Keenam

454 86 1
                                    

Sungai Han. Tempat yang menjadi objek keindahan Seoul sekaligus saksi bisu atas kebencian Taehoon di masa lampau. Kisah kelam yang terjadi tiga tahun silam seolah melekat di tempat ini. Tak bisa dipungkiri, Taehoon merasa sedih. Dia tak pernah bisa memaafkan dirinya. 

Semua terjadi begitu cepat seolah tak bisa dihindari. Taehoon selalu bergumam kata andai, tetapi itu jauh lebih menyakitkan bila terbentur oleh fakta. Ia ingin menangis, meluapkan semua rasa bersalah yang tersisa dalam dirinya. Namun Taehoon tak ingin bayang-bayang Lee Dowoon hilang begitu saja, dia tak pantas untuk bahagia setelah lalai menjaga satu nyawa yang berharga.

Lee Dowoon yang malang, keegoisan Sung Taehoon membuat pemuda manis itu tak bisa berkutik di depan preman karena tak ingin temannya kembali terluka. Namun nasib naas berpihak padanya, dia harus merenggang nyawa di tangan anak-anak nakal yang rela dibayar untuk melakukan apa saja. Salah satunya adalah membegal, kejahatan yang biasa dilakukan geng bermotor.

Saat ini Taehoon tengah berjalan menuju markas Jungchan sembari mengingat memori kelam yang tertanam di tempat ini. Langkah kakinya terasa berat seakan menghalanginya untuk menemui sosok pembuat onar tersebut. Apalagi remaja itulah yang membuat Lee Dowoon kehilangan nyawa berharganya. Letupan emosinya semakin tak terkontrol kala sosok ayah Yeonwoo terlintas di kepalanya. 

Taehoon menggertakkan gigi. Dia akan kembali menghabisi Jungchan jika memang remaja itu yang membuat ayah Yeonwoo terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Ia mempercepat langkah ketika melihat markas Skid. Indra pendengaranya tak sengaja mendengar pembicaraan anak-anak bermotor dan suara Jungchan.

Jungchan masih bergabung di Skid, itu tandanya hampir 100% pelaku pembegalan adalah dia. Taehoon mengeraskan rahang, merasa geram akan kelakuan remaja yang dulu pernah membuat Lee Dowoon menderita. Namun ia harus bersabar, bermain cantik untuk mendapatkan alat rumah Jungchan.

Taehoon pun berjalan dengan santai, menghampiri Jungchan yang seperti hendak pergi. "Kau masih dibayar untuk membegal, Jungchan?" celetuknya sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Tak lupa senyum miring yang terpampang di wajahnya.

Jungchan terkejut melihat kedatangan musuhnya, kaset silam terputar di kepalanya. Menampilkan reka adegan Taehoon yang menghajarnya hingga bermandi darah. "S..Sung Taehoon..?!" Ia refleks menegakkan tubuhnya. Namun yang didapatkan adalah tamparan keras di pipi kanannya.

"Kau, bukan?"

"E..eh?!"

"Betul kau, kan?!" tanya Taehoon sekali lagi sembari menampar pipi kiri Jungchan. Ia merasa sedikit puas melihat wajah ketakutan rival masa lalunya. Namun dia harus menyelesaikan tujuannya di sini.

"A..apaan?!" tanya balik Jungchan, ia meringis kesakitan akibat tamparan Taehoon yang terlampau keras di kedua pipinya. Dia bertahan untuk mengetahui alasan kemunculan Taehoon. 

Pemuda taekwondo itu sedikit menunduk, mendekatkan wajah ke telinga Jungchan. Ia berbisik, "Kau kan yang melakukan pembegalan terhadap PNS golongan tinggi yang muncul di berita itu." Setelah itu dia melihat Jungchan yang memalingkan wajahnya dengan semburat merah di pipi.

Tunggu, kenapa Jungchan blushing? Sial, jangan-jangan dia seperti Yeonwoo? Bikin Taehoon merinding saja!

Taehoon langsung memundurkan wajahnya, enggan mendekatkannya lagi. Bisa merinding brutal kalau lama-lama lihat Jungchan yang merona hanya karena didekati olehnya. Sebagai gantinya, ia mencengkram kerah baju Jungchan sembari menatap tajam. Dia bisa melihat rupa panik pemuda itu yang seperti maling ketangkap basah.

"K..kau ngomong apa, sih?"

Tidak diragukan lagi. Jungchan pelakunya, Taehoon yakin!

"Taehoon. Aku sekarang sudah sadar. PNS golongan tinggi? Sebodoh apapun aku, mana mungkin mengganggu orang kaya gitu?" ucapnya seraya memegang tangan Taehoon. Si empu berjingit, ingin menepis kedua tangan Jungchan.

How To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang