5 - Hollow

1.8K 107 10
                                    





Tidak terasa hari telah berganti senin. Vannya tengah bersiap untuk berangkat kerja pada hari pertamanya. Dia mengenakan kemeja berwarna cream dipadukan dengan celana kain coklat dan flat shoes cream yang senada dengan bajunya.

Setelah selesai sarapan, Vannya langsung saja menyambar tasnya dan segera pergi bekerja. Karena dia harus pergi menggunakan kendaraan umum sehingga dia berinisiatif pergi lebih awal agar tidak berdesakan dan terlambat kerja.

Saat dirinya berbelok ke arah lift dari lorong apartemen, Vannya bertemu dengan Gio yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Kemeja berwarna putih dengan dasi hitam yang telah disimpul rapi, tidak lupa dengan suit berwarna hitam yan melekat dengan pas di tubuh atletis pria itu.

"Pagi banget berangkat kerjanya" Gio yang lebih dulu menyapa Vannya. Karena gadis itu yang bertemu dengan Gio justru seketika menjadi kehilangan fokus.

"I-iya" Vannya berkata dengan terbata, kemudian menggeleng kecil untuk membantu pikirannya kembali fokus. Anehnya Vannya sering terbata saat berhadapan dengan Gio.

"Biar gak telat di hari pertama kerja dong" Vannya kembali berbicara dengan benar kemudian tersenyum saat kesadaraannya telah terkumpul, lagi pula kenapa dengan dirinya yang hanya melihat Gio semakin menawan dengan balutan setelan formal justru membuatnya tiba tiba larut dalam kekaguman.

Gio terkekeh melihat betapa lucunya tingkah Vannya, membuat mood paginya terasa lebih baik.

"Lo pergi naik apa?" Tanya Gio

"MRT"

"Gak ada kendaraan emangnya?"

Vannya hanya menggeleng sebagai jawaban, kemudian gadis itu berpamitan kepada Gio untuk segera pergi.

"Duluan ya Mas" Vannya telah melangkah melewati Gio begitu saja untuk segera naik lift.

Tetapi Vannya mendadak menghentikan langkahnya saat tangannya tiba-tiba saja ditahan dari belakang. Vannya yang berjengit kaget segera membalikkan tubuhnya, dan dia dapat melihat Gio yang sudah menoleh menatapnya.

"Bareng gue aja" Gio berkata dengan nada lembut yang justru membuat Vannya semakin merinding.

Vannya tidak menjawab tetapi membawa tatapannya ke arah pergelangan tangannya yang digenggam pria itu.

Gio refleks melepaskan genggamannya ketika ia baru sadar sudah dengan lancang memegang tangan Vannya.

Vannya kembali mendongak untuk menatap Gio dan pria itu kembali berkata "Gue Cuma mau ngasih sarapan ke Resya, gak akan lama"

"Gak usah deh mas, mas Gio kan juga mau kerja. Lagian tempat kerja kita gak satu gedung" pada akhirnya Vannya menggeleng, menolak tawaran Gio untuk mengantarnya bekerja.

Jelas saja Vannya merasa tidak enak karena terlalu banyak merepotkan Gio, padahal mereka baru kenal kurang dari seminggu.

"Udah lo diem disini, gue maksa. Awas aja kalo gue sampai balik lo gak ada di sini" walau nada yang digunakan Gio adalah nada gurauan tetapi ucapannya terdengar seakan tidak bisa di bantah.

Tanpa menunggu jawaban dari Vannya, pria itu segera berlalu dan membuatnya menghela nafas. Vannya bingung harus berbuat apa. Dia ingin segera pergi saja tanpa harus berurusan dengan Gio, tapi bila pergi begitu saja dia akan semakin merasa tidak enak kepada Gio karena dirinya tidak sopan. Akhirnya mau tidak mau Vannya menunggu Gio sampai kembali.

Benar tidak sampai 5 menit Gio telah kembali menemui Vannya. Mungkin pria itu hanya masuk ke apartemen Resya lalu meninggalkan sarapannya di atas meja dan mungkin sembari memberi kecupan sayang di kening Resya, itu yang dipikirkan Vannya.

HollowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang