menuju ranjangnya dimana Gio terlihat sibuk bermain game lewat ponsel dengan posisi yang terlihat santai seperti dirumahnya sendiri.

"Pulang sana" Vannya berkata galak dengan bersedekap tangan di depan dada memperhatikan Gio yang mengabaikan kehadirannya

"Kan gue bilang mau tidur disini" Gio membalas perkataan Vannya tanpa mengalihkan fokus dari ponselnya.

"Tck. Aku panggilin mbak Resya nih ya" Vannya berdecak tidak suka sembari memberi ancaman yang mungkin tidak berpengaruh apapun bagi Gio.

Benar saja Gio justru menanggapi perkataan Vannya dengan balik menantang gadis itu "Panggil aja kalo berani" Gio terkekeh mengejek

"Ngapain takut" Vannya berkata dengan berani seakan tidak takut dengan tantangan Gio, padahal Vannya tidak serius dengan ucapannya.

Tiba tiba Gio menghentikan permainnanya dan meletakkan ponsel ke atas ranjang. Kemudian ia menatap Vannya dengan satu alisnya terangkat, jangan lupakan senyuman remeh yang dipamerkan mungkin akan membuat Vannya semakin kesal.

"Lo tadi ditanya lehernya kenapa aja udah panik. Gimana kalau ditanya gue ngapain di kamar lo, mau jawab apa hm?" Gio menatap lurus ke arah Vannya yang berdiri di samping ranjang dengan raut kesal yang tercetak jelas

Gio sangat senang melihat bagaimana wajah Vannya terlihat semakin kesal, tetapi gadis itu tidak mampu menyangkal. Jelas saja Vannya tidak dapat menjawab pertanyaannya. Gio semakin tersenyum lebar untuk menggoda Vannya.

"Ish ngeselin banget, kulaporin keamanan juga lama lama. Buruan pulang aku capek mau tidur" Vannya menghentakkan kakinya kesal, ia tidak berbohong perihal ingin tidur. Dan kehadiran Gio di apartemennya, jelas menganggu waktu tidur Vannya.

Gio ikut bersedekap menirukan gaya Vannya berdiri disamping ranjang.

"Lo sekarang gak sopan ya sama gue" Gio memiringkan kepalanya memikirkan bagiamana Vannya bersikap kepadanya akhir akhir ini. Gio ingat saat awal awal pertemuan mereka, sikap Vannya kepadanya seperti malu malu. Tetapi kini, Vannya seperti berani menunjukkan sikap galak dan seakan terang terangan mengatakan kebecian untuk Gio.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang