Kedelapan

469 85 3
                                        

Taehoon memandangi pantulan wajahnya di cermin, tepatnya pada leher. Ia menatap ruam merah yang nampak di sana, seketika wajahnya memanas. Tangan kanannya menggenggam erat foundation milik Yeo Rumi. Kemarin adalah hari yang paling memalukan baginya.

Dia sama sekali tak sadar dengan keberadaan ruam merah tersebut dan justru berjalan ke sana kemari tanpa beban. Pantas saja beberapa orang memandangnya aneh, ternyata karena tanda merah di lehernya. Yeonwoo juga sama sekali tidak berbicara tentang hal ini. Pemuda nerd itu membiarkannya menanggung malu.

Taehoon harus memberi pelajaran kepada nerd sialan itu. Namun sekarang dia harus menutupi ruam merah tersebut, bisa mampus kalau ayahnya sampai melihat ini. Masalahnya cuma satu, Taehoon tidak tahu cara menggunakan foundation. Apa dioles-oles seperti salep?

"Perlu bantuan?" Yeo Rumi menawarkan bantuan sembari membawa kotak make-up. Taehoon mengernyit, dia tak mungkin dijadikan boneka barbie oleh Rumi, kan?

"Jangan salah paham, benda yang kau pegang bukan foundation tapi liptint," terang Yeo Rumi seakan mengerti arti kernyitan pemuda pirang tersebut. Kedua mata Taehoon sontak mengerjap, menatap polos Rumi yang membuka kotak make-up. Jujur, dia tidak tahu wujud alat-alat rias. Apalagi cara mengaplikasinya, seumur-umur ia hanya menggunakan bedak bayi waktu kecil.

Rumi mengambil foundation, kemudian menyuruh Taehoon untuk duduk di kursi yang ada di sampingnya. Pemuda taekwondo itu menurut, duduk dengan tenang sembari menunggu Rumi mengaplikasikan foundation ke kulit lehernya. 

"Kulitmu putih ya, jadi iri," celetuk Yeo Rumi tiba-tiba sambil mengoleskan cream foundation ke leher Taehoon. Kemudian mengambil spons untuk meratakannya. Dia begitu teliti dan serius, mencermin beauty vlogger yang sesungguhnya. Rumi sangat terampil dalam hal make-up. Tak salah ia menekuni bidang tersebut dan menjadikannya sebagai keahlian.

"Kulitmu juga putih," balas Taehoon seraya mengernyitkan dahi. Rasanya aneh, kulit lehernya seperti terlapisi. Rumi terkekeh pelan, tak biasanya Taehoon memuji seperti itu. 

Rumi merasa Taehoon melunak secara perlahan terhadap mereka semua. Meskipun saat membahasnya tiba-tiba, pemuda pirang ini akan menjadi sarkas dan tsundere. Taehoon memang belum sepenuhnya terbuka, tapi dia percaya pada waktu.

"Siapa yang membuat tanda ini di leher kau?" tanya Rumi penasaran. Tidak mungkin ruam merah itu muncul karena digigit nyamuk. Pasti Taehoon pernah berhubungan dengan seseorang.

Taehoon berdecih, melipat kedua tangannya lalu memicingkan mata. "Bukan urusan kau!" jawabnya dengan nada kesal. Sontak Rumi memandang pemuda pirang itu dengan tatapan malas, kumat lagi sifatnya. 

Rumi tidak ingin bertanya lebih lanjut. Suatu saat nanti dia akan tahu seseorang yang berhubungan dengan Taehoon. Dia berharap orang tersebut bisa menjinakkan sifat liar pemuda pirang itu. 

"Yunu yang buat," cicit Taehoon lalu beranjak dari kursi. Dia berjalan menuju sofa ruang tengah. Ia yakin Rumi mendengar ucapannya tadi, tapi tidak yakin juga sih. Bagus bila gadis itu tidak mendengarnya, petaka jika gendang telinga Rumi berfungsi dengan baik.

"Kau tadi bilang apa?" 

Taehoon bersyukur dalam hati, lalu menggeleng sebagai jawaban. Rumi mendengus kemudian meletakkan alat make-up-nya di sembarang tempat. Dia harus segera masuk ruang rapat untuk briefing seputar Channel Asal-Asalan. Yoo Hobin Company harus melabrak ekor dari XJ Company yang tersisa.

Sedangkan Taehoon berbaring di sofa ruang tengah, bermain game bertarung di handphone-nya. Dia sama sekali tidak tertarik dengan briefing karena pada akhirnya yang bertarung dengan pemuda Jujitsu itu adalah Hobin, bukan Taehoon. Kemarin ia sempat melihat rival Hobin selanjutnya tertidur di salah satu kursi restoran Sungjoon.

How To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang