Keesokannya Yue mengantar Wanmei menuju perguruan Awan Merah, ah benar Ming Hao dan Xing Xing keduanya masuk prguruan Naga Jade seperti tebakannya sebelumnya karena mungkin status mereka apalagi Ming hao adalah pewaris selanjutnya jadi bisa dibilang perguruan tersebut cocok untuk mereka berdua sedangkan Yue ia tidak diterima di perguruan mana pun namun ia tak resah karena Yue memiliki rencana selanjutnya"Yuee kita berpisah" Rengek gadis itu dengan air mata yang sudah mengalir kemana mana, Yue hanya menepuk nepuk pundak Wanmei karena tidak terlalu bisa menghibur
"Saat liburan mari kita bertemu" Ujar Yue dan hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan untuk saat ini
"Baiklah janji? Aku pasti akan sangat merindukan mu huhuu" Rengeknya kembali
"Aku juga, belajarlah dengan baik dan mari kita lihat apakah nanti kamu bisa melampaui ku" Ujarnya lantas mengusak kecil rambutnya
"Em! Aku akan belajar dengan sungguh sungguh" Pekik Wanmei kembali bersemangat setelah itu mereka berduapun berpisah, untuk pertama kalinya Yue merasa sedikit berat padahal diantara keduanya tidak ada hubungan darah namun ia merasa Wanmei itu begitu rentan dan perlu dilindingi. Dari situlah tiba tiba tekat Yue tumbuh ia harus menjadi lebih kuat lagi untuk melindungi orang orang yang ia sayangi
Dirinya kembali menuju kediaman Wang namun saat ditengah jalan ia melihat seorang kakek tua yang sedang dirundung oleh beberapa bandit? atau perampok? Ah dia tidak tau jelas, segera dengan percaya dirinya ia menegur beberapa orang yang sedang merudung
"Pengecut sekali" Ujarnya dingin sembari bersandar di pepohonan, kelima orang tersebut terkejut dan bersama sama menoleh kearah dirinya
"Wah wah lidahmu tajam sekali ya untuk seorang gadis kecil yang lemah" Ujar salah seorang laki laki itu, Yue tidak menjawab namun kakinya melangkah menuju kakek yang sedang bersujud, ia mengangkat kakek itu agar bisa duduk
"Kenapa bersujud kepada sampah itu, Anda lebih tua dari mereka" Ucap Yue tenang sedangkan gerombolan bandit itu mulai menjadi merah
"Heh gadis sialan! kau tidak tau kami ya?! Beraninya berbicara seperti itu apa kau ingin menghadapi kematianmu HAHAHA" Ucap mereka lagi dan tiba tiba menyerang Yue
"Awas nak!" Peringat kakek tersebut namun dengan lihai Yue menghindari hunusan golok mereka, gadis itu menghela nafas untuk menenangkan dirinya yang mulai kesal. Ia tau dizaman ini masih minim moralitas dan juga sopan santun apalagi adanya kasta yang memperjelas status namun hati nuraninya sangat menolak akan hal itu
Ia gadis yang hidup didunia modern meski dirinya dingin dan terlihat cuek namun kakaknya selalu mengajarkan untuk berbuat baik juga menjaga sopan santun kepada siapapun yang lebih tua darinya tanpa memandang siapa orang itu.
Yue maju dan menyerang mereka ia ak menggunakan pedang namun ia memilih menggunakan jarum beracun untuk melumpuhkan kelimanya, tidak tau kenapa namun ia ingin sekali membunuh mereka semua namun ia urungkan ia memiloh untuk membut kelimanya lumpuh dan akan terus menjalani hidup dengan keadaan seperti itu, kejam? Tapi sepadan
Tidak sampai lima menit kelimanya tumbang, setelah itu ia membawa kakek tersebut untuk diantar kembali kerumahnya
"Anda tidak apa apa?" Tanya Yue memastihkan
"Ah tidak apa apa nak kakek baik baik saja" Ujar lelaki tua itu, Yue memapahnya dengan lembut dan berhati hati
"Apakah anda tau siapa mereka?" Tanya gadis itu
"Mereka para bandit yang memang berada diperbatasan, sengaja merampok para pedagang yang sedang lewat" Ujar kakek tersebut menjelaskan, Yue hanya mengangguk sebagai respon
"Ah ya nak ngomong ngomong siapa namamu?" Tanya kakek tersebut
"Xiao Yue" Jawab gadis itu singkat
"Baiklah nak Yue kakek tak bisa membalas apa apa namun ini" Ujar lelaki tua itu sembari memberikan sebuah tusuk rambut berbentuk bulan sabit terbuat batu giok, jika dilihat memnag bukan giok mahal namun itu sangat cantik
"Tidak usah repot kakek, anda simpan saja" Ucap Yue menolak, ia menolong dengan tulus dan tidak mengharapkan imbalan apa apa
"Tidak apa apa nak, ini juga bukan barang yang mahal terimalah" Ujar kakek itu, Yue akhirnya menerimanya dan berterimakasih
Mereka pun sampai disebuah gubuk kecil yang kakek itu tinggali"Apakah ini tempat tinggal kakek?" Tanya Yue memastikan
"Benar, mari masuk lah maaf rumah kakek seperti ini" Ujar orang tua itu, ia dengan langkah pelan masuk kedalam rumah Yue pun mengekor dibelakangnya, mata ungu gadis itu dengan lincah menjelajahi setiap sudut rumah. Jika diperhatikan meski rumah ini terbilang kecil dan mungkin lebih kecil dari paviliun miliknya namun didalamnya sangat bersih, barang barangnya pun tersusun rapi
"Mari duduklah akan kakek buatkan minum" Ujar nya
"Ah tidak perlu repot" Ujar Yue menolak secara halus, ia tidak terlalu tega melihat kakek tua itu
"Tidak merepotkan namun maaf jika sajiannya terlalu biasa, aku hanya seorang kakek tua" Ujar nya kemudian menuju dapur untuk membuat teh, Yue hanya bisa menerima dengan pasrah hitung hitung menghargai usaha orang lain
Tak lama kakek itu datang dengan dua cawan teh untuk nya juga Yue, kakek itu tersenyum hangat Yue juga membalas dengan senyuman tipis. Sejujurnya Yue merasa miris karena masih banyak rakyat dari kekaisaran ini yang begitu miskin padahal seharusnya sistem pemerintahan bisa menjadikan itu adil namun memang banyak orang yang tutup mata dan pura pura tidak tau.
Keduanya berbincang begitu lama kakek tersebut juga bercerita bahwa Yue mirip dengan cucunya yang sudah tiada, Yue pikir itu tak masalah jika kakek ini menganggapnya sebagai cucu. Ngomong ngomong nama kakek itu Li ChuYe sering dipanggil kakek Li oleh masyarakat sekitar
"Saya pamit dulu, lain kali jika melewati tempat ini kembali saya akan mampir" Ujar Yue kemudian ia keluar dari rumah itu
"Baiklah, sekali lagi kakek berterimakasih kepadamu sampai jumpa lagi dan sering seringlah mampir" Ujar kakek Li lantas beliau melambaikan tangan untuk mengucapkan perpisahan, setelah Yue tidak terlihat dari pandangan kakek Li dia pun masuk dan menemukan sebuah kantong, orang tua itu membuka dengan perasaan bingung dan setelahnya terkejut karena isian kantong itu adalah kepingan emas lantas kakek Li tersenyum
"Anak yang sangat baik" Gumamnya kemudian matanya mulai menerawang jauh
*****
Matahari sudah terbenam Yue pun sudah sampai di istana, Raja tentu marah kepada Yue atas tindakan nya saat perlombaan hingga saat malam ia dihukum beberapa cambukan namun Yue tak merasa keberatan karena ia adalah seseorang yang berani mempertanggung jawabkan atas tindakan yang ia lakukan
"Nona sudah makan?" Tanya Ye Lin
"Hm sudah tadi, dan ini" Ujar Yue sambil memberikan bungkusan yang berisi kue untuk Ye Lin
"Untuk Nubi?" Tanya Ye Lin memastikan dan Yue hanya mengangguk sebagai jawaban
"Xie Xie nona, Nubi sangat senang" Ujar Ye Lin tersenyum lebar
"Ya makanlah, aku akan istirahat" Ujar Yue kemudian ia membaringkan tubuhnya, Xinyue yang melihat tuannya langsung mendekat dan mendusel manja ditangan Yue
"Baby Boy kamu sudah sangat besar sekarang" Ujar Yue sembari tersenyum manis, tangan itu dengan lembut mengelus bulu halus milik Xinyue yang semakin besar menjadi semakin putih layaknya salju, Xinyue yang merasa nyaman pun tertidur
Benar juga kemarin Raja Wang memberitahukan bahwa pernikahannya ditunda karena ada sebuah masalah yang rumit didalam kekaisaran jadi Yue masih memiliki banyak waktu untuk memperkuat diri sebelum memasuki istana yang jelas akan banyak musuhhhh menyambutnya
"Apa aku harus keluar dari istana untuk memperkuat diri?" Gumamnya, ia sedikit menyesal karena tidak masuk perguruan ia kira karena pernikahannya sudah dekat malah akan semakin membuang waktu malah nyatanya itu ditunda
"Sudahlah lupakan, pikirkan besok saja" Ujarnya kemudian menutup mata karena rasa mengantuk yang mulai menyerang
![](https://img.wattpad.com/cover/185370297-288-k203836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Book 1: The Great Empress Qin ✔
Fantasi[PROSES REVISI] Kembali ke masa lampau dengan menjadi seorang sampah yang terasingkan? Siapa yang akan mau? Dia mungkin mengalaminya tapi dibalik itu juga dia bahagia, bahagia dengan segala bentuk hal yang mereka lakukan. Pelayannya yang baik, cuku...