Kelima

459 86 4
                                    

Dua hari berlalu. Ingatan tentang hal 'itu' masih membekas di memori Taehoon. Kekesalannya pada Ji Yeonwoo semakin bertambah kala melihat papan ucapan selamat datang dengan wajah pemuda nerd tersebut. Akhirnya ia belatih di halaman kantor, sekedar untuk mengisi kegabutan dan melampiaskan emosinya.

Papan ucapan selamat datang Ji Yeonwoo-lah yang menjadi korban latihannya. Berulang kali Taehoon memukuli benda mati tersebut, pukulannya memang main-main karena ia tak ingin dimarahi Yoo Hobin sebab merusak propeti kantor. Apalagi beberapa saat yang lalu Hobin menghampirinya, menanyakan bagaimana cara menghajar seseorang sampai mati.

Yoo Hobin ingin membunuh orang? Sepertinya begitu dan bukan hal yang mustahil dilakukan seorang Hobin. Taehoon lihat dengan jelas sorot mata tajam yang seolah ingin menghabisi siapa saja. Aura membunuh pemuda itu begitu terpancar, ia sampai tak berkutik selama beberapa saat sebelum menganalisis lawan dari temannya.

Dia menganalisis secara keseluruh. Dilihat dari berat badan, jelas unggul dari Yoo Hobin yang mungkin. Namun secara kemampuan dan pengalaman, Hobin juaranya. Taehoon pun menyuruhnya untuk pergi menemui target lalu membunuhnya secara langsung.

Pemuda kecil itu menurut dan pergi, meninggalkan ketakutan Taehoon yang mengingatkannya ke masa lalu. Tatapan mata Hobin sama seperti waktu mereka pertama kali bertarung, sorot tajam yang tak pernah Taehoon lupakan. Sekarang Jjiksae yang mendatanginya dengan wajah panik, menanyakan perihal sahabatnya. 

"Rumahnya berantakan banget! Telepon juga nggak diangkat! Kau ini lagi ngapain, sih! Kenapa kau buat halaman kantor jadi tempat latihan!" dumel Jjiksae seraya mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak sadar sedang berhadapan dengan orang yang pernah membuatnya masuk rumah sakit. Biasanya Jjiksae tak berani memarahi Taehoon, takut ditendang.

"Lain kali buka sepatu dulu sebelum naik atau aku bikin mampus." Taehoon acuh, mengabaikan luapan emosi Jjiksae yang sedikit membuatnya jengkel. 

"Masih sempat ngomongin sepatu?! Kau nggak marah sama sekali?! Ibunya Yoo Hobin siaran sama Pakgo.." teriaknya di depan wajah Taehoon.

Pemuda taekwondo itu pun menarik telinga kiri Jjiksae hingga si empu mengerang kesakitan. Taehoon marah karena ibu dari temannya dipermainkan dan dijadikan alat untuk hiburan. Namun seharusnya Jjiksae tak usah khawatir karena Hobin tak mungkin kalah dari Pakgo. Pemuda kecil itu tak lagi selevel orang biasa. Taehoon memberitahu Jjiksae bahwa Yoo Hobin sempat datang ke kantor bertemu dengannya.

"Dia sendirian ke studio Pakgo?! Kenapa nggak dilarang?!" ucap Jjiksae sembari berteriak. Pemuda kuning ini sama sekali tak ada niatan untuk mengecilkan volume suaranya. Dia berniat membuat Taehoon tuli?

Taehoon menghela napas dan tersenyum maklum. Hobin datang dengan niat membunuh, siapa yang bisa menghentikannya?

Taehoon saja takut dan tak berani menghalangi pemuda kecil itu. Mereka hanya bisa menunggu hasilnya nanti. Sekarang ia mau balik ke dojang-nya, berlatih di sana lebih leluasa dan bebas merusak barang. Walaupun pada akhirnya dia akan kena marah oleh Seong Hansoo. Lagipula Taehoon lelah mendengar omelan Jjiksae yang membuat kepala pusing dan hati dongkol.

Setelah mengemasi alat latihannya yang berada di halaman kantor. Ia langsung pergi dari tempat itu, meninggalkan Jjiksae yang berteriak kesetanan. Sepanjang perjalanan Taehoon merasa ada yang tidak beres. Dia seperti dibuntuti dan diawasi oleh seseorang. Namun ketika Taehoon berhenti dan menoleh ke belakang, Ia tak menemukan siapapun mengekorinya.

Dia kembali melanjutkan langkahnya, kemudian berbalik dengan cepat untuk menangkap basah pelaku yang mengekorinya. "Yah ketahuan~" ujar sosok yang membuntutinya, lalu tersenyum manis pada Taehoon. Sementara si empu menatapnya risih.

"Kenapa kau mengikuti Ji Yeonwoo?!" tanya Taehoon dengan nada tak bersahabat. Dia tidak suka dengan sikap pemuda nerd itu. Meskipun kedua mata sempat salah fokus pada kantong belanja yang dibawa Yeonwoo. Ia tidak boleh lemah karena makanan. Taehoon itu kuat, tak akan mudah disogok mulai detik ini.

How To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang