Merana

2.8K 494 136
                                    

Satu minggu sudah berlalu sejak Raka mengetahui Ale pergi. Ia menjadi lebih pendiam dan menjadi lebih dingin dari biasanya. Wajahnya tidak pernah sedikitpun memberikan ekspresi lain, selain wajah datar dan teramat datar yang selalu ia tunjukkan.

"Cempreng." Gumam Raka.

Raka meletakkan kepalanya diatas meja belajar. Ia benar-benar sangat merindukan Ale saat ini. Dirinya tidak bisa fokus belajar dan selalu mengabaikan jam makannya. Ingin bertanya kepada Azka, tapi dia takut menjadi bahan bulan-bulanan Papanya. Mau bertanya kepada Ratu pasti akan di syukuri oleh adiknya itu.

Raka menghela nafasnya saat teringat perkataan Ratu. Adiknya itu dengan tersenyum mengejek selalu mensyukuri apa yang ia rasakan sekarang.

"Emang enak! Sukurin! Makan tuh gengsi Segede gajah!"

Rasanya, Raka ingin sekali menjepit mulut semua orang yang membuatnya menjadi seperti ini. mengingat kembali awal pertemuan ia dan Ale, Raka tertawa sendiri karena itu menjadi kenangan yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.

Flashback On

Raka berjalan terburu-buru memasuki sekolah barunya. Ia berdecak karena harus masuk ke sekolah milik orangtuanya. Awalnya, Raka ingin masuk ke sekolah lain karena ingin merasakan menjadi siswa biasa tanpa embel-embel anak pemilik sekolah.

Bruk!

Raka tidak sengaja menabrak seorang yang berdiri dihalaman sekolah. Ia menghela nafasnya karena dirinya baru saja menabrak seorang siswi. Memasang sikap santai, Raka kembali berjalan melewati siswi itu.

"Cuekin aja." Batin Raka.

Namun, ia mengernyitkan keningnya ketika mendengar perkataan siswi tadi. Raka sangat tidak menyukai seorang gadis dengan suara cempreng dan berisik seperti itu. Akhirnya, ia tetap berjalan dan mengabaikan siswi tadi yang mengajaknya berkenalan.

"Semoga dia gak ingat gue lagi dan gak akan ketemu lagi." Gumam Raka.

Flashback Off

"Gara-gara terburu-buru, gue jadi kenal sama lo." Ucap Raka sambil terkekeh.

Raka mengangkat kepalanya. Ia tersenyum melihat boneka Barbie yang dibuang oleh Ale yang ada diatas meja belajarnya. Dengan hati-hati, Raka mengambil boneka itu dan mengelus rambutnya.

"Lo dimana? Gue kangen sama lo." Ucap Raka.

Dengan sedih, Raka memeluk boneka itu. Ia berdiri dan membawa boneka itu berjalan ke kasurnya. Lalu, Raka membaringkan tubuhnya dan meletakkan boneka itu disampingnya. Tak lupa, ia juga menyelimuti boneka itu sambil mengelus rambutnya kembali.

"Udah malam, kita tidur ya." Ucap Raka.

Setelah mengatakan itu, Raka menutup matanya. Ia tidak mematikan lampu kamarnya karena merasa sedih dengan kegelapan. Baginya, hidupnya terasa gelap tanpa kehadiran sosok Ale. Jadi, ia menghidupkan lampu kamarnya berharap hidupnya akan kembali cerah seperti kamarnya yang selalu terang.

Dan tanpa Raka sadari, Ratu mengintipnya dari balik celah pintu yang terbuka sedikit. Adiknya itu menatapnya horor dirinya dan tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kak Aka udah gila." Ucap Ratu.

Ratu menutup pintu kamar Raka dengan perlahan. Ia bersandar dipintu Raka sambil memikirkan sesuatu. Tak mau ambil pusing, Ratu berjalan kembali ke kamarnya sambil tersenyum lebar.

"Telepon Kak Ale, kuy!" Ucap Ratu riang.

Didalam hati, Ratu tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan Raka. Ia sengaja tidak memberi tahu kakak laki-lakinya itu jika dirinya mempunyai nomor ponsel Ale. Biar saja Raka seperti itu, agar dia tahu bagaimana rasanya menjadi Ale selama ini.

My Ale! (Side Story Of Raka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang