Ketiga Puluh Lima

701 77 110
                                        

"YEONWOO, HALOOO!"

Teriakan melengking meluncur ke gendang telinganya, membuat Yeonwoo seketika terperanjat dari tidurnya. Ia langsung terduduk, mengerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan pencahayaan yang ada. Lalu memandang bulatan pipih yang menempel di dinding.

"Siapa yang bertamu jam 6 pagi?" tanyanya pada diri sendiri kemudian beranjak dari ranjangnya menuju jendela kamarnya. Ia pun membukanya, memandang teman-temannya yang melambaikan tangan ke arahnya.

"Yeonwoo pag—ASTAGA YEONWOO, PAKE BAJU DULU NAK!" seru Rumi sembari menutup matanya dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya menutupi penglihatan Gaeul di sampingnya.

"CIAH YANG ABIS ML," teriak Hobin kegirangan. Namun kondisi mukanya membuat siapapun ingin meninjunya.

"Apaan ML tuh~" sahut Jjiksae memanasi Yeonwoo yang menatap mereka datar. Lalu tertawa cekikik kaya kuntilanak Asia Tenggara sembari menyenggol lengan kiri Hobin.

"MAKING LOVE, ACIKIWIR YEONWOO," timpal Hesul sembari melompat girang lalu melakukan high five bersama Jjiksae dan Hobin.

Ketiganya senang karena berhasil menggoda Yeonwoo yang habis making love sama Taehoon. Meskipun yang digoda masih belum plonga-plongo kaya ikan di depan kaca.

Mereka kenapa, sih? Batin Yeonwoo nggak ngerti sama tingkah teman-temannya yang heboh di pagi hari.

Yeonwoo itu baru bangun, masih mengumpulkan nyawanya. Namun sudah disuruh menghadapi tingkah absurd teman-temannya yang cekikikan karena melihatnya. Memang ada yang salah dengannya hari ini?

Yeonwoo bingung, merasa tak ada yang salah dengan dirinya. Ia hanya bisa memandang datar kemudian menunduk. Menatap tubuhnya yang tak terlapisi oleh sehelai kain pun. Ia sontak membulatkan mata dan buru-buru menutup jendela. Setelah itu dia berteriak.

"TEMAN-TEMAN SIALAN!"

Jjiksae, Hobin, dan Hesul yang mendengar teriakan tersebut langsung tertawa terbahak-bahak. Sementara Yuna dan Rumi cuma tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Keduanya maklum dengan orang yang baru mabuk cinta.

Berbeda dengan Gaeul, dia sudah kaya anak ayam baru netas. Nggak ngerti apa-apa, soalnya matanya ditutupin sama Rumi tadi. Makanya dia tidak tahu apa yang terjadi barusan. Ia cuma dengar kalau Yeonwoo teriak, memaki mereka dari dalam rumah.

Teriakan Yeonwoo barusan membuat seorang pemuda yang terbaring di ranjang terkejut. Kemudian mengerjapkan kedua matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke irisnya. "Yunu.." lirihnya sembari meraba-raba sisi ranjang yang kosong.

Ia mengernyit saat tak merasakan keberadaan Yeonwoo di sampingnya kemudian menoleh, menatap sisi ranjangnya yang telah kosong. Taehoon pun merenggut lalu mengusap kedua matanya yang memanas.

Liquid bening pun meluncur dari sudut matanya, membasahi pipi putihnya. Taehoon  tak tahu kenapa, tapi hatinya serasa diterpa badai saat mengetahui Yeonwoo tidak ada di sampingnya. "Hiks.." isakan lirih pun keluar dari celah bibirnya.

Yeonwoo yang baru mencari baju di lemari spontan menoleh. Ia menatap Taehoon yang menangis sembari menggumamkan namanya. Dia pun buru-buru mengenakan pakaian yang nampak di depan mata kemudian mendekati kekasihnya.

"Sayang, kenapa menangis?" tanyanya lembut sembari duduk di sisi ranjang. Taehoon yang melihat Yeonwoo kini ada di sisi langsung duduk dan merapatkan diri dengan susah payah.

Bagian bawahnya masih terasa nyeri. Namun ia paksain supaya bisa dekat-dekat dengan kekasihnya. "Tadi kemana, hiks?" Taehoon bertanya sembari menghapus jejak air matanya yang tertinggal di wajah.

Yeonwoo tersenyum dan mengusap surai coklat terang kekasihnya yang nampak sedikit berantakan. Dia merasa lucu dengan wajah khas bangun tidur Taehoon yang dipadukan air mata. Pemuda taekwondo itu benar-benar terlihat seperti anak kucing yang kehilangan indukannya.

How To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang